Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia didefinisikan suatu keadaan kadar hemoglobin darah kurang
daripada kadar normal. Gejala dan tanda klinis dari anemia adalah lelah, lesu,
lemah, letih, lalai (5L), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut
jantung meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang, pusing,
serta mudah mengantuk (Supariasa, 2001).
Data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia menunjukkan
bahwa “total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62
miliar orang dengan prevalensi anak sekolah dasar yaitu 25,4% dan
menyatakan bahwa 305 juta anak sekolah di seluruh dunia menderita anemia”
(WPA, 2005). Berdasarkan nilai rujukan Riskesdes tahun 2013 “proporsi
anemia menurut umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal, jumlah penderita
anemia umur 5–14 tahun adalah 26,4%, jumlah penderita jenis kelamin laki-
laki adalah 18,4%, jenis kelamin perempuan 23,9%, jumlah penderita yang
tinggal di perkotaan 20,6%, pedesaan 22,8%, sedangkan jumlah penderita
anemia di Indonesia mencapai 21,7%” (Kemenkes RI, 2013).
Secara global, prevalensi anemia pada anak-anak usia pra-sekolah
berdasarkan laporan WHO tahun 1993-2005 mencapai 47,4 % (WHO, 2008).
Sedangkan di Indonesia berdasarkan survei masalah gizi mikro di 10 provinsi
pada tahun 2006 menemukan 26,3 % balita mengalami anemia (kemenkes,
2013). Prevalensi anemia balita di Indonesia mengalami peningkatan pada
tahun 2013 menjadi 28,,1% berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdes)
(Kemenkes RI, 2013). Selain itu hasil south east asian nutritional survey
(SEANUTS) pada tahun 2011 menemukan angka prevalansi anemia di
indonesia pada anak berusia < 2 tahun sebesar 55 % (sandjaja, 2013).
Kadar hemoglobin (Hb) rendah dikenal sebagai anemia, dapat
mengurangi konsentrasi belajar dan daya tahan tubuh. Anemia secara tidak
2

langsung memengaruhi Indeks Prestasi hasil belajar. Penelitian ini bertujuan


untuk mempelajari pengaruh kadar Hb terhadap prestasi belajar pada anak usia
sekolah.
Menurut Raspati dan Bhaskara dalam Widiaskara (2012), dampak
negatif yang diakibatkan oleh anemia pada anak berupa gangguan konsentrasi
belajar, tumbuh kembang terganggu, penurunan aktifitas fisik maupun
kreatifitas menurun, serta menurunkan daya tahan tubuh sehingga
meningkatkan risiko infeksi.
Menurut Irsa (2002), anak yang menderita anemia dapat mengalami
gangguan kognitif diantaranya penampilan yang buruk dalam psikomotor dan
perkembangan mental. Dalam jangka panjang, anemia dapat mengakibatkan
terjadinya pertumbuhan fisik yang terhambat, gangguan perkembangan
mental, kecerdasan berkurang, produktivitas kerja menurun, dan gangguan
fungsi reproduksi. Berbagai upaya harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
anemia pada anak dan memperbaiki konsentrasi Hb pada anak dengan tujuan
mencegah terjadinya kehilangan generasi yang berkualitas di masa mendatang
(Cahyaningdiah, et al,2001).
Anemia disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena
gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin
(vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam
molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan
besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang
mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah. (Almatsier, 2001).
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk pasien anemia yaitu medis
dengan memberikan tranfusi darah, pilihan kedua (plasma exspander atau
plasma substitule). Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravascular,
kemudian penatalaksanaan keperawatan yaitu pengkajian, pada pengkajian
lebih difokuskan pada bayi dan balita yang mengalami defisiensi Fe. Pada
praktik di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah ruangan asoka kami
menemukan kasus anemia cukup banyak, sehingga kami tertarik untuk
3

