Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kehamilan merupakan masa dimana seseorang perempuan membawa embrio atau


fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam
kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis yang digunakan
pada wanita hamil adalah gravida.
Kehidupan manusia dimulai sejak konsepsi hingga akhir hayat dan ini merupakan
proses yang selalu berkesinambungan. Apabila sejak konsepsi kebutuhan seorang ibu hamil
sudah diperhatikan maka juga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
janin yang kelak akan menjadi seorang individu.
Salah satu kebutuhan ibu hamil adalah kebutuhan psikologis. Kebutuhan ini, juga
dipengaruhi oleh faktor keluarga, dan masyarakat serta lingkungan sekitar. Kebutuhan
psikologis ini seringkali tidak diperhatikan oleh ibu hamil. Terlebih bila sudah melewati
trimester satu dan dua.
Memasuki trimester 3 ibu mulai mempersiapkan diri untuk melewati proses
persalinan, oleh karena itu dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat
berpengaruh pada keadaan psikologis ibu.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang kebutuhan psikologis pada ibu hamil.
Dimana pentingnya suport dari keluarga, dari tenaga kesehatan sangat berpengaruh kepada
perubahan psikologis ibu tersebut. Bahkan rasa nyaman dan aman ibu itu sendiri berdampak
besar pada proses persalinan yang semakin dekat.

Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Support Keluarga


2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Support Tenaga Kesehatan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Rasa Nyaman Selama Kehamilan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Persiapan Menjadi Orang Tua
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Persiapan Sibling
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Hak Klien

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. Support Keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang
sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil.
Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari
orang – orang terdekat.(Jensen.2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas)
Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga yang dapat diikuti dengan stres
dan kecemasan. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus terlibat
terutama suami.

a. Dukungan Suami

Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan
kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu
produksi ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan
istri. Saat hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami
yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri
mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan. (Allina Hospitals & Clinics, tahun 2001)
Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan
meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada
tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya.
Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, dapat mempengaruhi
keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat
ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya.
(Allina Hospitals & Clinics, tahun 2001)
Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin
seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan
mengajak istri jalan-jalan ringan, menemani istri ke dokter untuk memeriksakan
kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan
suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan
ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya. (Allina Hospitals & Clinics, tahun
2001)

2
Penelitian yang dimuat dalam artikel ”What Your Partner Might Need From You
During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals dan Clinics (2001), Amerika Serikat,
mengatakan keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk bayinya kelak
sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa kehamilan

Penelitian di Indonesia, dukungan suami yang diharapkan istri yang sedang hamil antara lain:

1. Suami mendambakan bayi dalam kandungan istri


2. Suami senang mendapat keturunan
3. Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan istri saat ini
4. Suami memperhatikan kesehatan istri
5. Suami menghibur atau menenangkan ketika istri menghadapi masalah
6. Suami menasihati istri agar tidak terlalu lelah bekerja
7. Suami membantu tugas istri
8. Suami berdoa untuk kesehatan istri dan keselamatan ibu-calon bayi
9. Suami menunggu ketika istri melahirkan baik secara normal maupun operasi

c. Dukungan Keluarga

a) Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal


yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil.
Wanita hamil sering kali mempunyai ketergantungan terhadap orang lain
disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga harus menjadi
bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.
b) Dukungan Keluarga Dapat Berbentuk :
 Ayah – ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan
ini.
 Ayah – ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam
periode ini.
 Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi.
 Adanya ritual adat istiadat yang memberikan arti tersendiri yang
tidak boleh ditinggalkan.(Allina Hospitals & Clinics, tahun 2001)

3
II. Support Tenaga Kesehatan

 Support dari bidan kepada ibu hamil

Bidan berperan memberikan support dan dukungan moral bagi klien dalam
menghadapi perubahan fisik dan adaptasi psikologis, meyakinkan bahwa klien dapat
menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang
normal. Bidan harus bekerja sama dan membangun hubungan yang baik dengan klien
agar terjalin hubungan yang terbuka antara bidan dan klien. Keterbukaan ini akan
mempermudah bidan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.

