Disusun Oleh:
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyaji sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah hasil presentasi yang berjudul “Kebutuhan
psikologis ibu hamil trimester I, II, dan III “.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan
sumber informasi. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Tujuan ………………………………………………………………….…………….. 4
Masalah ……………………………………………………………………………… 4
Bab II Pembahasan
Kesimpulan ……………………………………….…………………..………………. 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan masa dimana seseorang perempuan membawa embrio atau fetus di
dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus
kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis yang digunakan pada
wanita hamil adalah gravida.
Kehidupan manusia dimulai sejak konsepsi hingga akhir hayat dan ini merupakan proses
yang selalu berkesinambungan. Apabila sejak konsepsi kebutuhan seorang ibu hamil sudah
diperhatikan maka juga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan janin
yang kelak akan menjadi seorang individu.
Salah satu kebutuhan ibu hamil adalah kebutuhan psikologis. Kebutuhan ini, juga
dipengaruhi oleh faktor keluarga, dan masyarakat serta lingkungan sekitar. Kebutuhan
psikologis ini seringkali tidak diperhatikan oleh ibu hamil. Terlebih bila sudah melewati
trimester satu dan dua.
Memasuki trimester 3 ibu mulai mempersiapkan diri untuk melewati proses persalinan, oleh
karena itu dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada keadaan
psikologis ibu.
Para tenaga medis menefinisikan kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan,
sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama
membawa resiko tertinggu keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangfkan pada
triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan di diagnose. Triwulan ke-3
menandakan awal “viabilitas” yang berarti janin dapat hidup bila terjadi kelahiran awal
alami atau kelahiran dipaksakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikologis?
2. Bagaimana kondosi psikologis pada ibu hamil?
3. Apa saja pengaruh dukungan keluarga terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester
I,II,III?
4. Apa pengaruh support tenaga kesehatan terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil
trimester I, II, III?
5. Apa pengaruh rasa aman dan nyaman terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester
I.II.III?
6. Apa saja kebutuhan psikologis pada ibu hamil?
7. Apa pengaruh persiapan orang tua terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester
I,II,III?
8. Apa pengaruh persiapan sibling terhadap kebutuhan psikologis ibu hamil trimester I,II,
III?
9. Apa saja dampak psikologis ibu hamil trimester I,II, III jika tidak terpenuhi?
C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian umum mengenai psikologis.
2. Mampu menjelaskan mengenai kondisi psikologis pada ibu hamil.
3. Mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam suport keluarga terhadap ibu
hamil trimester I,II,III.
4. Mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam suport dari tenaga kesehatan
terhadap ibu hamil trimester I,II, III.
5. Mampu menjelaskan pengaruh kebutuhan psikologis dalam rasa aman dan
nyaman terhadap ibu hamil selama kehamilan trimester I,II,III.
6. Mampu menjelaskan kebutuhan psikologis pada ibu hamil/
7. Dapat mengetahu apa saja persiapan menjadi orang tua selama kehamilan.
8. Mampu menjelaskan persiapan sibling pada psikologis ibu hamil trimester I,II,III
9. Dapat menjelaskan dampak jika psikologis ibu hamil trimester I,II, III jika tidak
terpenuhi
BAB II
PEMBAHASAN
a) Motivasi Suami
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang
ayah adalah timbul nya kebanggaan atas kemampuanya mempunyai keturunan
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan nya menjadi seorang ayah dan menjadi
pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat
memperhatikan keadaan ibu yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karna
takut akan mencederai bayi nya . Adapula pria yang hasrat seksual nya terhadap wanita
hamil relative besar. Disamping respon yang diperhatikan nya , seorang ayah dapat
memahami keadaan ini dan menerimanya.
Zaman dahulu seorang suami ikut mendukung kehamilan istrinya dengan ritual-ritual
keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang diberikan oleh suami kepada saat ini,
bentuk dukungan yang diberikan oleh suami lebih pada:
b) Motivasi Keluarga
Untuk menciptakan rasa nyaman dapat ditempuh dengan senam untuk memperkuat
otot-otot, mengatur posisi duduk untuk mengatasi nyeri punggung akibat janin,
mengatur berbagai sikap tubuh untuk meredakan nyeri dan pegal, sikap berdiri yang
membuat bayi leluasa, melatih sikap santai untuk menenangkan pikiran, dan
menenangkan tubuh, melakukan relaksasi sentuhan, teknik pemijatan.
b) Diare
d) Gatal-gatal
i) Keputihan
j) Keringat bertambah
m) Mati rasa dan rasa geli pada jari tangan dan kaki dapat dikurangi/dicegah
dengan jelaskan kemungkinan penyebab, perhatikan postur tubuh yang benar,
rebahkan diri.
s) Sakit kepala
Kelahiran dapat pula disebut sebagai suatu keajaiban karena dalam waktu Sembilan
bulan terbentuklah suatu makhluk hidup baru dari sebuah sel yang besarnya tidak
lebih dari sebutir pasir. Peristiwa ini membuat pasangan suami istri berubah status
menjadi orang tua, dan mengalami berbagai kejadian berarti dalam hidupnya.
Kegembiraan dan kesedihan akan lebih mempererat hubungan diantara keduanya.
Mengandung merupakan waktu yang paling mencemaskan bagi ibu apalagi ketika
menunggu saat kelahiran, dan ini dapat diperingan dengan mendiskusikan semua
kecemasan yang dirasakan dengan pasangan, keluarga dan tenaga kesehatan. Memang
ketika mengetahui bahwa diri hamil akan terasa mengejutkan. Namun meskipun
demikian segala persiapan untuk menjadi orang tua harus direncanakan sedini
mungkin diantaranya :
b) Berdiskusi dengan pasangan tentang apa yang akan dilakukan untuk menghadapi
status sebagai orang tua, seperti : Akomodasi bagi calon bayi; Menyiapkan
tambahan penghasilan; Bagaimana nanti bila tibanya saat ibu harus kembali
bekerja; Apa saja yang diperlukan untuk merawat bayi ?; Hubungan ini dapat
memperkokoh perasaan diantara pasangan, bahwa memiliki bayi berarti saling
membagi tugas.
Yang tidak kalah penting adalah persiapan psikologis dalam menghadapi perubahan
status dari hanya hidup berdua dengan pasangan, sekarang datang anggota baru yang
memiliki berbagai keunikan. (Ai Yeyeh S.Si.T, dkk, 2009)
Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak, dapat belajar dari
pengalaman mengasuh anak sebelumnya.
Selain persiapan mental, yang tak kalah pentingnya adalah persiapan ekonomi, karena
bertambah anggota, bertambah pula kebutuhannya.
Pendidikan orang tua adalah sebagai proses pola untuk membantu orang tua dalam
perubahan dan peran ibu hamil. Pendidikan orang tua bertujuan mempersiapkan
orang tua untuk menemukan tantangan dalam melahirkan anak dan segera menjadi
orang tua. Persiapan orang tua sebaiknya meliputi kedua calon orang tua yaitu wanita
dan pasangannya serta harus mencakup tentang kehamilan. Pendekatan yang
dilakukan bervariasi dengan memperhatikan aspek fisik dan psikologis keduanya.
Salah satu persiapan orang tua dapat dilaksanakan dengan kelas pendidikan
kelahiran/kelas antenatal.
1. Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa transisi atau
peralihan
2. Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang baru,
serta ketidak pastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat disatukan
dengan anggota keluarga yang baru.
Dalam proses ini orang tua melibatkan aktifitas perawatan anak, seperti memberi
makan, menjaganya dari bahaya, memungkinkannya untuk bisa bergerak.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. Banyak
orang tua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan proses belajar ini mungkin
sukar bagi mereka. Akan tetapi, hampir semua orang tua memiliki keinginan
untuk belajar dan dibantu dukungan orang lain menjadi terbiasa dengan aktifitas
merawat anak.
4. Keterampilan Kognitif-Efektif
Komponen psikologis menjadi orang tua, sifat keibuan atau kebapakkan
tampaknya berakar dari pengalaman orang tua dimasa kecil saat mengalami dan
menerima kasih sayang dari ibunya. Dalam hal ini orang tua bisa dikatakan
mewarisi kemampuan untuk menunjukkan perhatian dan kelembutan.
Keterampilan kognitif-efektif menjadi oarang tua ini meliputi sikap yang lembut,
waspada dan memberi perhatian lepada bayinya. (Buku Keperawatan Ibu Hamil)
1. Suatu kesempatan belajar perubahan fisik selama hamil, persalinan dan setelahnya
3. Mendapatkan support social dari orang tua yang mempunyai pengalaman serupa
dengan mereka
4. Suatu cara belajar tentang menjadi orang tua dari wanita yang baru melahirkan,
apabila kelas diatur dalam beberapa cara yaitu ibu baru dipertemukan dengan calon
ibu
Sibling Rivalry
Sumber : http://sharingdisini.com/wp-content/uploads/2013/11/um-wh-getting-prego-again-image.jpg
Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi krisis
terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan.
Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk
kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut
juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi
antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua
orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki
dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau
lebih.
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa
bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah
sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antaranak-anak seusia
seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya,
antara lain:
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi
fasilitator.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga
anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu
sama lain.
7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil
bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan
fisik.
