Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Regulasi Akuntansi Sektor Publik Bukan Pemerintah Dan komponen Lapora


n Keuangan Sektor Publik Bukan Pemerintahan

Oleh Kelompok 2:

Muhd. Alhadiid Yudhatama ( 1602123000 )


Adrian Dwi Permana ( 1602110057 )
Ardian Saputra ( 1602110845 )
Nanda Salsabila ( 1602114035 )
Luthfika Aisyahari ( 1602122732 )

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

TAHUN 2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.. LATAR BELAKANG


Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan
baik yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dalam organisasi. Karena itu,
setiap organisasi publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan
organisasi dalam menghadapi isu dan permasalahan yang dihadapinya.
Semua proses yang terangkai mulai dari perencanaan, penganggaran,
realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan dan audit
perlu adanya regulasi. Sehingga organisasi publik pun menggunakan regulasi
publik sebagai alat untuk memperlancar jalannya siklus akuntansi sektor publik
agar tujuan organisasi dapat tercapai.

Di Indonesia, berbagai organisasi termasuk dalam cakupan sektor


publik antara lain pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, sejumlah perusahaan
dimana pemerintah mempunyai saham (BUMN dan BUMD), organisasi bidang
pendidikan, organisasi bidang kesehatan dan organisasi-organisasi massa
(Mahsun, Firma dan Andre 2007: 4-5).
Sedangkan Organisasi swasta merupakan organisasi yang bergerak dibidang
pelayanan dan jasa yang kepemilikannya dibedakan dari membayar barang dan
jasa yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang berorientasi pada keuntungan.
Keberadaan organisasi publik dan swasta meskipun memiliki
perbedaan dalam pencapaiannya, namun organisasi tersebut
tetap harus mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang
telah dilakukan. Salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut
yaitu dengan dengan adanya pelaporan kepada pihak – pihak
yang memiliki kepentingan dari kegiatan yang telah
dilaksanakan. Salah satu bentuk dari laporan tersebut yaitu
dengan dibuatnya laporan keuangan oleh sebuah organisasi
tersebut.
Laporan keuangan digunakan sebagai media informasi keuangan
bagi pihak yang berkepentingan untuk membuat sebuah

2
keputusan, anatara sektor publik maupun swasta dalam
pelaporan yang dibuat tentunya berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menyusun regulasi akuntansi sector public di Indonesia?


2. Apa saja regulasi organisasi sector public yang mendasari pelaporan
akuntansi public di Indonesia?
3. Adakah perbedaan system pelaporan akuntansi sector public dan sector
swasta?
4. Bagaimanakah penyusunan laporan akuntansi sektor public nonpemerintah
yang sesuai dengan PSAK 45?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana menetapkan regulasi yang berkaitan


dengan akuntansi sector nonpemerintah di Indonesia
2. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana menyusun laporan
akuntansi sector public nonpemerintah

3
BAB II

ISI

2.1 REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK BUKAN


PEMERINTAH

2.1.1 Pengertian dan Teknik Penyusunan Regulasi

Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam
kamus bahasa indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung
arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata
sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi.
Menurut Bastian (2010:33), regulasi publik adalah ketentuan yang harus
dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada
organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM,
organisasi keagamaan tempat peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat
lainnya

Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal, yaitu yang pertama,
regulasi publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait. Kedua,
tindakan yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi atau
aturan yang dapat diinterprestasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi
publik. Ketiga, peraturan adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian.

Regulasi Dalam Siklus Akuntansi Publik

Setiap organisaasi publik pasti mengalami berbgai isu dan permasalahan,


baik yang berasal dari luar lingkungan maupun dari dalam organisasi. oleh karena
itu, setiap organisasi publik yai regulasi publik sebagai wujud kebijakan
organisasi dalam menghadapi isu dan permasalahan yang ada. Dalam akuntansi
sektor publik, tahapan organisasi selalu terjadi disemua organisasi sector publik.

4
Semua proses tersebut terangkai mulai dari perencanaan, penganggaran, realisasi
anggaran, pengadaan barang dan jasa publik, pelaporan keuangan, audit, serta
pertanggungjawaban publik. Pada setiap tahapan tersebut, isu dan permasalahn
sering kali melingkupi, baik yang terkait secara fungsional maupun procedural
hingga pada tataran pelaksanaanya sehingga hasil akhir dari setiap tahap dapat
dipengaruhi. Dalam menghadapinya, organisasi publik pun menggunakan regulasi
publiksebgai alat untuk memperlancarjalannya siklus akuntansi sector publik agar
tujuan organisasi dapat tercapai.

