BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia didefinisikan suatu keadaan kadar hemoglobin darah kurang
daripada kadar normal. Gejala dan tanda klinis dari anemia adalah lelah, lesu,
lemah, letih, lalai (5L), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut
jantung meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang, pusing,
serta mudah mengantuk (Supariasa, 2001).
Data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia menunjukkan
bahwa “total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62
miliar orang dengan prevalensi anak sekolah dasar yaitu 25,4% dan
menyatakan bahwa 305 juta anak sekolah di seluruh dunia menderita anemia”
(WPA, 2005). Berdasarkan nilai rujukan Riskesdes tahun 2013 “proporsi
anemia menurut umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal, jumlah penderita
anemia umur 5–14 tahun adalah 26,4%, jumlah penderita jenis kelamin laki-
laki adalah 18,4%, jenis kelamin perempuan 23,9%, jumlah penderita yang
tinggal di perkotaan 20,6%, pedesaan 22,8%, sedangkan jumlah penderita
anemia di Indonesia mencapai 21,7%” (Kemenkes RI, 2013).
Secara global, prevalensi anemia pada anak-anak usia pra-sekolah
berdasarkan laporan WHO tahun 1993-2005 mencapai 47,4 % (WHO, 2008).
Sedangkan di Indonesia berdasarkan survei masalah gizi mikro di 10 provinsi
pada tahun 2006 menemukan 26,3 % balita mengalami anemia (kemenkes,
2013). Prevalensi anemia balita di Indonesia mengalami peningkatan pada
tahun 2013 menjadi 28,,1% berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdes)
(Kemenkes RI, 2013). Selain itu hasil south east asian nutritional survey
(SEANUTS) pada tahun 2011 menemukan angka prevalansi anemia di
indonesia pada anak berusia < 2 tahun sebesar 55 % (sandjaja, 2013).
Kadar hemoglobin (Hb) rendah dikenal sebagai anemia, dapat
mengurangi konsentrasi belajar dan daya tahan tubuh. Anemia secara tidak
2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia Di Ruang
Asoka RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian dan analisa data pada
pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota Pangkalpinang
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota pangkalpinang.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota pangkalpinang.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keprwatan pada
pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota pangkalpinang
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada
pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota pangkalpinang
f. mahasiswa mampu melakukan pendokumentasi asuhan keperawatan
pada pasien dengan anemia di RSUD Depati Hamzah kota
pangkalpinang
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu keperawatan ke dalam
praktik keperawatan dengan memberikan Asuhan keperawatan kepada
pasien anak dengan kasus Anemia.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Anemia merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada
masa bayi dan kanak-kanak. Selain itu, Istilah anemia mendeskripsikan
keadaan penurunan jumlah SDM dan/atau hemoglobin (Hb) dibawah nilai
normal (Wong, 2009).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar
haemoglobin (hb) dalam setiap millimeter kubik darah (Nelson, 2003).
Hampir semua gangguan pada system peredaran drah disertai dengan anemia,
yaitu yang ditandai warna kepucatan pada tubuh terutama ekstremitas.
(Susilaningrum, 2013)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat/kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya (Doenges, 1999 dalam Nabiel, 2014).
B. Etiologi
Menurut Susilaningrum (2013), penyebab anemia dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :
a. Perubahan sintesis Hb, dapat menimbulkan anemia defisiensi Fe,
thalasemia, anemia infeksi kronik;
b. Perubahan sintesis DNA akibat kekurangan nutrient, sehingga dapat
terjadi anemia pernisiosa dan anemia asam folat;
c. Fungsi sel induk (system sel) terganggu, sehingga dapat terjadi
anemia aplastik, leukemia;
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya, karena karsinoma.
5
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdrahan atau tgrauma/kecelakaan yang terjadi
mendadak
b. Kronis karena perdarahan saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemeahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat terjadi
karena :
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit)
b. Faktor didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit,
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal
4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang
dimaksud adalah protein, folid acid, vitamin B12, mineral fe.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab tersebut di atas, anemia dapat dikelompokkan
menjadi beberapa, yaitu sebagai berikut : (Arif Majoer, 1999 dalam Nabiel,
2014)
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi (Fe)
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang
merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin.
Kekurangan zat besi (Fe) disebabkan berbagai alat, diantaranya
sebagai berikut.