Peran bidan dalam persiapan psikologis ibu hamil yaitu mempelajari keadaan
lingkungan ibu hamil. Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga,
keuangan, perumahan dan pekerjaan dapat juga menimbulkan depresi dan perlu
penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan pengkajian termasuk keadaan
lingkungan (latar belakang) sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan
kebidanan

Bidan juga berfungsi sebagai fasilitator bagi kliennya. Bidan dapat membagi
pengalaman yang pernah dirasakan bidan itu sendiri atau menceritakan pengalaman
orang lain sehingga klien mampu membayangkan bagaimana cara mereka sendiri
untuk menyelesaikan dan menghadapi permasalahannya. Bidan memperkuat pengaruh
yang positif misalnya dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang
kebahagiaan akan mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan.

Bidan juga berperan sebagai pendidik, bidan yang memutuskan apa yang
harus diberitahukan kepada klien dalam menghadapi kehamilannya dan agar selalu
waspada terhadap setiap perubahan yang terjadi, perilakunya dan bagaimana
menghadapi permasalahan yang timbul akibat kehamilannya.

Dalam memberikan informasi dan pendidikan kesehatan, bidan mengurangi


pengaruh yang negatif misalnya kecemasan dan ketakutan yang sering ditimbulkan
oleh cerita cerita yang menakutkan mengenai kehamilan dan persalinan, pengalaman
persalinan yang lampau atau karena kurangnya pengetahuan mengenai proses

4
kehamilan dan persalinan. Bidan mengajarkan dan menganjurkan latihan fisik seperi
senam hamil untuk memperkuat otot otot dasar panggul.

Pada trimester pertama, tenaga kesehatan dapat memberi dukungan dengan


menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi padanya adalah
sesuatu yang sangat normal, sebagian besar wanita merasakan hal yang serupa pada
trimester pertama. Membantu ibu untuk memahami setiap perubahan yang terjadi
padanya baik fisik maupun psikologis . Yakinkan bahwa kebanyakan ibu akan merasa
lebih baik dan berbahagia pada trimester kedua.

Pada trimester ke dua, ibu sudah mulai merasa lebih sehat dan menginginkan
kehamilannya sehingga petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan
mengajarkan kepada ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda tanda bahaya,
rencana kelahiran dan kegawatdaruratan, karena saat ini merupakan waktu dan
kesempatan yang paling tepat.

Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada, sebab


pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Kewaspadaan ibu
terhadap timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan meningkat .Pada trimester
ini, petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan
bahwa yang dirasakan ibu adalah normal, Membicarakan lagi dengan ibu bagaimana
tanda tanda persalinan yang sebenarnya dan menenangkan ibu.

III. Rasa Nyaman Selama Kehamilan

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah
sang anak. Semakin banyak bukti menunjukan bahwa wanita yang diperhatikan dan
dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukan lebih sedikit gejala
emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan
penyesuaian selam masa nifas. Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan wanita
selama ia hamil, kebutuhan pertama ialah menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya
terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut kadalam keluarga.

5
Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang wanita
hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan
mempererat hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh
oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Hal
ini akan memberikan kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh
suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi
keinginan ibu hamil yang ngidam, mengingatkan minum tablet besi, maupun
membantu ibu malakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil.Walaupun suami
melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinggi dalam meningkatkan
keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.

Selama kehamilan mungkin ibu mengeluhkan bahwa ia mengalami berbagai


ketidaknyamanan, walaupun bersifat umum dan tidak mengancam keselamatan jiwa,
tapi ketidaknyamanan tersebut dapat menyulitkan ibu. Bidan sebagai tenaga kesehatan
harus mendengarkan keluhan ibu, membicarakan tentang berbagai macam keluhan
dan membantunya mencari cara untuk mengatasinya sehingga ibu dapat menikmati
kehamilannya dengan aman dan nyaman. Keluarga dapat memberikan perhatian dan
dukungan sehingga ibu merasa aman dan tidak sendiri dalam menghadapi
kehamilannya.