Sebagai sebuah siklus, tahapan dalam akuntansi sector publiksaling terkait


dan mempengaruhi satu sama lain. Sebagi contoh, hasil perencanaan yang tidak
baik akan mengakibatkan buruknya tahapan penyusunan anggaran. Karena itu,
peran regulasi sector publik pada sikulus akuntansi sector publik ini sangatlah
besar. Peran itu akan menjadi dasar pendukung utama bagi berhasil tidaknya
perjalanan siklus akuntansi sector publik.

Penyusunan regulasi publik.

Regulasi dalam akuntansi sector publik adalah instrument aturan yang secara
sah ditetapkanoleh organisasi publik ketika menyelenggarakanperencanaan,
penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan
keuangan, audit serta pertanggungjawaban publik.

1. Perumusan masalah

Penyusunan regulasi publik diawali dengan merumuskan masalah yang


akan diatur. Untuk itu kita harus menjawab beberapa pertanyaan “Apa masalah
publik yang akan diselesaikan?”. Seorang perancang regulasi publik mampu
mendeskripsikan masalah publik tersebut. Salah satu cara untu menggali
permasalahn inoi adalah dengan melakukan penelitian. Perumusan masalah publik
meliputi hal-hal berikut:

a. Apa masalah publik yang ada?


b. Siapa masyarakat yang perilakunya membuat masalah?
c. Siapa aparat pelaksana yang perilakunya bermasalah?
d. Analisis keuntungan dan kerugian atas terapan regulasi publik.

5
Contoh masalah publik tentang akuntansi sector publik

Tahapan siklus ASP Permasalahan Pihak Terkait

Perencanaan publik Ketimpangan pelayanan Bagian perencanaan


publik (kesehatan, bagian program dan
pendidikan) stakeholder.
Penganggaran publik Alokasi anggaran Bagian anggaran, bagian
pelayanan publik keuangan
minimal
Realisasi anggaran publik Jumlah pencairan dana Bagian anggaran,bagian
tidak sesuai dengan keuangan
anggaran
Pengadaan barang dan jasa Informasi tidak Bagian pengadaan,
publik transparan organisasi penyedia
layanan barang dan jasa
Pelaporan keungan sector Ketidaktepatan waktu Bagian keuangan
publik pelaporan
Audit sector publik Kurangnya bukti Audit internal, audit
eksternal
Pertanggungjawaban Keterbatasan Kepala organisasi,
publik pendistribusian legislatif
informasi

2. Perumusan draft regulasi public


Secara sederhana, draft regulasi publik harus dapat menjelaskan siapa
organisasi pelaksana aturran, kewenangan apa yang diberikan padanya, perlu
tidaknya memisahkan antara orang pelaksana peraturan dan orang yang
menetapkan sanksi atas ketidakpatuhan, persyaratan apa yang mengikat organisasi
pelaksana, serta apa sanksi yang dapat ddijatuhkan kepada aparat pelaksana jika
menyalahgunakan wewenang.

3. Prosedur pembahasan

6
Terdapat tiga tahap penting dalam pembahasan draft regulasi publik , yaitu
dengan lingkup tim teknis pelaksana organisasi publik(eksekutif), dengan lembaga
legislative (dewan penasehat), dan dengan masyarakat. Pembahasan dalam
lingkup tim teknis adalah yang lebih mereprentasi kepentingan
eksekutif(manajmen). Setelah itu, dilakukan publik hearing (pengummpulan
pendapat masyarakat). Pembahasan pada lingkup legislatifdan masyarakat
biasanya sangat sarat akan kepentingan politis.

4. Pengesahan dan pengundangan

Tahap pengesahan draft regulasi publik yang dilakukan dalam bentuk


penandatanganan naskah oleh pihak organisasi publik (pimpinan organisasi).
Kemudian dilakukan anjuran tahapan sosialisasi regulasi publik, hal ini diperlukan
agar terjadi komunikasi hukun antara regulasi publik dan masyarakat yang harus
dipatuhi.

2.1.2 Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik Nonpemerintah

Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat standar yang relevan dengan


praktek-praktek akuntansi diorganisasi sector publik telah dilakukanm dengan
baik oleh Ikantan Akuntansi Indonesia maupun oleh pemerintah sendiri. Untuk
organsiasi nirlaba IAI menerbitkan pernyataan Standar akuntansi Keuangan
Nomor 45 (PSAK 45 tentang organisasi nirlaba. PSAK Ini berisi akidah-akidah
atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat
laporan keuangan. Selain itu juga lahir undang-undang yang mengatur tentang
organisasi nirlaba lainnya seperti yayasan, partai politik,LSM dsb.

1. PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba

Dasar tuntutan atas akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan terhadap


segala aktivitas pada semua organisasi sector publik adalah PSAK No. 45
mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Karakteristik nirlaba atau dalam
hal ini, organisasi sector publik berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan
utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya

7
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi
sector publik memeperoleh sumber daya dari lembaga donor dan para
penyumbang lainnya. Transaksi dalam organisasi sector publik tersebut jarang
atau tidak akan pernah terjadi dalam organisasi bisnis. Namun, dalam prakteknya,
berbagai bentuk organisasi nirlaba sulit dibedakan dengan organisasi bisnis
lainnya.

2. Regulasi Yayasan

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan,
dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota Yayasan dapat melakukan
kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara
mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

Pasal 5 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2004): "Kekayaan Yayasan baik berupa
uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan
Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain
yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas."
Merupakan perubahan dari Pasal 3 ayat 2 UU No. 16 tahun 2001 yang
menyebutkan bahwa "Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha
kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas."

Pasal 14 ayat 1 mengesahkan bahwa "Akta pendirian memuat Anggaran


Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu. Serta Pasal 14 ayat 2 berbunyi
"Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:nama dan tempat
kedudukan;

3. Regulasi Partai Politik

menurut Undang-Undang nomor 2 Tahun 2008 yang diatur dalam UU


2/2011 tentang Partai Politik. Terdapat tiga sumber keuangan partai pollitik yakni
(1) iuran anggota; (2) sumbangan perseorangan dan badan usaha; serta (3) bantuan
keuangan negara.

8
Tujuan umum partai politik adalah mewujudkan cita-cita nasional bangsa
ndonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-undang Dasar 1945,
dan mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita para
anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Regulasi LSM

Pasal 1 angka 1 UU No.: 17/2013 tentang Ormas mengartikan organisasi


kemasyarakatan (ormas) sebagai organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,
kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.

2.1.3 Barang Dan Jasa Publik

Pada dasarnya, alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat dilak
ukan melalui dua mekanisme, yaitu pertama, melalui mekanisme pasar (market m
echanisme) dan kedua, mekanisme birokrasi (bureaucratic mechanism). Dengan s
ejumlah kondisi yang disyaratkan, mekanisme pasar dianggap sebagai mekanisme
yang dapat mendorong pemakaian sumber daya secara efisien (Musgrave & Musg
rave, 1984), (Brown dan Jackson, 19860). Namun ternyata masih terjadi kegagala
n pasar (market failures) dalam mengalokasikan sejumlah barang dan jasa, seperti
‘publik goods’ beserta eksternalitasnya. Jenis barang dan jasa inilah, beserta jumla
h ‘mixed goods’, yang dialokasikan ke masyarakat melalui mekanisme birokrasi.

2.1.4 Konsep-Konsep Pokok Barang Dan Jasa Publik

Secara umum, barang publik memiliki tingkat excludability dan daya saing
rendah. Ini berarti bahwa jika barang itu diproduksi, barang tersebut dapat dipergu
nakan banyak orang, seperti pertahanan nasional. Barang publik ini dimanfaatkan
oleh banyak orang, sehingga umumnya dibiayai dari dana publik.

9
Barang swasta adalah barang-barang yang punya excludability dan daya sa
ing tinggi. Orang-orang yang memanfaatkannya jelas, sehingga mudah dikenakan
biaya, dan masalah ‘penumpang gratis’ dapat dihindari. Pada kenyataannya, sebag
ian besar barang termasuk dalam jenis ini.

Barang yang excludable, tetapi daya saingnya rendah disebut toll goods. B
arang ini bisa digunakan bersama-sama, namun yang memanfaatkannya tetap dike
nakan biaya, seperti jalan tol. Banyak orang yang bisa menggunakannya secara be
rsamaan, tetapi setiap orang yang melewatinya harus membayar uang tol. Barang
atau pelayanan yang bisa dimanfaatkan cesara bersama-sama cenderung membutu
hkan investasi dalam skala besar, sehingga organisasi sektor publik mampu berinv
estasi untuk membangun pelayanan semacam itu. Dalam kasus system Build-Oper
ate-Transfer, organisasi sektor publik melakukan investasi yang diperlukan, dan or
ganisasi swasta menjalankannya dengan mengenakan biaya pada pemakai.

