Pada suatu hari seorang gdis belia kira-kira berumuran belasan tahun yang
bernama "Puti" bermain bersama teman-temannya. Pada satu ketika, dia merasa lapar
dan segera berhenti bermain bersama teman-temannya dan bergegas pulang ke
rumahnya.
Sesampainya di rumah, ternyata di sana berkumpullah keluarga Puti, ada nenek, kakek,
ibu, ayah dan Puti ini.
Pada saat Puti sampai pas di depan pintu rumah, tiba-tiba datang seruan dari ibu Puti
dari dapur yang menyerukan seperti ini
Mak : puti,tulong galoikan kaladoik kalakang umah, bie mak ise ngeboih jadoi
makanan kito
Beberapa waktu berlalu, hasil galian keladi Puti cukup banyak juga kira-kira 7 Kg dan
cukup untuk makanan semua anggota keluarga yang sedang berkumpul di rumahnya.
Setelah penggalian selesai, Puti segera membersihkannya dan memberikannya kepada
sang ibu untuk di masakkan.
Puti : ineh mak kaladoi sudeh akau gali dan sudeh akau bersoihkan boih lah
Selang waktu berjalan, tak sabar rasanya Puti menunggu keladi yang telah digali dan
dimasak ibunya tadi masak. Namun, Pada saat itu, tiba-tiba ada beberapa teman Puti
yang berseru dari luar rumah dan mengajak Puti bermain bersama,
puti : mak,kalau kaladoi neh lah massak tinggakan ndok akau yoh
Puti : jadoi ge
Tak lama kemudian, kira-kira satu jam berlalu, hujan rinai mulai turun bersama
petirnya. Sepertinya sebentar lagi akan hujan lebat. Puti dan teman-temannya bergegas
pulang dan berhenti bermain.
Sampai di rumah, Puti melihat sampah bekas kubakan kulit keladi telah terbuang tepat
di got kecil di depan rumahnya dan semua orang yang berada di rumahnya sudah tidak
terlihat makan keladi lagi. Harapan Puti semoga saja ibu meninggalkan keladi untuknya.
Puti Pulang ke rumah sambil mengetok pintu. Dia langsung ke arah dapur,
nampaknya mencari sisa keladi yang telah dimasak ibunya untuk dia. Seru Puti pada
ibunya langsung
" dan selanjutnya pada nenek, kakak, dan adik Puti terus menanyakan hal yang
sama. Ternyata, semua keladi hasil galian Puti sudah habis, tanpa sedikitpun
ditinggalkan untuknya.
Sirna sudah harapan Puti, keladi yang seharusnya ditinggalkan untuknya teryata tidak
ditinggalkan sedikitpun. Kini, Puti hanya bisa melihat bekas sampah hasil kubakan
keladi yang telah dia gali tadi di dalam got kecil tepat di depan rumah Puti.
Puti putus asa, merajuk, dan berlari ke sebuah area/lapangan kecil untuk menyendiri
sambil duduk dan menangis di atas sebuah batu besar, dengan harapan batu ini bisa
membawanya ke arah kehidupan yang lebih bahagia. Dengan jiwa yang gelisah Puti
berucap di atas batu itu,
tak Puti duga batu itu meninggi sesuai perkataannya. Setelah itu, Puti berucap
bapek : piyo iko ijuk ningga kaladoik untuk nyo,leih nyo lah lahai
batu itupun semakin tinggi dan melampaui atap rumah ibu. Sungguh ajaib batu ini.
Makin lama makin tinggi dan Puti terus membiarkan batu itu tinggi, hingga akhirnya
sampai ke langit.
Puti meneruskan perjalannya di langit hingga ujung langit dia menemukan rumah nenek
terkaya dan baik hati. Konon diceritakan nama nenek ini juga pernah di dengar Puti dari
cerita ibunya yaitu "Nenek Siti Paratimah".
Jauh Puti berjalan, hingga akhirnya Puti tersandar dan tertidur tepat di bawah rumah
"Nenek Siti Paratimah" ini. Nenek memanggil Puti dan menyuruhnya agar istirhat di
dalam rumah saja, dan tanpa ragu Puti langsung masuk.
Tibanya di dalam rumah, Puti melihat harta benda kekayaan nenek Siti Paratimah yang
begitu luar biasa. Mulai, dari meja, kursi, dan perabotan yang lainnya bahkan semua
hewan peliharaan nenek bertelur emas. Puti kagum dengan kekayaan yang nenek Siti
Paratimah miliki. Ingin rasanya Puti menjadi anak nenek ini, konon juga nenek ini hidup
sendiri tanpa ada suami dan anak.
Tak lama kemudian, nenek mensuguhkan makanan dan minuman yang serba mewah
yang belum pernah Puti cicipi kepada Puti.
kata nenek kepada Puti, dan Puti dengan lahap menghabiskann hidangan yang disajikan
nenek. Lanjut, mereka bercerita tentang kisah
Sambil bercanda ria Puti dan nenek berbagi cerita. Puti bercerita bahwasanya dia ke
langit karena tidak di tinggalkan keladi untuknya.
Nenek paratimah : eee puti kaladoikkito dek uloih sumang itoh sagin niau uhang
yg mboh denga kau kayak tino neh lah tuo hideuik suhang
Puti :manan carao gih tino, akau lah susah payah ngaloi kaladoi tohg lah
masak,nyato ideak di tinggakan ndok akau
Lama Puti dan Nenek Siti Paratimah bercerita dan berbagi pengalaman hingga akhirnya
Puti memperoleh banyak nasehat dan pengalaman berharga dari nenek. Entahlah apa
yang di dapat Puti dari perbincangan dengan Nenek Siti Paratimah. Enggan dia mau
berkata, cukup dia rasakan dan amalkan. Dia hanya berkata bahwa
Nenek paratimah : setiap pakro pasti ado jaleng kalua nyo,tapi tino sudeh terlalu
tuo ndok ngubeh sagalonyo tino pernah ge nyesal ngan putauh asa maso gi mude
duleu
Akhirnya Puti pulang dibekali telur-telur angsa emas dari nenek yang dimasukkannya
dalam sarung. Puti berterimakasih banyak atas kebikan nenek Siti Paratimah ini. Nenek
juga demikian, berterimakasih karena masih ada yang mau mengunjungi nenek di
usianya yang sudah tua.
. Kira-kira 15 menit Puti sampai di rumah yang disambut tangisan iba dan menyesal dari
seluruh anggota keluarga yang tidak meninggalkan keladi buat Puti. Mereka menyesali
perbuatannya kepada Puti dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi terhadap Puti.
Puti : ideak
Lama bercerita,putri mengeluarkan oleh-oleh dari nenek paratimah tadi .
Puti : tino itoh uhang kayo dan baoik hatai itoh nyo agoih telo meh itoh ndok akau
Sesuai dengan Panggilan nenek Siti Paratimah di langit tadi, kini Puti dipanggil dengan
sebutan "Puti Karadoik (Putri Keladi). Dipanggil Puti Karadoik karena Puti merajuk gara-
gara keladi hingga melarikan diri ke langit, dan sesampanya di langit bertemu dengan
yang terkenal dalam agenda dongeng yaitu Nenek Siti Paratimah.