Untuk menyiapkan rasa nyaman dapat ditempuh dengan senam untuk


memperkuat otot-otot, mengatur posisi duduk untuk mengatasi nyeri punggung akibat
semakin membesar kehamilannya, mengatur berbagai sikap tubuh untuk meredakan
nyeri dan pegal, sikap berdiri yang membuat bayi leluasa, melatih sikap santai untuk
menenangkan pikiran dan tubuh, melakukan relaksasi sentuhan dan teknik pemijatan.

6
Beberapa ketidaknyamanan yang terjadi pada kehamilan :

Trimester I
 Diare
 Dapat dikurangi/dicegah dengan cairan pengganti, hindari makanan berserat
tinggi, makan sedikit namun sering
 Nocturia, dapat dikurangi/dicegah dengan penjelasan tentang sebab-
sebabnya, kosongkan saat terasa dorongan untuk BAK, perbanyak minum
pada siang hari, jangan kurangi minum malam hari kecuali sangat
mengganggu
 Striae di perut
 Gatal-gatal, dapat dikurangi/dicegah dengan menggunakan kompres, oatmeal
 Hidung tersumbat/berdarah
 Ngidam
 Kelelahan
 Kemerahan di telapak tangan
 Keputihan
 Berkeringat
 Ptyalism
 Mual dan muntah
 Sakit kepala
 Spider nevi

Trimester II
 Chloasma Gravidarum
 Diare
 Edema
 Gatal-gatal
 Gusi berdarah
 Hemoroid
 Sulit tidur
 Kemerahan pada telapak tangan
 Keputihan

7
 Berkeringat
 Konstipasi
 Kram pada kaki
 Mati rasa dan rasa geli pada jari tangan dan kaki
 Sesak napas
 Nyeri ligamentum
 Panas dalam
 Perut kembung
 Pusing

Trimester III
 Diare
 Edema
 Nocturia
 Gatal-gatal
 Hemoroid
 Keputihan
 Berkeringat
 Konstipasi
 Mati rasa dan geli

IV. Persiapan Menjadi Orang Tua


1. Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa transisi atau
peralihan.
2. Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang baru,
serta ketidakpastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat disatukan
dengan anggota keluarga yang baru.

Untuk pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi perubahan dari masa


anak menjadi orang tua, dan apabila kehamilan berakhir maka akan bertambah
tanggung jawab keluarga.

8
Suami akan mengalami perubahan menjadi orang tua, seperti
bertambahnya tanggung jawab. Selama periode prenatal, ibu ialah satu-satunya
pihak yang membentuk lingkungan tempat janin tumbuh dan berkembang.

Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan menjadi


seorang ayah maka timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai
keturunan bercampur dan keprihatinan akan persiapannya menjadi seorang ayah
dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat
memperhatikan keadaan ibu yang sedang hamil dan menghindari seks karena
takut akan mencederai bayinya. Disamping respon yang diperhatikannya, seorang
ayah perlu dapat memahami keadaan ini dan menerimanya.

Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orangtua


merupakan proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama, bersifat
praktis dan mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik. Komponen
kedua, bersifat emosional, melibatkan keterampilan kognetif dan efektif. Kedua
komponen ini penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi
.
 Keterampilan Kognitif – Motorik

Dalam proses ini orang tua melibatkan aktifitas perawatan anak, seperti
memberi makan, menjaganya dari bahaya, memungkinkannya untuk bisa
bergerak. Kemampuan ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan
budayanya. Banyak orang tua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan
proses belajar ini mungkin sukar bagi mereka. Akan tetapi, hampir semua
orang tua memiliki keinginan untuk belajar dan dibantu dukungan orang lain
menjadi terbiasa dengan aktifitas merawat anak.

9
 Keterampilan Kognitif-Efektif

Komponen psikologis menjadi orang tua, sifat keibuan atau


kebapakkan tampaknya berakar dari pengalaman orang tua dimasa
kecilsaatmengalami dan menerimakasihsayangdariibunya. Dalam hal ini
orang tua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjukkan perhatian
dan kelembutan. Keterampilan kognitif-efektif menjadi orang tua ini meliputi
sikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian kepada bayinya.

V. Persiapan Sibling

Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi
krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan.

a. Pengertian Sibling Rivalry


 Kamus kedokteran Dorland (Suhermi, 2008) : sibling (Anglo-saxon sib dan ling
bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atau
perempuan.
 Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme.
 Sibing rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta
kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan
pengakuan atau suatu yang lebih.
 Sibing rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-
laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai
dua anak atau lebih.
 Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang
biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah
sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-
anak seusia seperti itu bersifat ambivalen dengan love hate relationship.

10
b. Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain :
1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin
menunjukkan pada saudara mereka.
2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari
orang tua mereka.
3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan
anggota keluarga baru/bayi.
4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi
proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
5. Anak frustrasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran.
6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka.
7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam
keluarga adalah normal.
9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota
keluarga.
10. Orang tua mengalami stress dalam menjalankan kehidupannya.
11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12. Cara orang tua mempermalukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada
mereka.

c. Segi Positif Sibling Rivalry


Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi
positifnya, antara lain:
1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa
keterampilan penting.
2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi
fasilitator.

11
d. Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry,
sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain :
1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain
2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri
3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama dari pada bersaing antara satu sama
lain.
5. Memberi perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6. Mengajarkan anak-anak anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari
satu sama lain.
7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak sehingga
adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka
sendiri.
10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan
kekerasan fisik.
11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan
untuk anak-anak.
12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu
sama lain.
13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14. Kesabaran dan keuletan anak-anak untuk menghindari sibiling rivalry yang paling
bagus.

e. Peran Bidan
Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry antara lain :
1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama
pasca kelahiran.
2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respons positif
tentang bayinya, baik melalui sikap maupun dan tindakan (Pantikawati, 2010).
3. Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan

12
4. Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan

bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang

sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan

perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat

muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini

5. Tingkah laku ini antara lain berupa:

1. Masalah tidur.

2. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga

lain.

3. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan

menghisap jempol.

Batita (Bawah Tiga Tahun)

Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini

adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:

1. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu

sebelum kelahiran.

2. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan

menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.

3. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh

anaknya.

4. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.

13
Anak yang Lebih Tua

Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12

tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh

ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan

perhatian terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang

mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh adiknya.

Remaja

Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada

remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang

larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja

yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:

1. Berkurangnya ikatan kepada orang tua.

2. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.

3. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan

mereka sendiri.

4. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.

VI. Hak Klien

 Hak-Hak Ibu Dalam Layanan Anc

Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002), yaitu :

1. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus diberikan


langsung kepada klien (dan keluarganya).
2. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap sistem pelayanan,
dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung secara pribadi dan
didasari rasa saling percaya.

14
3. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya.
4. Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati privasinya dalam setiap pelaksanaan
prosedur.
5. Menerima layanan senyaman mungkin.
6. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.