Barang yang berdaya saing tinggi, tetapi non-excludable, disebut common


pool goods. Contohnya adalah pengadaan air di sebuah desa; meskipun termasuk
barang yang non-excludable, namun penggunaan secara berlebihan akan mengura
ngi kesempatan bagi orang lain untuk menggunakannya. Air berkarakter non-excl
udable, sehingga tidak dapat dipungut bayaran dan dibutuhkan dana publik.

2.2 Laporan Keuangan Sektor Publik

Sector publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen.


Kompleksitas sector publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi
stakeholder sector publik,mereka membutuhkan informasi yang lebih bervariasi,
handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggungjawab

10
akuntan sector publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi
kebutuhan internal organisasi maupun kebutuhan pihak eksternal.

Akuntansi sector publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan


keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi
dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan,
pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi . karena kebutuhan informasi di
sector publik lebih bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada informasi
keuangan yang dihasilkan dari system akuntansi organisasi. Informasi non-
moneter seperti ukuran output pelayanan harus juga dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan.

Sebagai bagian dari usaha untuk membuat kerangka konseptual, financial


Accounting Standarts Board (FASB, 1980) mengeluarkan statement of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk
organisasi nonbisnis-nirlaba. Tujuan laporan keuangan keuangan organisasi
nirlaba dalam SFAC no.4 tersebut adalah:

1. laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan


informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam membuat keputusan
yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
2. memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya
untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut,
3. memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai can calon pemakai dalam menilai kinerja
manajer organisai nonbisnis atau pelaksanaan.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya, kewajiban, dan kekayaan
bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian
ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya
tersebut.

11
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi
sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi yang berguna
untuk menilai kinerja.
6. Memebrikan informasi mengani bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya akas, mengenai utang dan
pembayaran kembali utang, dan mengenai factor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

2.2.1 Pemakai Laporan Keuangan Sector Publik Dan Kepentingannya.


Pemakai laporan keuangan sector publik dapat diidentifikasikan dengan
menelusur siapa yang menjadi stakeholder organisasi. Anthony
mengklasifikasikan pemakai laporan keuangan sector publik menjadi lima
kelompok, yaitu:
1. Lembaga pemerintah( governing bodies)
2. Investor dan kreditor
3. Pemberi sumber daya
4. Badan pengawas
5. Konstituen
Pengklasifikasian pemakai laporan keungan yang dilakukan oleh Anthony
adalah dengan mempertimbangkan semua organisasi nonbisnis. Anthony
memasukkan pembayar pajak, pemilih, dan karyawan dalam satu kelompok yang
ia sebut konstituen, ia mengelompokkan pemberi dana bantuan dan pembayar jasa
sebagai pemberi sumber daya, investor dan kreditor dikelompokkan menjadi satu.

2.2.2 Perbedaan Laporan Keuangan Sector Publik Dengan Sector Swasta


Laporan keuangan sektor publik dalam beberapa hal berbeda dengan
laporan keuangan pada sector swasta. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan
jenis-jenis laporan keuangan, elemen laporan keuangan, tujuan pelaporan
keuangan, dan teknik akuntansi yang digunakan. Disamping memiliki beberapa
karakteristik yang berbeda, kedua sector juga memiliki persamaan yaitu kedua-
duanya membutuhkan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman membuat
laporan keuangan. Siklus akuntansi pada kedua sector tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.

12
2.2.3 Laporan Keuangan Sesuai Dengan PSAK 45
1. Laporan Posisi keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih serta informasi mengenai hubungan
diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan
keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan
keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi,
kreditor, dan pihak-pihak lain yang menilai :
1. Kemampuan organisasi dalam memberikan jasa secara berkelanjutan.
2. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisis keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan
harus menyajikan total aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih.
Laporan posisi keuangan menyediakan informasi yang relevan mengenai
likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva serta kewajiban.
Pada umumnya informasi tersebut disajikan dengan pengumpulan aktiva dan
kewajiban yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompuk yang relative
homogeny. Sebgai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur
aktiva dalam kelompok yang homogen,misalnya:
1. Kas dan setara kas
2. Piutang anggota atau penerima jasa lainnya
3. Persediaan
4. Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar dimuka
5. Surah berharga/efek dan investasi jangka panjang
6. Tanah, bangunan, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa.

Informasi likuiditas diberikan dengan cara:

1. Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban


berdasarkan jatuh tempo.
2. Mengelompokkan aktiva kedalam lancer dan tidak lancer serta kewajiban
kedalam jangka pendek dan jangka panjang
3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh
temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva pada
catatan atas laporan keuaangan.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok
aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu

13
terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi
mengenai sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer diungkapkan
dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam
catatan atas laporan keuangan.
Pembatasan permanen terhadap aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, dirawat dan tidak dijual, atau aktiva yang
disumbangkan untuk investasi yang akan mendatangkan pendapatan secar
permanen dapat disajikan sebgai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih
yang penggunaanya dibatasi secar permanen, atau disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan. Pembatasan permanen atas kelompok kedua berasal dari hibah
atau waqaf dan warisan yang menjadi dana abadi.
Pembatasan temporer terhadap sumabangan berupa aktivitas operasi
tertentu, investasi untuk jangka waktu tertentu, penggunaan selama periode
tertentu dimasa depan, atau perolehan aktiva tetap dapat disajikan sebagai unsur
terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaanya dibatasi secar
temporer, atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan
temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan
penggunaan atau keduanya.
Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan jasa, penjualan
barang, sumabngan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Pembatasan terhadap penggunaan aktiva bersih
tidak terikat dapat bersal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan
organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual
dengan pemasok, kreditor, dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
informasi mengenai batasan-batasan tersebut umunya disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan..

2. Laporan aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta
sifat aktiva bersih.
2. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain
3. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai
program atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama denga
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para

14
penyumbang, anggota organisasi, dan pihak lainnya untuk mengevaluasi kinerja
selama satu periode, menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi
dalam memberikan jada serta menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja
pengelola.
Laporan aktivitas mencakup organisai sector publik secara keseluruhan
dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama satu periode. Perubahan
aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas
dalam laporan posisi keuangan,.
Perubahan kelompok aktiva bersih
 Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat
permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam satu periode.
 Laporan aktivitas menyajikan pendaptan sebagai aktiva bersih tidak
terikat, kecuali penggunaannya dibatsi oleh penyumbang dan menyajikan
beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.
 Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporen tergantung da tidaknya pemabtasan.
Dalam hal ini, sumbangan terikat yang pembahasannya sudah tidak
berlaku lagi dalam periode yang sama dapat disajikan sepanjang disajikan
secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
 Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari
investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau
pengurang aktiva bersih tidak teriakt, kecuali penggunaanya diabatasi.
 Klasifikasi pendapatan , beban, keuntungan, dan kerugian dalam
kelompok aktiva bersih tidak menutup peluang adanya klasifikasi
tambahan dalam laporan aktivitas. Sebgai contoh, dalam suatu kelompok
atau beberapa kelompok peruabahan aktiva bersih, organisasi dapat
mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau
nonoperasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah
direalisasi atau belum terealisasi, berulang atau tidak berulang, atau
bengan cara lain.

Informasi tentang pendapatan dan beban


 Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto.
Namun demikian, pendapatan investasi dapat disaajikan secara neto

15
dengansyarat bebas terkait, seperti beban penitipan dan beban penasehat
investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
 Laporan aktivitas meyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian yang
berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang berada diluar kendali
organisai dan pengelolaan. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjuala
tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.

Informasi tentang pemberian jasa

 Lampiran aktivitas atau catantan ats laporan keuangan harus menyajikan


informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti
kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
 Klasifikasi secra fungsional dapat membantu para penyumbang, kreditor,
dan pihak lain dalam menilai pemberian jasa serta penggunaan sumber
daya. Disamping penyajian klasifikasi beban secar fungsional, organisai
nirlaba juga dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan mengenai
beban menurut sifatnya. Misalnya berdasarkan gaij,sewa, listrik, bunga,
dan penyusutan.
 Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program pemberian
jasa. Aktivitas pendukung umumnya meliputi aktivitas pengelolaan dan
umum, pencairan adana, serta pengembangan keanggotaan.

3. Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah mnyejikan informasi mengenai


penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode.

Pengelompokan aktivitas dalam arus kas:

a. Aktivitas investasi
Aktivitas ini meliputi pemberian dan penagihan pinjaman,pembelian tau
perwakafan tanah, bangunan, dan peralatannya, yakni aktiva yang
digunakan untuk menyelenggrakan pelayaan bagi masyarakat.
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi harus
dialakukan agar menyajikan seberapa besar arus kas yang telah
dikeluarkan utnuk memperoleh sumbewr daya, yang dimaksudkan untuk
menigkatakan pelayanan masa depan organisai sector publik.

16
Contoh-contoh aruskas yang bearsal dari aktiviatas investasi:
 Pembayaran kas untuk mendapatkan bangunan dan peralatan,
aktiva tidak berwujud, serta aktiva jangka panjang. Pembayaran ini
termasuk yang berkaitan dengan dana pengembangan bangunan
dan perlatan yang dibuat sendiri.
 Kas dibayar dimuka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak-
pihak lain.
 Penerimaan kas dari pembayaran kembali kas dibayar dimuka dan
pinjaman yang diberika kepada pihak lain.
 Pembayaran kas untuk kontrak future, kontrak forward, kontrak
option, dan kontrak swap kecuali kontrak tersebut dimiliki untuk
tujuan bisnis atau pembayaran diklasifikasikan sebagai aktiva
pembiayaan.
 Penerimaan kas untu kontrak future, kontrak forward, kontrak
option, dan kontrak swap kecuali kontrak tersebut dimiliki untuk
tujuan bisnis, atau pembayaran diklasifikasikan sebagai aktivitas
pembiayaan.,kkt
b. Aktivitas pembelanjaan/pembiayaan
Meliputi perolehan sumber daya, pemberian layanan bagi masyarakat,
meminjam uang atau membantu masyarakat yang memerlukan dan
membayare kembali jumlah yang dipinjam, serta memperolehdan
membayar sumber-sumber lainnya.
Aktivitas pembiayaan merupakan pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas pembiayaan harus dilakukan agar berguna dalam
memprediksi klaim-klaim atas arus kas masa depan oleh dana yang
tersedia untuk organisasi sector publik.
c. Aktivitas operasi
Meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk dalam
aktivitas investasi serta pembayaran. Aktivitas operasi umumnya meliputi
penyediaan layanan. Arus kas dari aktivitas operasi umumnya dalah
dampak kas dari transaksi dan peristiwa lain yang diperhitungkan.
Jumlah arus kas bersih yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indicator utama seberapa besar operasi suatu organisasi sector publik
didanai oleh :
1. Hibah, atau
2. Dana dari donator yang dilayani oleh organisasi sector publik.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

18
Organisasi sector public nonpemerintah semakin berkembang dan
kompleks. Berkembangnya organisasi sector public pasti memerlukan sebuah
regulasi atau peraturan yang dapat memayungi kebutuhan akan jaminan
kelangsungannya. Setiap organisasi pasti memiliki regulasi baik yang ditetapkan
oleh perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh manajemen organisasi
public itu sendiri. Regulasi public yang telah dibuat akan menjadi acuan atau
dasar dalam melaksanakan kegiatan organisasi public.

Salah satu cara untuk mem\pertanggungjawabkan organisasi public yang


telah dibentuk adalah dengan cara menyampaikan hasil laporan keuangannya
kepada pihak stakeholder yang berkepentingan serta terhadap masyarakat sesuai
dengan tujuan akuntansi sector public nirlaba dalam Statement of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4). Dimana tujuannya adalah sebagai pemberi
informasi dalam membuat keputusan, menilai pelayanan dan kinerja, informasi
mengenai sumber daya organisasi serta keuangan organisasi.

Ada tiga jenis laporan yang harus dibuat oleh akuntan public, yakni
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas. Masing-masing
laporan memiliki tujuan atau kegunaannya sendiri. Dalam menyusun laporan
keuangan sector public ada tiga tahapan yang harus diikuti yakni perencanaan,
pengolahan, dan pengkomunikasian. Pengkomunikasian ini sebgai bentuk
pertanggungjawaban organisasi sector public.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Nordiawan, Deddi. Akuntansi Sektor Publik New Edition. Jakarta: Salemba


Empat.

19
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Renyowijoyo, Muindro. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Non-Laba.


Bogor: Mitra Wacana Media.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

20

Anda mungkin juga menyukai