mengangkat sebagai kasus untuk diseminarkan sebagai pemenuhan tugas dari


praktik klinik keperawatan anak.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia Di Ruang
Asoka RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian dan analisa data pada
pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota Pangkalpinang
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota pangkalpinang.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota pangkalpinang.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keprwatan pada
pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota pangkalpinang
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada
pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota pangkalpinang
f. mahasiswa mampu melakukan pendokumentasi asuhan keperawatan
pada pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota
pangkalpinang
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu keperawatan ke dalam
praktik keperawatan dengan memberikan Asuhan keperawatan kepada
pasien anak dengan kasus Anemia.
4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi
Anemia merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada
masa bayi dan kanak-kanak. Selain itu, Istilah anemia mendeskripsikan
keadaan penurunan jumlah SDM dan/atau hemoglobin (Hb) dibawah nilai
normal (Wong, 2009).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar
haemoglobin (hb) dalam setiap millimeter kubik darah (Nelson, 2003).
Hampir semua gangguan pada system peredaran drah disertai dengan anemia,
yaitu yang ditandai warna kepucatan pada tubuh terutama ekstremitas.
(Susilaningrum, 2013)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat/kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya (Doenges, 1999 dalam Nabiel, 2014).

B. Etiologi
Menurut Susilaningrum (2013), penyebab anemia dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :
a. Perubahan sintesis Hb, dapat menimbulkan anemia defisiensi Fe,
thalasemia, anemia infeksi kronik;
b. Perubahan sintesis DNA akibat kekurangan nutrient, sehingga dapat
terjadi anemia pernisiosa dan anemia asam folat;
c. Fungsi sel induk (system sel) terganggu, sehingga dapat terjadi
anemia aplastik, leukemia;
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya, karena karsinoma.
5

2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdrahan atau tgrauma/kecelakaan yang terjadi
mendadak
b. Kronis karena perdarahan saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemeahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat terjadi
karena :
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit)
b. Faktor didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit,
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal
4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang
dimaksud adalah protein, folid acid, vitamin B12, mineral fe.

C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab tersebut di atas, anemia dapat dikelompokkan
menjadi beberapa, yaitu sebagai berikut : (Arif Majoer, 1999 dalam Nabiel,
2014)
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi (Fe)
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang
merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin.
Kekurangan zat besi (Fe) disebabkan berbagai alat, diantaranya
sebagai berikut.
1) Masukan (intake) yang kurang mengandung zat besi terutama pada
fase pertumbuhan cepat.
2) Penurunan resorbsi karena kelainan pada usus atau anak banyak
mengkonsumsi teh. Menurut penelitian, teh dapat menghambat
resorbsi Fe.
6

3) Kebutuhan yang meningkat mislnya, pada anak balita yang


pertumbuhannya cepat, sehingga memerlukan nutrisi yang lebih
banyak.

Bayi premature juga beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi


karena berkurangnya persediaan Fe pada masa fetus. Pada trisemester
akhir kehamilan, Fe ditransfer dari ibu ke fetus, disimpan di liver,lien,
dan sumsum tulang belakang. Cadangan Fe ini bisa untuk memenuhi
kebutuhan bayi sampai usia 5-6 bulan saja. Bahkan pada bayi hanya
premature hanya cukup usia 2-3bulan. Jika kebutuhan Fe tidak di
penuhi dengan pemberian nutrisi yang adekuat, maka anak akan
mengalami defisiensi Fe (Wong, 1998:859 dalam Susilaningrum,
2013)

Sering dijumpai bayi yang gemuk (overweight) mengalami


defisiensi Fe. Hal ini karena pemberian susu (pasi) yang berlebihan
tanpa disertai makanan tambahan lainnya. Bayi akan kelihatan pucat,
perkembangan otot terlambat dan mudah infeksi.

b. Anemia penyakit kronik


Adalah anemia yang terjadi karena sintesis Hb abnormal dan
mudah rusak, serta merupakan penyakit keturunan (hereditary
hemoglobinopathy). Anemia ini merupakananemia hemolitik.
(susilaningrum, 2013 )
2. Anemia makrositik
a. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang terjadi karena kurangnya asam folat. Anemia
ini disebut juga dengan anemia defisiensi asam folat. Asam folat
merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA yang penting
untuk metabolisme inti sel. DNA diperlukan untuk sintesis, sedangkan
RNA untuk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemia
anemia megaloblartik tergolong anemia makrositik seperti pada
7

anemia pernisiosa. Ada beberapa penyebab penurunan asam folat


adalah sebagai berikut (FK UI,).
1) Masukan yang berkurang. Pemerian susu saja pada bayi di atas
enam bulan (terutama susu formula) tanpa pemberian makanan
tamahan yang cukup juga dapat menyebabkan difesiensi asam
folat.
2) Gangguan absorbsi. Adanya penyakit/gangguan pada
gastrointestinal dapat menghambat absorbsi bahan makanan yang
diperlukan tubuh.
3) Pemberian obat yang antagonis terhadap asam folat. Anak yang
mendapat obat-obat tertentu, seperti metotreksat, pirimetasin, dan
derivat barbiturat sering mengalami defisiensi asam folat. Obat-
obat tersebut dapat menghambat kerja asam folat dalam tubuh
karena mempunyai sifat yang bertentangan.
b. Anemia Pernisiosa
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12.
Anemia pernisiosa tergolong anemia megalolastik karena bentuk sel
darahnya yang hampir sama dengan anemia defisiensi asam folat.
Bentuk sel darahnya tergolong anemia makrositik normokromik, yaitu
ukuran sel darah merah yang besar, bentuk abnormal, tetapi kadar Hb
normal.
Vitamin B12 (kobalamin) berfungsi untuk pematangan normoblas,
metabolism jaringan saraf, dan purin. Selain masukan yang kurang,
anemia pernisiosa dapat disebabkan adanya kerusakan lambung,
sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan secret yang berfungsi
untuk absorbsi B12 (Markum)
3. Anemia Pascaperdarahan
Adalah anemia yang terjadi sebagai akibat perdarahan yang massive
(perdarahan terus menerus dan jumlah banyak), seperti pada kecelakaan,
operasi, atau persalinan dengan perdarahan hebat, yang dapat terjadi secara
mendadak atau menahun.
8

Berdasarkan bentuk sel darah, anemia pascaperdarahan termasuk


anemia normositik normokronik, yaitu sel darah bentuk normal, tapi rusak
atau habis. Akibat kehilangan darah yang mendadak, akan terjadi refleks
kardiovaskular yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan
aliran darah ke organ yang kurang vital, dan penambahan aliran darah ke
organ vital (otak dan jantung). Kehilangan darah yang mendadak lebbih
berbahaya disbanding kehilangan darah dalam waktu lama (H. Nabiel
Ridha, 2014).
4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek
atau premature. Secara normal, eritrosit berumur 100-120 hari. Adanya
penghancuran eritrosit yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar,
sehingga kemungkinan terjadi peningkatan bilirubin. Selain itu, sumsum
tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak sistem eritropoetik dari
pada biasanya, sehingga banyak dijumpai eritroit dan retikulosit pada
darah tepi. Berdasarkan bentuk sel darahnya, anemia hemolitik ini
termasuk anemia normositik normokromik. Kekurangan bahan pembentuk
sel darah, seperti vitamin, protein, atau adanya infeksi dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara penghancuran dan pembentuk sistem
eritropoetik. Penyebab anemia hemolitik diduga sebagai berikut :
a. Kongenital , misalnya kelainan rantai Hb, defisiensi enzim G6PD
b. Didapat, misalnya infeksi, sepsis, obat-obatan, keganasan sel.
5. Anemia Aplastik
Adalah anemia yang ditandai pansitopenia (penurunan semua jumlah
sel darah) darah tepi dan menurunya selularitas sumsum tulang. Dengan
menurunnya selularitas, sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel
darah.
Berdasarkan bentuk sel darah nya, termasuk anemia normositik, seperti
anemia pascaperdarahan. Ada beberapa penyebab terjadinya anemia
aplastik , di antaranya sebagai berikut.
9

a. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah.
Penurunan sel induk bisa karena bawaan, dalam arti tidak jelas
penyebabnya (ideopatik), yang di alami sekitar 50% penderita. Selain
karena bawaan, bisa karena didapat, yaitu kemungkinan adanya
pemakaian obat-obatan, seperti bilsulfat, kloramhenikol, dan
klorpromazina. Obat-obatan tersebut mengakibatkan penekanan pada
sumsum tulang.
b. Mikroenviromment, seperti radiasi, kemoterapiyang lama dapat
mengakibatkan sembab yang fibrinus, dan infiltrasi sel.
c. Penurunan poitin, sehingga yang berfungsi merangsang tumbuhnya
sel-sel darah dalam tulang tidak ada.
d. Adanya sel inhibitor (T.limposit) sehingga menekan/menghambat
maturasi sel-sel induk pada sumsum tulang.

D. Patofisiologi
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah factor yang
mengurangi pasokan zat besi, mengganggu absobsinya, meningkatkan
kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang mempengaruhi sintesis Hb.
Meskipun manifestasi klinis dan evaluasi diagnostic defisiensi zat besi cukup
serupa tanpa memerhatikan penyebabnya, pertimbangan terapeutik dan
keperawatannya bergantung pada penyebab spesifik terjadinya defisiensi zat
besi. Pembahasan berikut ini hanya dibatasi pada anemia defisiensi besi yang
terjadi karena kandungan zat besi yang tidak memadai dalam makanan.
Selama trisemester te rakhir kehamilan, zat besi dipindahkan dari dalam
tubuh ibu kedalam tubuh janin. Sebagian besar zat besi disimpan dalam
eritrosit janin yang bersirkulasi sementara sisanya berada didalam hati, limfa,
dan sumsum tulang janin. Biasanya simpanan zat besi ini sudah mencukupi
kebutuhan selama 5 hingga 6 bulan pertama pada bayi aterm tetapi pada bayi
premature atau kembar, simpanan tersebut hanya cukup untuk 2 hingga 3
bulan.
10

Apabila makanan bayi tidak ditambahkan zat besi untuk memenuhi


kebutuhannya dalam masa pertumbuhan setelah terjadi deplesi simpanan zat
besi didalam tubuh janin, maka akan terjadilah anemia defisiensi besi. Anemia
fisiologis tidak boleh dibingungkan dengan anemia defisiensi besi yang terjadi
karena sebab-sebab zat gizi. Meskipun kebanyakan bayi yang menderita
anemia defisiensi besi memiliki berat badan kurang, banyak diantara mereka
mempunyai berat badan berlebih karena minum susu secara berlebihan (yang
dikenal dengan istilah milbabies). Anak anak ini menjadi anemia karena 2
alasan : susu, yang merupakan sumber zat besi yang buruk, diberikan hamper
tanpa disertai pemberian makanan pada, dan sebagian bayi yang diberi susu
sapi mengalami peningkatan kehilangan darah lewat fesesnya. (Susilaningrum,
2013)
11

E. Pathway

Pendarahan saluran Defesiensi besi, vit B 12, Overaktif RES, produksi


cerna,uterus,hidung,luka As. Folat depresi SDM abnormal
sumsum tulang
eritropoetin menurun
Kehilangan SDM (sel Penghancuran SDM
darah merah)
Produksi SDM

Pertahanan sekunder Resiko infeksi,


tidak adekuat hipertermi

Penurunan jumlah
eritrosit Penurunan kadar Hb Efek GI

Gangguan penyebaran
Kompensasi jantung Kompensasi jantung nutrisi & defesiensi folat

Beban kerja dancurah Peningkatan frekuensi Glottis berat (lidah


jantung meningkat nafas meradang), kehilangan
nafsu makan

Takikardia, angina Dispnea (kesulitan


(nyeri dada), iskemia Intake nutrisi turun
bernapas)
miokardium, beban (anoreksia)
kerja jantung
Penurunan transport O2
Ketidakseimbangan
Ketidakefektifan nutrisi kurang dari
perfusi jaringan Hipoksia kebutuhan tubuh
perifer, Nyeri akut

Peningkatan Lemah, lesu parestesia, Ketidakefektifan pola


kontraktilitas mati rasa, ataksia, napas
gangguan koordinasi,
bingung
palpitasi

Defisit perawatan diri


Penebalan dinding
intoleransi aktivitas
ventrikel

Kardiomegali
Sumber : Nurarif Huda Amin,2015 buku aplikasi nanda NIC-NOC
12

F. Manifestasi klinis
1. Manifestasi klinis yang muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang kunang
c. Lesu
d. Aktivitas berkurang
e. Rasa ngantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik atau pikiran menurun
2. Gejala khas masing masing anemia
a. Pendarahan berulang atau kronik pada anemia pasca pendarahan,
anemia defisiensi besi
b. Ikterus, urine berwarna kuning tua/coklat, perut merongkol atau makin
bncit pada anemia hemolitik.
c. Mudah insfeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulsu celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
pembesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia
1) Defisiensi besi : spoon nail, glositis
2) Defisiensi B12 : paresis,ulkus ditungkai
3) Hemolitik : ikterus splenomegali
4) Aplastik : anemia biasanya berat, pendarahan, insfeksi
13