 Hak-Hak Wanita Hamil

Dalam pelayanan asuhan kehamilan, Bidan dan tenaga professional lainnya harus
mempertahankan hak – hak ibu dalam menjalankan masa kehamilan. Beberapa hak – hak
wanita ini bisa digunakan sebagai pedoman.
Wanita hamil berhak mendapatkan perawatan pada masa kehamilan yang dikenal
dengan Antenatal Care (ANC). ANC merupakan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil
selama kehamilannya (Depkes, 1994). ANC selama kehamilan terdiri dari tiga kunjungan kali
kunjungan baik di puskesmas maupun rumah sakit.
Menurut UU Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 hanya berlaku bagi istri yakni pada
pasal 14: “Kesehatan istri meliputi masa prakehamilan, kehamilan, pascapersalinan dan masa
di luar kehamilan dan persalinan. Artinya, belum mengatur semua khususnya pada kasus
kehamilan di luar hubungan suami-istri (pemerkosaan, remaja hamil di luar nikah).
Pada Nomor 7 Tahun 1984 Pasal 12: Negara wajib menjamin pelayanan kehamilan,
persalinan dan pascapersalinan. UU Ketenagakerjaan Nomor 25 Tahun 1997 (UUK). UU ini
tidak mengatur Secara tegas mengenai hak-hak reproduksi buruh perempuan seperti cuti haid,
melahirkan dan menyusui yang sebelumnya diatur dalam UU No.12 Tahun 1948 tentang UU
Kerja. Dalam UU Tenaga Kerja Pasal 13 (Ayat 1,2,3):
 Ayat 1 : Buruh wanita tidak diperbolehkan bekerja pada hari pertama haid,
 Ayat 2: Buruh wanita harus diberi istirahat selama satu setengah bulan sebelum
saatnya melahirkan menurut perhitungan dan setelah melahirkan anak atau mengalami
keguguran.
 Ayat 3: Dengan tidak mengurangi yang telah ditentukan pada Ayat 1 dan 2, buruh
wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk
menyusui anaknya kalau hal ini dilakukan selama waktu kerja.

15
Hak – hak wanita khususnya yang berkaitan dengan Reproduksi:
 Hak untuk Hidup
 Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
 Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
 Hak privasi
 Hak kebebasan berpikir
 Hak atas informasi dan edukasi
 Hak untuk memilih menikah atau tidak serta untuk membentuk dan merencanakan
sebuah keluarga
 Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
 Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
 Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
 Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik, dan Hak untuk
terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan.

Dalam pembukaan UU HAM Tahun 1999 sudah menjamin wanita hamil berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus. Berdasarkan UU, maka ibu hamil bisa meminta
seseorang yang sehat berdiri dan memberinya tempat duduk. Dan sopir berhak menyuruh
penumpang lain berdiri dan memberikan tempat duduk. Jika tidak, maka bus yang menaikkan
orang hamil tanpa memberkannya tempat duduk bisa disebut melanggar UU HAM.
Menurut UU HAM Nomor 39 Pasal 48: Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan
dan pengajaran di semua jenis jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan.

Menurut UU HAM Nomor 39 Pasal 49:


1) Wanita berhak untuk memilih, dipilih, dingkat dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
2) Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan
atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan atau
kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.
3) Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin
dan dilindungi oleh hukum.

16
4) Pasal 50: Wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah berhak melakukan
perbuatan hukum sendiri, kecuali ditentukan lain oleh hukum agamanya.

Deklarasi Barcelona 23 – 27 September 2001 tentang hak – hak wanita


a. Melahirkan merupakan pilihan yang bebas
b. Memperoleh pendidikan dan informasi yang memadai mengenai kesehatan
reproduksi, kehamilan, persalinan, dan perawatan BBL
c. Mendapatkan jaminan dan dari pemerintah di Negara manapun untuk memperoleh
pertolongan yang benar dan suatu kehamilan tanpa resiko
d. Memperoleh informasi yang benar tentang prosedur dan perkembangan teknologi
tersebut terhadap kehamilan , persalinan dan prosedur yang paling aman
e. Memperoleh gizi yang cukup selama kehamilan
f. Tidak dikeluarkan dari pekerjaan hanya karena kehamilan
g. Tidak menerima diskriminasi dan hukuman yang diberikan masyarakat akibat
mengalami gangguan kehamilan
h. Kelahiran tidak boleh dibatasi atas dasar tatanan social
i. Membagi tanggung jawab dengan suami berkaitan dengan pengambilan keputusan
dalam proses reproduksi.
j. Mendapatkan informasi tentang keuntungan menyusui dan diberikan dorongan agar
segera menyusui setelah melahirkan berhak turut dalam pengambilan keputusan yang
mungkin memengaruhi dirinya dan janinnya
k. Wanita yang melahirkan di institusi berhak memutuskan mengenai pekerjaan, tempat
dan praktek secara kultural yang dianggap penting bagi individu
l. Wanita hamil dengan ketergantungan obat, AIDS, penyakit kelamin ataupun masalah
sosial yang memungkinkan mereka dijauhi masyarakat berhak mendapatkan
pertolongan khusus.

Pasien hamil memiliki hak, yang ditujukan pada pemberian obat atau tindakan, akan
mendapat penjelasan oleh petugas kesehatan yang memberikan asuhan padanya tentang efek-
efek potensial langsung atau tidak langsung, risiko atau bahaya terhadap dirinya atau bayinya
yang belum lahir atau bayinya yang baru lahir yang mungkin diakibatkan dari penggunaan
obat yang diresepkan atau tindakan-tindakan yang diharus selama masa kehamilan,
persalinan, kelahiran atau menyusui.

17
Pasien hamil memiliki hak, sebelum dilakukan terapi, berhak untuk mendapatkan
informasi tidak hanya tentang keuntungan-keuntungan, risiko-risiko dan bahaya dari terapi
yang diberikan, tetapi juga terapi alternatif, seperti tersedianya kelas-kelas pendidikan
melahirkan anak yang dapat mempersiapkan pasien hamil secara mental dan fisik untuk
mengatasi ketidak nyamanan atau stres selama masa kehmilan dan pengalaman melahirkan
anak, dengan demikian mengurangi atau meniadakan kebutuhannya akan obat dan intervensi
obstetrik. Ia harus diberikan informasi tersebut sejak awal kehamilannya dengan tujuan agar
ia membuat suatu keputusan yang cukup beralasan.

Pasien memiliki hak, sebelum memberikan obat apasaja, untuk mendapat informasi dari
petugas kesehatan yang meresepkan atau memberikan obat padanya bahwa setiap obat yang
ia dapatkan selama masa kehamilan, proses persalinan dan melahirkan, tidak perduli
bagaimana dan kapan obat tersebut diminum atau diberikan, yang dapat memberikan efek
buruk pada bayinya yang belum lahir, secara langsung atau tidak, dan bahwa tidak terdapat
obat atau bahan-bahan kimia yang telah terbukti aman untuk bayi yang dikandungnya. Pasien
hamil mempunyai hak, bila diantisipasikan akan dilakukan seksio sesaria.

18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin
seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan
mengajak istri jalan-jalan ringan, menemahi istri ke dokter untuk memeriksakan
kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan
suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan
ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya.
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang
hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang
wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang –
orang terdekat.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://bidanayin.blogspot.com/2009/07/hak-hak-wanita-hamil.html
http://www.lusa.web.id/kebutuhan-psikologis-ibu-hamil/
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
http://bidanbasilahsilmi.blogspot.com/2014/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Indati, MT,2006 Panduan Lengkap Kehamilan ,Persalinan dan Perawatan Bayi,


Yogyakarta:Biologis Media.

Mochtar, Rustam, MPH 2002.SinopsisObstetri,Jakarta : EGC

Manuaba, Chandranita, SpOG, 2008. GawatDarurat,Jakarta : EGC

Sarwono, Prawirohadjo.2008.Ilmu kebidanan.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo,Sarwono,2006. Ilmukebidanan .Jakarta : YBP

Prof,Dr.Mochtar,Rustam,MPH.1998. SinopsisObstetriEdisi2.Jakarta . EGC

20

Anda mungkin juga menyukai