Anda di halaman 1dari 9

HUKUM PEMERINTAHAN

DAERAH

PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGGABUNGAN


DAERAH & DAERAH PERSIAPAN
KELOMPOK 1

Athifa Syziya Putri 1709114660


Bunga Salsabila 1709110296
Ilham Dwi Mirza 1709122429
Laili Ramadhani 1709123031
PEMBENTUKAN DAERAH
Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan
publik guna mempercepat terwujudnya kesehjateraan masyarakat disamping
sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal.
Pembentukan suatu daerah harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan
fisik kewilayahan. Persyaratan administratif untuk provinsi meliputi adanya
persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang akan menjadi
cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta
rekomendasi dari Mentri Dalam Negri sebagaimana disebutkan diatas. Syarat
teknis meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
kependudukan, luas daerah, pertanahan, dan keamanan, serta faktor lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
PEMBENTUKAN KAWASAN
KHUSUS
Disamping adanya aturan tentang pembentukan daerah, dalam
undang-undang ini juga diatur tentang pembentukan kawasan
khusus yang bertujuan untuk menyelenggarakan fungsi
pemerintahan tertentu yang bersifat khusus, dalam suatu wilayah
provinsi dan/atau kabupaten kota.
Kawasan khusus adalah sebuah kawasan strategis yang secara
nasional menyangkut hidup orang banyak. Dari sudut politik, sosial,
budaya, lingkungan serta pertahanan dan keamanan. Fungsi
pemerintahan dalam kawasan khusus ini, antara lain pertahanan
negara, pendayagunaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau
tertentu/terluar, lembaga pemasyarakatan, pelestarian warisan
budaya, dan cagar alam, pelestarian lingkungan hidup, riset dan
teknologi.
KONSEPSI PEMEKARAN DAERAH

pemekaran daerah diartikan sebagai pemecahan daerah


provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota menjadi lebih
dari satu daerah, berdasarkan kriteria kemampuan
ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
jumlah penduduk, luas daerah, pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
menurut Pasal 1 PP No. 78 Tahun 2007. pemekaran
daerah sebagai pemecahan provinsi atau kabupaten/kota
menjadi dua daerah atau lebih.
Pemekaran daerah juga dapat dipahami sebagai
pembagian kewenangan administratif dari satu wilayah
menjadi dua atau beberapa wilayah. Pembagian tersebut
juga menyangkut luas wilayah maupun jumlah penduduk
sehingga lebih mengecil. Pada level provinsi
menghasilkan satu pola yakni dari satu provinsi menjadi
satu provinsi baru dan satu provinsi induk. Sementara
pada level kabupaten terdiri dari beberapa pola yakni,
Pertama, dari satu kabupaten menjadi satu kabupaten baru
(Daerah Otonom Baru; DOB) dan kabupaten induk.
Kedua, dari satu kabupaten menjadi satu kota baru dan
kabupaten induk. Ketiga, dari satu kabupaten menjadi dua
kabupaten baru dan satu kabupaten induk.
PENGGABUNGAN DAERAH

Penggabungan daerah sama halnya dengan penghapusan


daerah, penggabungan daerah biasanya juga dilakukan
dengan melihat dari intrepretasi pemerintah dalam melihat
kemampuan suatu daerah dalam mengembangkan rumah
tangganya sendiri. Pengabungan daerah yang masih belum
dianggap mampu untuk mengelola kebijakan dan
pengaturan rumah tangganya sendiri.
DAERAH PERSIAPAN

Pembentukan daerah otonom baru melalui tahap persiapan


sebenarnya bukanlah konsep baru. Pada masa berlakunya UU
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah, konsep tersebut telah digunakan dalam wujud pembentukan
kota administrative (kotip) sebelum dinaikkan statusnya menjadi
kotamadya otonom.
Daerah persiapan dalam Desartada diartikan sebagai bagian
wilayah dari sebuah daerah otonom atau gabungan wilayah dari
bagian wilayah daerah otonom yang berdekatan, yang disiapkan
secara khusus untuk menjadi daerah otonom baru, dengan
memberikan kewenangan menjalankan pemerintahan di bawah
pembinaan dan tanggung jawab daerah otonom induknya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai