Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


“ REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK BUKAN
PEMERINTAHAN DAN KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK BUKAN PEMERINTAHAN “

Kelompok 1 :

1. Feza Pardhana
2. Meguel Vico
3. Reski Jarwono
4. Ruhil Amani

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui “Regulasi ASP Bukan
Pemerintah dan Komponen Laporan Keuangan Sector Public Bukan Pemerintah”

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 1 Oktober 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi nirlaba memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan
organisasi yang berorientasi kepada laba. Dalam menjalankan kegiatannya,
organisasi nirlaba tidak semata-mata digerakkan oleh tujuan untuk mencari laba.
Meski demikian not-for-profit juga harus diartikan sebagai not-for-loss. Oleh
karena itu, organisasi nirlaba selayaknya pun tidak mengalami defisit. Adapun
bila organisasi nirlaba memperoleh surplus, maka surplus
tersebutakan dikontribusikan kembali untuk pemenuhan kepentingan publik, dan
bukan untuk memperkaya pemilik organisasi nirlaba tersebut.

Dalam hal kepemilikan, kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat


dijual, dialihkan,atau ditebus kembali sebagaimana pada organisasi bisnis. Selain
itu, kedua jenis organisasi tersebut bereda dalam hal cara organisasi memperoleh
sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya.
Organisasi nirlaba umumnya memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan donatur lain, yang idealnya, tidak mengharapkan adanya
pengembalian atas donasi yang mereka berikan.

Lebih lanjut, walaupun tidak meminta adanya pengembalian, namun para


donatur sebagai salah satu stakeholder utama organisasi nirlaba
tentunya mengharapkan adanya pengembalian atas sumbangan yang mereka
berikan. Para donatur ini, baik mempersyaratkan atau tidak, tentu
tetap menginginkan pelaporan serta pertanggungjawaban yang transparan atas
dana yang mereka berikan. Para donatur ingin mengetahui bagaimana dana yang
mereka berikan dikelola dengan baik dan dipergunakan untuk memberi manfaat
bagi kepentingan publik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana regulasi akuntansi sektor publik bukan pemerintah ?
2. Bagaimana komponen laporan keuangan sektor publik bukan
pemerintahan.
1.3 Tujuan
1. Ingin mengetahui regulasi akuntansi sektor publik bukan pemerintahan.
2. Ingin mengetahui komponen-komponen regulasi akuntansi sektor publik
bukan pemerintahan.
1.4 Manfaat
1. Bagi pemakalah, sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan
keahlian dalam berpendapat dan memecahkan suatu masalah.
2. Bagi dunia akademik, sebagai bahan referensi untuk bisa mengembangkan
ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Regulasi Akuntansi Sektor Publik Bukan Pemerintahan


A. Pengetian Regulasi
Dalam bidang dunia usaha, pengertian regulasi bisnis dan bidang ekonomi dalah hal
ini adalah aturan yang mengendalikan perilaku dalam berbisnis, baik dalam bentuk
batasan hukum oleh pemerintah, regulasi industri, peraturan asosiasi perdagangan, dan
lainnya.
Dengan kata lain, regulasi bisnis adalah aturan atau etika yang harus dipenuhi
oleh para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya. Regulasi dibuat melalui proses
tertentu dimana suatu kelompok masyarakat atau lembaga sepakat untuk mengikuti atau
terikat pada aturan tertentu yang telah dibuat untuk mencapai tujuan bersama.
Fungsi regulasi bisnis adalah untuk menertibkan perilaku para pengusaha dan
konsumen dalam batasan-batasan tertentu. Regulasi bisnis tersebut bersifat mengikat dan
mengendalikan perilaku masyarakat dalam ruang lingkup bisnis.

