DOSEN PEMBIMBING :
Dr. M. Rasuli, SE. Msi. Ak. CA
“CONSIDERING MATERIALITY AND AUDIT RISK”
DISUSUN OLEH :
1. Chairul Imam 1602115335
2. Johan pratama 1602114212
3. Meguel Vico 1602110037
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2017/2018
Saya/ kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunkan sebagai bahan makalah/ tugas pada mata
ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami menggunakannya.
Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
2. Johan Pratama
3. Meguel Vico
Nim : 1. 1602115335
2. 1602114212
3. 1602110037
Tanda Tangan : 1.
2.
3.
Bab 2. Pembahasan
Konsep Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang
harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan material sebagai besarnya penghapusan atau salah
saji informasi keuangan yang dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan
seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut mungkin akan berubah atau
terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
Pertimbangan tentang materialitas yang direvisi sering terjadi saat auditor mengubah
pertimbngan tentang materialitas. Auditor akan melakukan revisi karena adanya perubahan
dalam salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan pertimbangan pendahuluan ; karena
auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.
Sebagian besar praktisi mengalokasikan materilitas ke akun – akun neraca bukan ke akun
– akun laporan laba rugi, karena kebanyakan salah saji dalam laporan laba rugi memiliki
pengaruh yang sama terhadap neraca akibat digunakannya sistem pembukuan double entry yang
dapat menghasilkan perhitungan ganda.
Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan risiko. Auditor menerima beberapa
tingkat risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi audit. Auditor yang efektif akan
mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko tersebut dengan cara yang tepat.
Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit diukur serta membutuhkan pertimbangan yang
cermat sebelum auditor dapat merespons dengan tepat.
Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan
fungsi audit. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit diukur serta membutuhkan
pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespon dengan tepat.
Standar pekerjaan lapangan yang kedua mengharuskan auditor memahami entitas dan
lingkungannya termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material
dalam laporan keuangan klien.
Model risiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa
yang harus dikumpulkan dalam setiap siklusnya. Model ini biasanya dinyatakan sebagai berikut:
𝐴𝐴𝑅
PDR =
𝐼𝑅 𝑥 𝐶𝑅
1. Risiko deteksi yang direncanakan adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen
akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat ditoleransi. Risiko
deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor laindalam model risiko audit.
Risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-faktor model
risiko. Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor. Jika risiko detektif yang direncanakan
dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana
pengurangan risiko tersebut.
2. Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji
(kekeliruan atau kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan
keefektifan pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar
akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan
menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi. Risiko inheren berbanding terbalik
dengan risiko deteksi yang direncanakan dan bersifat langsung dengan bukti.
3. Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji yang
melebihi jumlah yang dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi
secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien. Model risiko audit menunjukkan
hubungan yang erat antara risiko inheren dan risiko pengendalian. Kombinasi risiko
inheren dan risiko pengendalian sebagai risiko salah saji yang material. Jika auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif, risiko deteksi yang direncanakan
dapat diperbesar sehingga bukti dapat dikurangi. Auditor dapat memperbesar risiko
deteksi yang direncanakan bila pengendaliannya efektif karena pengendalian internal
yang efektif akan memperkecil kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan.
4. Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa
laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai,
dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.risiko nol berarti yakin sekali,
dan risiko sebesar 100% berarti sama sekali tidak yakin. Ada hubungan langsung antara
risiko audit yang dapat diterima dan risiko deteksi yang direncanakan, serta hubungan
berbanding terbalik antara risiko audit yang dapat diterima dan bukti yang direncanakan.
Rumus tersebut menunjukan tiga cara untuk mengurangi resiko audit yang dicapai ketingkat
yang dapat diterima: (1) mengurangi resiko inhern, (2) mengurangi resiko pengendalian, (3)
mengurangi resiko deteksi yang dicapai dengan meningkatkan pengujian audit.