Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pengadaan Tanah berarti kegiatan
menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak
yang benar. Objek Pengadaan Tanah adalah Tanah, Ruang atas Tanah dan Bawah Tanah,
Bangunan, Tanaman, Benda yang berkaitan dengn tanah, atau lainnya yang dapat dinilai.1
1. Kepentingan Umum
2. Kepentingan Swasta
Penanaman Modal
1
Leks&Co. (2015, 2 November). Pengadaan Tanah. Diakses 20 Oktober 2018, dari
https://www.slideshare.net/mobile/leksnco/pengadaan-tanah-54637331
- Perolehan Tanah asal Hak Pakai
Pertanahan setempat.
perusahaan.2
2
Leks&Co. (2015, 2 November). Pengadaan Tanah. Diakses 20 Oktober 2018, dari
https://www.slideshare.net/mobile/leksnco/pengadaan-tanah-54637331
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH
berkaitan dengan pengadaan tanah demi kepentingan umum.3 Dalam artian bahwa tanah
yang telah diambil dari warga masyarakat peruntukannya benar-benar untuk kepentingan
melepaskan haknya tersebut sehingga tidak ada lagi hubungan hukum dengan pemiliknya.
Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 2 ayat (2) dan (3) Keppres No. 55/93 dinyatakan
bahwa:
Pemerintah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
Pengadaan tanah selain untuk pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh
pemerintah dilaksanakan dengan cara jual beli, tukar-menukar, atau cara lain yang
Beranjak dari ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan (3) di atas, untuk menentukan penetapan
pengadaan tanah bagi kepentingan umum, harus diselaraskan dengan perencanaan tata
ruang daerah yang bersangkutan. Ini dimaksudkan agar jangan sampai tanah masyarakat
yang telah diambil untuk pembangunan ternyata tidak sesuai dengan perencanaan dan
pengembangan kota, sehingga merugikan masyarakat yang bersangkutan. Hal ini dipertegas
dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) Keppres No. 55/93 dinyatakan bahwa:
penetapan rencana pembangunan untuk kepentingan umum tersebut sesuai dengan dan
3
Supriadi, S.H., M.Hum. 2016. Hukum Agraria. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 75
berdasar pada Rencana Umum Tata Ruang yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Bagi
daerah yang belum menetapkan Tata Ruang, pengadaan tanah dilakukan berdasarkan
Mencermati dengan seksama ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan (2) di atas, ternyata
memberikan kesempatan bagi daerah yang belum mempunyai Rencana Tata Ruang, untuk
mempergunakan perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada sebelumnya. Ini
berarti bahwa tidak terjadi kekacauan dalam menentukan pengadaan tanah bagi kepentingan
umum tersebut.
Perbedaan yang sangat mencolok antara Permendagri Nomor 15 Tahun 1975 dengan
Keppres Nomor 55 Tahun 1993 terletak pada penetapan bidang pembangunan yang
termasuk dalam kategori kepentingan umum. Pada Keppres Nomor 55 Tahun 1993 diatur
umum, sedangkan Kepmendagri Nomor 15 Tahun 1975 tidak diatur secara jelas.4
pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki pemerintah serta tidak digunakan
e. Peribadatan;
4
Supriadi, S.H., M.Hum. 2016. Hukum Agraria. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 76
h. Fasilitas pemakaman umum;
k. Sarana olahraga;
m. Kantor pemerintah;
umum tersebut tetap ditentukan dalam keputusan Presiden Republik Indonesia. Hal ini
menandakan bahwa penentuan pembangunan yang masuk dalam kategori tersebut, bukan
sembarang ditentukan tetapi harus melalui suatu proses yang nantinya Presiden sendirilah
5
Supriadi, S.H, M.Hum. 2016. Hukum Agraria. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 77