1) Masukan (intake) yang kurang mengandung zat besi terutama pada
fase pertumbuhan cepat.
2) Penurunan resorbsi karena kelainan pada usus atau anak banyak
mengkonsumsi teh. Menurut penelitian, teh dapat menghambat
resorbsi Fe.
6
a. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah.
Penurunan sel induk bisa karena bawaan, dalam arti tidak jelas
penyebabnya (ideopatik), yang di alami sekitar 50% penderita. Selain
karena bawaan, bisa karena didapat, yaitu kemungkinan adanya
pemakaian obat-obatan, seperti bilsulfat, kloramhenikol, dan
klorpromazina. Obat-obatan tersebut mengakibatkan penekanan pada
sumsum tulang.
b. Mikroenviromment, seperti radiasi, kemoterapiyang lama dapat
mengakibatkan sembab yang fibrinus, dan infiltrasi sel.
c. Penurunan poitin, sehingga yang berfungsi merangsang tumbuhnya
sel-sel darah dalam tulang tidak ada.
d. Adanya sel inhibitor (T.limposit) sehingga menekan/menghambat
maturasi sel-sel induk pada sumsum tulang.
D. Patofisiologi
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah factor yang
mengurangi pasokan zat besi, mengganggu absobsinya, meningkatkan
kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang mempengaruhi sintesis Hb.
Meskipun manifestasi klinis dan evaluasi diagnostic defisiensi zat besi cukup
serupa tanpa memerhatikan penyebabnya, pertimbangan terapeutik dan
keperawatannya bergantung pada penyebab spesifik terjadinya defisiensi zat
besi. Pembahasan berikut ini hanya dibatasi pada anemia defisiensi besi yang
terjadi karena kandungan zat besi yang tidak memadai dalam makanan.
Selama trisemester te rakhir kehamilan, zat besi dipindahkan dari dalam
tubuh ibu kedalam tubuh janin. Sebagian besar zat besi disimpan dalam
eritrosit janin yang bersirkulasi sementara sisanya berada didalam hati, limfa,
dan sumsum tulang janin. Biasanya simpanan zat besi ini sudah mencukupi
kebutuhan selama 5 hingga 6 bulan pertama pada bayi aterm tetapi pada bayi
premature atau kembar, simpanan tersebut hanya cukup untuk 2 hingga 3
bulan.
10
E. Pathway
Penurunan jumlah
eritrosit Penurunan kadar Hb Efek GI
Gangguan penyebaran
Kompensasi jantung Kompensasi jantung nutrisi & defesiensi folat
Kardiomegali
Sumber : Nurarif Huda Amin,2015 buku aplikasi nanda NIC-NOC
12
F. Manifestasi klinis
1. Manifestasi klinis yang muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang kunang
c. Lesu
d. Aktivitas berkurang
e. Rasa ngantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik atau pikiran menurun
2. Gejala khas masing masing anemia
a. Pendarahan berulang atau kronik pada anemia pasca pendarahan,
anemia defisiensi besi
b. Ikterus, urine berwarna kuning tua/coklat, perut merongkol atau makin
bncit pada anemia hemolitik.
c. Mudah insfeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulsu celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
pembesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia
1) Defisiensi besi : spoon nail, glositis
2) Defisiensi B12 : paresis,ulkus ditungkai
3) Hemolitik : ikterus splenomegali
4) Aplastik : anemia biasanya berat, pendarahan, insfeksi
13
G. Komplikasi
Menurut Sharma (2010), terdapat komplikasi pada anemia dalam
kehamilan. komplikasi tersebut dapat terjadi pada ibu dan bayi.
a. Komplikasi Maternal
Anemia ringan tidak terlalu menunjukkan efek pada kehamilan dan
persalinan kecuali ibu yang memiliki simpanan besi yang rendah dan
dapat menjadi anemia sedang sampai berat pada kehamilan selanjutnya.