11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk
anak-anak.
12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-hari
adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindarisibling rivalry yang paling bagus.
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung
kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar akan adanya
kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan
kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat
stres pada anak-anak ini
1. Masalah tidur.
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia
1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
1. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum
kelahiran.
3. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh
anaknya.
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada
anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuhibunya dan mungkin
menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan
adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga
dapat mengasuh adiknya.
Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja yang
merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam
perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan pararemaja yang menghadapi
kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
Wanita hamil termasuk dalam kategori kelompok khusus karena pada saat wanita mengalami
kehamilan terjadi berbagai perubahan fisik maupun psikologis. Hak-hak yang dimiliki wanita
hamil adalah sebagai berikut
1. Wanita hamil berhak memperoleh informasi tentang obat yang diberikan kepadanya dan
pelaksaan prosedur oleh petugas kesehatan yang merawatnya, terutama yang berkaitan
dengan efek-efek yang mungkin terjadi secara langsung maupun tidak langsung, risiko
bahaya yang mungkin tejadi pada diri atau bayinya slama masa kehamilan, melahirkan,
dan laktasi.
2. Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang menyangkut
persiapan kelahiran dan cara-cara mengatasi ketidaknyamanan dan stress serta informasi
sedini mungkin tentang kehamilan.
5. Wanita hamil berhak untuk memperoleh informasi tentang pengaruh terhadap fisik,
mental, maupun neurologis terhadap pertumbuhan bayinya.
6. Wanita hamil berhak untuk mengetahui nama obat dan nama pabriknya, bila diperlukan,
sehingga dapat memberikan keterangan kepada petugas kesehatan yang professional bila
terjadi reaksi terhadap obat tersebut.
7. Wanita hamil berhak untuk membuat keputusan tengtang diterima atau ditolaknya suatu
terapi yang dianjurkan setelah mengetahui kemungkinan risiko yang akan terjadi pada
dirinya, tanpa tekanan dari pihak lain.
8. Wanita hamil berhak untuk mengetahui nama dan kualifikasi orang yang memberikan
obat atau melakukan prosedur selama melahirkan.
9. Wanita hamil berhak untuk memperoleh informasi tentang keuntungan suatu prosedur
bagi bayi dan dirinya sesuai indikasi medis.
10. Wanita hamil berhak untu didampingi oleh orang yang merawatnya selama dalam
keadaan stress persalinan.
11. Setelah melakukan konsultasi medis, wanita hamil berhak untuk memilih posisi
melahirkan yang tidak menimbulkan stress bagi diri sendiri maupun bayinya.
12. Wanita hamil berhak untuk meminta agar perawatan bayinya dilakukan satu kamar
dengannya, bila bayinya normal dan dapat member minum bayinya sesuai kebutuhan,
dan bukan menurut aturan rumah sakit.
13. Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang orang yang menolong
persalinannya serta kualifikasi profesionalnya untuk kepentingan surat keterangan
kelahiran.
14. Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang kondisi diri sendiri dan
bayinnya yang dapat menimbulkan masalah atau penyakit di kemudian hari.
15. Wanita hamil berhak atas dokumen lengkap tentang diri dan bayinya, termasuk catatan
perawat yang disimpan salama kurun waktu tertentu.
16. Wanita hamil berhak untuk menggunakan dokumen medis lengkap, termasuk catatan
perawat dan bukti pembayaran selama dirawat di rumah sakit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin seorang
suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan mengajak istri
jalan-jalan ringan, menemahi istri ke dokter untuk memeriksakan kehamilannya serta tidak
membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan suami tergantung dari
keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan ada tidaknya masalah
atau kekhawatiran akan bayinya.
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang
hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang
wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang –
orang terdekat.
B. Saran
Dari diskusi kelompok kami mengenai kebutuhan psikologis pada ibu hamil trimester ketiga,
kami mengharapkan sebuah motivasi dan acuan dari lingkungan keluarga, sosial juga
masyarakat untuk senantiasa memberikan perhatian khusus terhadap wanita yang sedang
mengalami kehamilan. Agar meminimalisir terjadinya gangguan dan trauma-trauma yang
terjadi pada ibu hamil juga untuk menghindari terjadinya kecacatan fisik pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8222380/Adaptasi_Psikologis_Pada_Kehamilan
http://sharingdisini.com/wp-content/uploads/2013/11/um-wh-getting-prego-again-image.jpg
http://www.lusa.web.id/kebutuhan-psikologis-ibu-hamil/
https://delimaroicha.wordpress.com/2013/10/25/kebutuhan-psikologi-ibu-hamil-trimester-ii/
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA KEHAMILAN
Disusun Oleh:
2014/2015