G. Komplikasi
Menurut Sharma (2010), terdapat komplikasi pada anemia dalam
kehamilan. komplikasi tersebut dapat terjadi pada ibu dan bayi.
a. Komplikasi Maternal
Anemia ringan tidak terlalu menunjukkan efek pada kehamilan dan
persalinan kecuali ibu yang memiliki simpanan besi yang rendah dan
dapat menjadi anemia sedang sampai berat pada kehamilan selanjutnya.
Anemia sedang menyebabkan meningkatnya kelemahan, kekurangan
energy, kelelahan dan performa kerja yang buruk. Pada anemia berat,
berhubungan dengan keluaran yang buruk. Ibu bisa mengalami palpitasi,
takhikardi, sesak nafas, meningkatkan cardiac output dan mengarah
kepada cardiac stress yang dapat menyebabkan dekompensasi dan gagal
jantung yang fatal. Peningkatan insidensi persalinan preterm (28,2%),
preeklampsia (31,2%), dan sepsis bisa berhubungan dengan anemia.
b. Komplikasi fetal
Terlepas dari simpanan besi maternal, fetus masih mendapatkan besi
dari transferrin ibu, yang terperangkap di plasenta dan yang dimana pada
waktunya, memindahkan dan menranspor besi secara aktif ke fetus.
Bertahap, janin tersebut cenderung memiliki simpanan besi yang menurun
karena deplesi simpanan maternal.
Keluaran yang merugikan selanjutnya pada perinatal seperti kelahiran
preterm dan usia gestasi bayi yang kecil, dan peningkatan mortalitas
perinatal telah diobservasi pada neonates dengan ibu yang anemia.
Suplemen besi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan keluaran
perinatal. Berat rata-rata, skor APGAR, dan level hemoglobin 3 bulan
setelah kelahiran akan membaik secara signifikan pada bayi dalam grup
yang diberi suplemen daripada grup yang diberi placebo.
14

H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini ,dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morflogi anemia tersebut.pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, ( MCV,DAN MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, tombosit, laju endap
darah , dam hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sum sum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoesis
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
menginformasikan dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut :
1) Anemia defisiensi besi : serum ion, TIBC, saturasi transferin, dan
feritin serum
2) Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, trombosit,
vitamin B12
3) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb
4) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.

Nilai normal sel darah.


Jenis sel darah Usia
Bbl 1 tahun 5 tahun 8-12 tahun
Eritrosit 5,9 (4,1-7,5) 4,6 (4,1-5,2) 4,7 (4,2-5,2) 5 (4,5-5,4)
(juta/mikro lt )
Hb ( gr/dl ) 19 ( 14-24) 12 ( 11-15) 13,5 14 (13-15,5)
(12,5-15)
15

Leukosit 17.000 10.000 8.000 (5-13) 8.000 (5-12)


(/mikro lt) (8-38) (5-15)
Trombosit(/ 200.000 260.000 20.000 260.000
mikro lt)
Hematocrit (%) 54 36 38 40

2. Radiologi : thorak, bone survey, USG, atau linfangiografi


3. Pemeriksaan biologi molekuler ( PCR: polymerase chain raction, FISH :
fluorescence insitu hybridization)

H. Penatalaksanaan
1. Medis
Dengan memberikan tranfuse darah, pilihan kedua (plasma exspander
atau plasma substitute). Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena.
2. Keperawatan
a. Pengkajian
Pada pengkajian lebh difokuskan pada bayi dan balita yang mengalami
defisiensi Fe.
1) Usia
Anak yang mengalami defisiensi besi biasanya berusia 6 – 24
bulan dan masa pubertas. Pada usia tersebut kebutuhan Fe cukup
tinggi, karena digunakan untuk pertumbuhan uang lebih relative
cepat disbanding priode pertumbuhan lainnya ( Wong ,1991).
2) Pucat
Pada anemia pascapendarahan, kehilangan darah sekitar 12-
15% akan menyebabkan pucat dan takikardi.kehilangan darah yang
cepat mengakibatkan reflex kardiovaskuler secara fisiologis berupa
kontraksi arterial, penambahan aliran darah ke organ vital, dan
pengurangan aliran darah yang kurang vital, seperti ekstermitas.
a) Pada defisiensi zat besi maupun asam folat ( penisiosa), pucat
terjadi karena tidak tercukupinya bahan baku pembuat sel darah
16