2.2 Perkembangan Regulasi di Sektor Publik Bukan Pemerintahan


Regulasi di sektor publik dibagi dalam dua bagian besar, yaitu
perkembangan regulasi yang terkait dengan organisasi nirlaba dan instansi
pemerintahan. Sifat regulasi disektor publik setiap jenis bersifat lebih spesifik
untuk setiap organisasi. Pada instansi pemerintah, regulasi yang digunakan
cenderung lebih rumit dan detail.
2.2.1 Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba
A. Regulasi Tentang Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagaamaan,
dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.
Dengan kegiatan yayasan yang terkait dengan kesejahteraan sosial
masyarakat luas, regulasi yang detail diperlukan untuk mengatur
pelaksanaan yayasan. Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah undang –
undang RI Nomor 16 Tahun 2001, yang dimaksudkan untuk menjamin kepastian
dan ketertiban hukum agar yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan
tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarat.
Berikut isi Undang – Undang RI Nomor 16 Tahun 2001
1. Ketentuan Umum Yayasan yang meliputi pengertian yayasan beserta
organ-organ yang membentukknya, persyaratan kegiatan usaha yang dapat
dilakukan dan kekayaan yayasan.
2. Tata cara pendirian Yayasan sejak pengajuan pendirian, pembuatan
akta,sampai dengan permohonan pengesahannya ke Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia.
3. Tata cara perubahan Anggaran Dasar Yayasan.
4. Kewajiban pengumuman akta pendirian yayasan dalam tambahan berita
negara republik Indonesia.
5. Kekayaan yayasan.
6. Organ yayasan yang terdiri atas pembinam pengurus dan pengawas.
7. Laporan tahunan yang harus disampaikan.
8. Tata cara pemeriksaan dan pembubaran yayasan
Undang-undang ini diperbarui dalam beberapa aspek dengan UU no. 24
tentang perubahan atas UU. No. 16 Tahun 2001 tentang yayasan.
Berikut beberapa hal yang diubah pada UU 28/2004
1. Memperjelas larangan pengalihan atau pembagiaan kekayaan yayasan.
Pada UU 28/2004 ini ditambahkan bahwa kekayaan yayasan dilarang
dialihkan atau dibagikan baik gaji, upah maupun honorarium atau bentuk
lain yang dapat dinilai dengan uang dengan beberapa pengecualiaan yang
diatur lebih detail.
2. Perubahan proses perolehan status badan hukum. Pada UU 28/2004
permohonan diajukan kepada notaris yang mebuat akta pendirian yayasan.
UU ini juga menjelaskan secara lebih detail dalam hal perspektif waktu
tata cara pengesahan pendirian yayasan.
3. Ketentuan baru mengenai tanggung jawab secara tanggung renteng oleh
pengurus yayasan untuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus
atas nama yayasan sebelum yayasan memperoleh status badan hukum.
4. Jangka waktu pengumuman pendirian yayasan yang telah disetujui
diperpendek dari jangka waktu 30 hari (UU 16/2001) menjadi 14 hari (UU
28/2004) terhitung sejak tanggal akta pendirian yayasan disahkan.
5. Pembagian kekayaan sisa hasil likuidasi yayasan sebelumnya diatur hanya
diberikan pada yayasan lain yang memiliki kesamaan kegiatan atau
diserahkan kepada negara. UU 28/2004 mengatur tambahan bahwa jika
tidak diberikan pada yayasan lain yang memiliki kesamaan kegiatan, sisa
hasil likuidasi yayasan dapat diberikan pada badan hukum lain yang