Anemia sedang menyebabkan meningkatnya kelemahan, kekurangan
energy, kelelahan dan performa kerja yang buruk. Pada anemia berat,
berhubungan dengan keluaran yang buruk. Ibu bisa mengalami palpitasi,
takhikardi, sesak nafas, meningkatkan cardiac output dan mengarah
kepada cardiac stress yang dapat menyebabkan dekompensasi dan gagal
jantung yang fatal. Peningkatan insidensi persalinan preterm (28,2%),
preeklampsia (31,2%), dan sepsis bisa berhubungan dengan anemia.
b. Komplikasi fetal
Terlepas dari simpanan besi maternal, fetus masih mendapatkan besi
dari transferrin ibu, yang terperangkap di plasenta dan yang dimana pada
waktunya, memindahkan dan menranspor besi secara aktif ke fetus.
Bertahap, janin tersebut cenderung memiliki simpanan besi yang menurun
karena deplesi simpanan maternal.
Keluaran yang merugikan selanjutnya pada perinatal seperti kelahiran
preterm dan usia gestasi bayi yang kecil, dan peningkatan mortalitas
perinatal telah diobservasi pada neonates dengan ibu yang anemia.
Suplemen besi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan keluaran
perinatal. Berat rata-rata, skor APGAR, dan level hemoglobin 3 bulan
setelah kelahiran akan membaik secara signifikan pada bayi dalam grup
yang diberi suplemen daripada grup yang diberi placebo.
14
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini ,dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morflogi anemia tersebut.pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, ( MCV,DAN MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, tombosit, laju endap
darah , dam hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sum sum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoesis
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
menginformasikan dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut :
1) Anemia defisiensi besi : serum ion, TIBC, saturasi transferin, dan
feritin serum
2) Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, trombosit,
vitamin B12
3) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb
4) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Dengan memberikan tranfuse darah, pilihan kedua (plasma exspander
atau plasma substitute). Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena.
2. Keperawatan
a. Pengkajian
Pada pengkajian lebh difokuskan pada bayi dan balita yang mengalami
defisiensi Fe.
1) Usia
Anak yang mengalami defisiensi besi biasanya berusia 6 – 24
bulan dan masa pubertas. Pada usia tersebut kebutuhan Fe cukup
tinggi, karena digunakan untuk pertumbuhan uang lebih relative
cepat disbanding priode pertumbuhan lainnya ( Wong ,1991).
2) Pucat
Pada anemia pascapendarahan, kehilangan darah sekitar 12-
15% akan menyebabkan pucat dan takikardi.kehilangan darah yang
cepat mengakibatkan reflex kardiovaskuler secara fisiologis berupa
kontraksi arterial, penambahan aliran darah ke organ vital, dan
pengurangan aliran darah yang kurang vital, seperti ekstermitas.
a) Pada defisiensi zat besi maupun asam folat ( penisiosa), pucat
terjadi karena tidak tercukupinya bahan baku pembuat sel darah
16
maupun bahan esensial untuk pematangan sel dalam hal ini zat
besi dan asam folat
b) Pucat pada anemia hemolistik terjadi karena penghancuran sel
darah merah sebelum waktunya. Secara normal, sel darah
merah akan hancur dalam waktu 120 hari dan selanjutnya
membentuk sel darah baru.
c) Pucat pada anemia aplastik terhentinya pembentukan sel darah
pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang
mengalami kerusakan.
d) Warna kepucatan pada kulit ini dialami oleh hamper semua
anak anemia. Warna pucat ini dapat kita lihat pada telapak
tangan, dasar kuku, konjungtiva, dan mukosa bibir. Cara
sederhana adalah dengan membandingkan telapak tangan anak
dengan telapak tangan petugas atau orang tuanya. Hal yang
perlu kita perhatikan adalah bahwa telapk tangan pembanding
harus normal.
3) Mudah lelah/lemah
Berkurangnya kadar oksigen dalam tubh mengakibatkan
keterbatasan energy yang dihasilkan oleh tubuh, sehinggga anak
kelihatan lesu, kurang bergairah, dan mudah lelah. Oksigen yang
terikat dengan Hb pada sel darah merah mempunyai salah satu
fungsi untuk aktivitas tubuh.
4) Pusing kepala
Pusing kepala pada anak anemia karena persendisn atau aliran
darah ke otak berkurang.
5) Napas pendek
Rendahnya kadar Hb akan menurnkan kadar oksigen karena Hb
merupakan pembawa osiigen. Oleh karena itu, sebagai kompensasi
peningkatan denyut tersebut,pernapasan menjadi cepat dan pendek
6) Nadi cepat
17
b. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
Penurunan konsentrasi Hb dan darah
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular
c. Intervensi Keperawatan