maupun bahan esensial untuk pematangan sel dalam hal ini zat
besi dan asam folat
b) Pucat pada anemia hemolistik terjadi karena penghancuran sel
darah merah sebelum waktunya. Secara normal, sel darah
merah akan hancur dalam waktu 120 hari dan selanjutnya
membentuk sel darah baru.
c) Pucat pada anemia aplastik terhentinya pembentukan sel darah
pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang
mengalami kerusakan.
d) Warna kepucatan pada kulit ini dialami oleh hamper semua
anak anemia. Warna pucat ini dapat kita lihat pada telapak
tangan, dasar kuku, konjungtiva, dan mukosa bibir. Cara
sederhana adalah dengan membandingkan telapak tangan anak
dengan telapak tangan petugas atau orang tuanya. Hal yang
perlu kita perhatikan adalah bahwa telapk tangan pembanding
harus normal.
3) Mudah lelah/lemah
Berkurangnya kadar oksigen dalam tubh mengakibatkan
keterbatasan energy yang dihasilkan oleh tubuh, sehinggga anak
kelihatan lesu, kurang bergairah, dan mudah lelah. Oksigen yang
terikat dengan Hb pada sel darah merah mempunyai salah satu
fungsi untuk aktivitas tubuh.
4) Pusing kepala
Pusing kepala pada anak anemia karena persendisn atau aliran
darah ke otak berkurang.
5) Napas pendek
Rendahnya kadar Hb akan menurnkan kadar oksigen karena Hb
merupakan pembawa osiigen. Oleh karena itu, sebagai kompensasi
peningkatan denyut tersebut,pernapasan menjadi cepat dan pendek
6) Nadi cepat
17

Peningkatan denyut nadi sering terjadi terutama pada


pendarahan mendadak yang merupakan kompensasi dari
peningkatan reflek kardiovaskuler. Kompensasi peningkatan
denyut nadi ini untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
7) Eliminasi urine,
Kadang – kadang terjadi penurunan produksi urine. Adanya
pendarahan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan alirah
darah ke ginjal sehinggga merangsang hormone seni angiotensin
aktif atau menahan garam dan air sebagai kompensasi
untukmemperbak=iki pefusi dengan manifestasi penurunan
produksi urine.
8) Gangguan pada sistem saraf
Pada anemia defisiensi vitamin B12 dapat menimbulkan
gangguan pada saraf sehingga timbul keluhan seperti kesemutan
(gringgingen ), ekstermitas spatisitas, dang gangguan melangkah
9) Gangguan saluran cerna
Pada anemia yang berat,sering timbul keluhan nyerierut, mual,
muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia).
10) Pika
Adalah suatu keadaan yang berulang anak makan zat yang
tidak bergizi tanpa gangguan jiwa atau anggaran fisik. Sering
terdapat pada usia 1-4 tahun, kurang gizi, anak terlantar, retardasi
mental, dan kurang pengawasan. Zat yang sering dimakan,
misalnya, kapur, kertas , dan lain lain. Kebiasaan pika akan
menghilang bila anakmendapat perhatian dan kasih saying yang
cukup atau sudah teradasi masalah anemianya.
11) Irritable (cengeng,rewel,mudah tersinggung)
Anak dengan cengeng/rewel sering terjadi terutama pada
anemia defisiensi besi. Walaupun anak telah terpenuhi
keutuhannya, seperti minum dan makan, anak tetap rewel bila
18

sebelumnya rewel kemudian setelah diberikan minum/makan anak


diam,halini tidak termasuk cengeng (irritable )
12) Suhu tubuh meningkat
Diduga akibat dikeluarkan leukosit dari jaringan iskemik(
jaringan yang mati akibat kekuragan oksigen )
13) Pola makan
Pola makan defisiensi sering terjadi kesalahan pola makan,
sehingga masukan tidak adekuat, misalnya, terlambat memberikan
makanan tambahan pada bayi usia enam bulan.

b. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
Penurunan konsentrasi Hb dan darah
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular

c. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan NOC NIC

1. Hipertermi b.d proses Termoregulasil; 1. Monitor warna kulit dan suhu


penyakit a. Dehidrasi (dari yang sedang ke tidak 2. Monitor suhu sesering
ada (3-5)) mungkin
b. Hipertermia (dari cukup berat ke tidak 3. Monitor tekana darah, nadi
ada (2-5)) dan RR
TTV : 4. Monitor nadi dan respirasi,
c. Suhu tubuh (dari deviasi yang cukup sesuai kebutuhan
besar dari kisaran normal ke tidak ada 5. Memonitor suhu minimal 2
deviasi dari kisaran normal(3-5)) jam sekali
d. Tingkat pernapasan (dari deviasi yang 6. Memonitor intake output
cukup besar dari kisaran normal ke 7. Tingkat sirkulasi darah
tidak ada deviasi dari kisaran normal 8. Dorong konsumsi cairan
(2-5)) 9. Selimuti pasien
Hidrasi : 10. Berikan pengobatan untuk
19

e. Turgor kulit (dari sedikit terganggu ke mencegah terjadinya


tidak terganggu(4-5) mengigil temperature
Respon pengobataf reguration
f. Perubahan gejala yang di harapkan 11. Kompres pasien pada lipatan
(dari deviasi cukup berat dari kisaran paha dan aksila
normal ketidak ada deviasi dari 12. Kolaborasi pengobatan
kisaran normal (3-5)) antipiretik dan pemberian
g. Respon perilaku yang di harapkan cairan IV , sesuai kebutuhan
(dari deviasi cukup berat dari kisaran
normal ketidak ada deviasi dari
kisaran normal (3-5))
h. Interaksi pengobatan (dari deviasi
cukup berat dari kisaran normal
ketidak ada deviasi dari kisaran
normal (3-5))
2. Ketidakefektifan perfusi Perfusi jaringan perifer 1. Monitor kelebihan cairan /
jaringan perifer b.d a. Pengisian kapiler jari (dari deviasi retensi
penurunan konsentrasi Hb cukup berat dari kisaran normal 2. Monitor hasil laboratorium
dan darah suplai oksigen ketidak ada deviasi dari kisaran yang relevan ( peningkatan
berkurang normal(2-5)) kadar hemoglobin)
b. Muka pucat (dari deviasi cukup berat 3. Monitor reaksi pasien
dari kisaran normal ketidak ada terhadap terapi elektrolit yang
deviasi dari kisaran normal(2-5)) diresepkan (transfuse)
c. Kelemahan otot (dari deviasi cukup 4. Atur ketersediaan produk
berat dari kisaran normal ketidak ada darah untuk transfuse, jika
deviasi dari kisaran normal(2-5)) perlu
Integritas jaringan kulit & membrane 5. Persiapkan pemberian
mukosa produk-produk darah (
d. Perfusi jaringan (dari deviasi cukup misalnya, cek darah dan
berat dari kisaran normal ketidak ada mempersiapkan pemasangan
deviasi dari kisaran normal(2-5)) transfuse set)
6. Jaga infuse intavena yang
tepat, tranfusi darah
7. Kolaborasi tindakan
(transfuse)
20

3. Hambatan mobilitas fisik Pergerakan 1. Motoring vital sign


bd gangguan a. Cara berjalan (dari deviasi cukup berat sebelum/sesudah latihan dan
neuromuscular dari kisaran normal ketidak ada lihat respon pasien saat
deviasi dari kisaran normal(2-5)) latihan
b. Gerakan otot (dari deviasi cukup berat 2. Konsultasikan dengan terapi
dari kisaran normal ketidak ada fisik tentang rencana ambulasi
deviasi dari kisaran normal(2-5)) sesuai dengan kebutuhan
c. Gerakan sendi (dari deviasi cukup 3. Kaji kemampuan pasien
berat dari kisaran normal ketidak ada dalam mobilisasi
deviasi dari kisaran normal(2-5)) 4. Latih pasien dalam
Koordinasi pergerakan pemenuhan kebutuhan ADLs
a. Kontraksi kekuatan otot (dari deviasi secara mandiri sesuai
cukup berat dari kisaran normal kemampuan
ketidak ada deviasi dari kisaran 5. Ajarkan pasien bagaimana
normal(2-5)) merubah posisi dan berikan
b. kontrol gerakan(dari deviasi cukup bantuan jika di perlukan
berat dari kisaran normal ketidak ada 6. Berikan informasi tentang
deviasi dari kisaran normal(2-5)) kemungkinan posisi penyebab
c. keseimbangan gerakan (dari deviasi nyeri otot / sendi
cukup berat dari kisaran normal 7. Berikan alat bantu jika klien
ketidak ada deviasi dari kisaran memerlukan
normal(2-5))

Anda mungkin juga menyukai