memiliki kesamaan kegiatan sebelum opsi diserahkan pada negara.
Selain undang-undang nomor 16 tahun 2001 dan undang-undang nomor 28
tahun 2004 untik lebih menjamin kepastian hukum pemerintah juga mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang pelaksanaan undang-undang
tentang yayasan. PP ini memberikan penjelasan yang lebih detail dan aplikatif dari
ketentuan yang telah diatur dalam Undang-undang tetang yayasan, antara lain:
a. Pemakaian nama yayasan.
b. Kekayaan awal yayasan.
c. Tata cara pendirian yayasan oleh orang asing.
d. Tata cara perubahan anggaran dasar.
e. Syarat dan tata cara pemberian bantuan negara kepada yayasan.
f. Syarat dan tata cara yayasan yang melakukan kegiatan di Indonesia.
g. Syarat dan tata cara penggabungan Yayasan.
B. Regulasi tentang Partai Politik
Regulasi tentang partai politik mulai berkembang pesat sejak era eformasi
dengan sistem multipartainya. Undang-undang yang pertama ada setelah era
reformasi adalah undang-undang nomor 2 tahun 1999 tentang partai politik.
Seiring dengan perkembangan masyarakat dan perubahan sistem ketatanegaraan
yang dinamis diawal-awal era reformasi, undang-undang ini diperbarui dengan
Undang-undang nomor 31 tahun 2002 tentang partai politik.
UU no. 31 tahun 2002 mengatur pondasi dan hal-hal pokok mengenai partai
politik antara lain:
a. Pembentukkan partai politik.
b. Asas, ciri, tujuan fungsi, hak dan kewajiban partai politik.
c. Keanggotaan dan kedaulatan anggota partai politik.
d. Kepengurusan partai politik.
e. Peradilan perkara jika terjadi masalah dipartai politik.
f. Keuangan.
g. Larangan-larangan untuk partai politik.
h. Penggabungan partai politik.
i. Pengawasan partai politik
Undang-undang 31/2002 kembali diperbarui dengan undang-undang nomor
2 tahun 2008 tentang partai politik yang sifatnya lebih melengkapidan
menyempurnakan UU 31/2002. Menurut UU 2/2008 partai politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok WNI secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan poliitik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta
memelihara keutuhan NKRI berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Undang – undang 31/2002 belum memiliki ketentuan mengenai kewajiban
partai politik untuk menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan, sedangkan
UU 2/2008 mengatur bahwa rekening kas umum partai politik dan kewajiban
penggurus disetiap tingkatan organisasi untuk menyusun laporan pertanggung
jawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan setelah tahun anggaran berakhir
dan bersifat terbuka untuk diketahui masyarakat. Hal ini sejalan dengan semakin
tingginya tuntutan akuntabilitas dan transparansi keuangan partai politik dari
masyarakat.
C. Lembaga Swadaya Masyarakat/Non-Government Organization
Pada dasarnya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah istilah yang
senantiasa digunakan oleh masyarakat luas untuk menyebut organisasi yang
bergerak di bidang sosial (tidak berorientasi profit) dan secara institusi tidak
terikat dan/atau tidak berada di bawah organ-organ negara. Lebih jauh mengenai
LSM simak artikel Prosedur Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Pengertian LSM ini sama dengan yang pada umumnya disebut sebagai Non-
Government Organization (NGO).

Jeff Atkinson dan Martin Scurrah dalam bukunya Globalizing Social


Justice; The Role of Non-Governmental Organizations in Bringing about Social
Change memberikan pengertian NGO sebagai suatu sekelompok masyarakat
(perhimpunan) yang secara formal terorganisir dan merupakan lembaga yang
umumnya self-governing, privat, dan non-profit (tidak berorientasi pada profit).

Merujuk pada artikel Banyak LSM yang Bingung Memilih Bentuk Badan
Hukum, dapat kita lihat bahwa tidak ada pengaturan khusus mengenai LSM.
Pendirian LSM merujuk pada jenis badan hukum/non badan hukum apa yang
digunakan untuk menunjang kegiatannya.

Jika LSM yang dibentuk berbentuk yayasan, maka pendiriannya diatur


dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

Sedangkan jika LSM tersebut berbentuk perkumpulan, maka harus


diketahui terlebih dahulu, perkumpulan seperti apa yang akan didirikan.
Setidaknya ada dua jenis Perkumpulan yaitu:
1. Perkumpulan tanpa badan hukum; dan
2. Perkumpulan yang berbadan hukum.

Tentu saja, jenis perkumpulan apa yang dipilih akan menentukan tata cara
pendiriannya. Lebih lanjut mengenai pendirian yayasan dan perkumpulan, Anda
dapat melihatnya dalam artikel Pilihan Badan Hukum untuk Organisasi Non
Profit.
D. Rumah Sakit Swata

Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki oleh perorangan atau
badan hukum. Fungsinya sama dengan milik pemerintah yaitu melakukan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Rumah sakit swasta memiliki jenis jenis pengelompokan :

a. Rumah sakit terspesialisasi

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula,
atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric
(psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.Rumah sakit bisa terdiri
atas gabungan atau pun hanya satu bangunan.

b. Rumah sakit penelitian/pendidikan

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait


dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk
pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik
pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak
universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat /
Tri Dharma perguruan tinggi.

c. Rumah sakit lembaga/perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk


melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan
perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan
kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk
jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi
perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit
lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan
ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.
d. Klinik

Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu.
Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang
ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan.
Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.Sebuah
klinik (atau rawat jalan klinik atau klinik perawatan rawat jalan) adalah fasilitas
perawatan kesehatan yang dikhususkan untuk perawatan pasien rawat jalan.
Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan didanai secara pribadi atau publik, dan
biasanya meliputi perawatan kesehatan primer kebutuhan populasi di masyarakat
lokal, berbeda dengan rumah sakit yang lebih besar yang menawarkan perawatan
khusus dan mengakui pasien rawat inap untuk menginap semalam.

2.3 Komponen Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba


IAI (2004) di dalam PSAK Nomor 45 menjelaskan bahwa komponen
laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi :
1. Laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan
di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan
dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi , kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai:
a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan
b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan,
menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan,
dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan
dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki karakteristik serupa
dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Laporan keuangan mencakup
organisasi secara keseluruhan dan harus menyajikan total aktiva, kewajiban, dan
aktiva bersih.
1. Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat
aktiva bersih.
b. Hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain.
c. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi kreditur dan pihak lainnya untuk:
Penerapan PSAK No. 45 (Nurdiono) :
a. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode.
b. Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa
c. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat
permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Laporan
aktivitas juga menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan
aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak
terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan
informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut
kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Di samping itu,
organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan mengenai
beban menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa, listrik, bunga,
penyusutan.
3. Laporan Arus Kas
Tujuan laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
Dalam penyajiannya, laporan arus kas organisasi nirlaba disajikan sesuai PSAK
Nomor 2 tentang Laporan Arus Kas (IAI, 2004). Laporan arus kas harus
melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan.
Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan salah satu dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu
dari metode berikut ini:
1) Metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan
kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan.
2) Metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih
disesuaikan dengan mengkoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas,
penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas
untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau
beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan
dalam mata uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan
jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas.
Selain hal-hal yang tercantum dalam PSAK Nomor 2 tersebut, laporan arus kas
organisasi nirlaba mendapat tambahan sebagui berikut:
A. Aktivitas pendanaan:
1. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk
jangka panjang;
2. Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment).
3. Bunga dan dividen yang dibatsai penggunaannya untuk jangka
panjang.
B. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan
nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Adalah penjelasan yang dilampirkan besama-sama dengan laporan
keuangan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan neraca, perhitungan
laba/rugi, laporan perubahan modal, laporan perubahan posisi keuangan.
Biasanya Catatan atas Laporan Keuangan memuat hal-hal berikut (Widodo dan
Kustiawan, 2001):
 Informasi umum mengenai lembaga
 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
 Penjelasan dari setiap akun yang dianggap memerlukan rincian lebih lanjut
 Kejadian setelah tanggal neraca
 Informasi tambahan lainnya yang dianggap perlu, baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Regulasi bisnis adalah aturan atau etika yang harus dipenuhi oleh para pelaku
bisnis dalam menjalankan bisnisnya. Regulasi dibuat melalui proses tertentu
dimana suatu kelompok masyarakat atau lembaga sepakat untuk mengikuti atau
terikat pada aturan tertentu yang telah dibuat untuk mencapai tujuan bersama.
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagaamaan,
dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok WNI secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita cita
untuk memperjuang dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa, dan negara, serta memlihara kebutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah istilah yang senantiasa
digunakan oleh masyarakat luas untuk menyebut organisasi yang bergerak di
bidang sosial (tidak berorientasi profit) dan secara institusi tidak terikat dan/atau
tidak berada di bawah organ-organ negara.
Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki oleh perorangan atau
badan hukum. Fungsinya sama dengan milik pemerintah yaitu melakukan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai