Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Regulasi Akuntansi Sektor Publik Bukan Pemerintah Dan komponen


Laporan Keuangan Sektor Publik Bukan Pemerintahan

Oleh Kelompok 6:

M. Syafda Alfayyed

Taqwa Anshari

Tiwi Monetra

Utari Esa Nanda

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

TAHUN 2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era keterbukaan sekarang ini, informasi mempunyai peranan yang


penting bagi kita semua. Informasi merupakan sarana komunikasi efektif antara
anggota masyarakt dengan anggota masyarakat lainnya atau antara suatu entitas
tertentu dengan masyarakat disekitarnya. Dalam kondisi seperti ini, penyajian
informasi yang utuh akan menciptakan transparansi dan pada gilirannya akan
mewujudkan akuntabilitas publik.

Sebagai organisasi yang mengelola dana masyarakat, organisasi sektor


publik seyogyanya mampu memberikan pertanggungjawaban publik melalui
laporan keuangannya. Seperti halnya yan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
komersial, informasi laporan keuangan tersebut harusnya merupakan hasil dari
sebuah proses akuntansi.

Untuk keperluan tersebut dibuatlah standar akuntansi yang nantinya akan


menjadi acuan dan pedoman bagi para akuntan yang berada dalam organisasi sektor
publik. Standar Akuntansi merupakan Prinsip Akuntansi yang berlaku umum—
PABU (Generally Accepted Accounting Principle). Berlaku umum mempunyai
makna bahwa laporan keuangan suatu perusahaan bisa dimengerti oleh siapapun
dengan latar belakang apapun.

Dalam konteks yang lain, PABU yang telah diwujudkan dalam bentuk
standar akan membantu para akuntan dalam menerapkan prinsip-prinsip yang
konsisten pada entitas yang berbeda. PABU merupakan standar yang harus diikuti
dimanapun profesi akuntan berada, kecuali jika keberadaan membenarkan adanya
pengecualian terhadap standar yang ada. Jika manajemen suatu perusahaan atau
organisasi merasa bahwa keadaan yang dihadapi tidak memungkinkan adanya
ketaatan terhadap standar yang ada, pengecualian dapat dilakukan tentu saja disertai
dengan pengungkapan yang memadai.

2
Di Indonesia, berupaya untuk membuat sebuah standar yang relevan dengan
praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan baik oleh IAI
(Ikatan Akuntansi Indonesia) maupun oleh pemerintah sendiri.

Untuk organisasi nirlaba (yang dimiliki perorangan atau swasta), IAI telah
menerbitkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 45 (PSAK No 45)
tentang organisasi nirlaba. PSAK ini berisi tentang kaidah-kaidah serta prinsip-
prinsip yang harus yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat
laporan keuangan. Namun, PSAK No 45 tersebut belum mengakomodasi praktik-
praktik akuntansi yang diperlukan dalam suatu entitas yang dimiliki pemerintah,
baik itu lembaga pemerintahan maupun organisasi nirlaba yang dimilikinya
(misalnya rumah sakit atau universitas). Oleh karena itu, pemerintah mencoba
menyusun suatu standar yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menyusun regulasi akuntansi sector public di Indonesia?


2. Apa saja regulasi organisasi sector public yang mendasari pelaporan
akuntansi public di Indonesia?
3. Adakah perbedaan system pelaporan akuntansi sector public dan sector
swasta?
4. Bagaimanakah penyusunan laporan akuntansi sektor public nonpemerintah
yang sesuai dengan PSAK 45?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana menetapkan regulasi yang berkaitan


dengan akuntansi sector nonpemerintah di Indonesia
2. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana menyusun laporan
akuntansi sector public nonpemerintah

3
BAB II

ISI

2.1 REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK BUKAN


PEMERINTAH

2.1.1 Pengertian dan Teknik Penyusunan Regulasi

Regulasi berasal dari bahasa Inggris, yakni regulation atau peraturan. Dalam
kamus bahasa Indonesia , kata peraturan mengandung arti kaidah yang dibuat untuk
mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan,
danketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi regulasi publik adalah
ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi
publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik,
yayasan, LSM, organisasi keagamaan/ tempat peribadatan, maupun organisasi
social masyarakat lainnya.

Regulasi Dalam Siklus Akuntansi Publik

Setiap organisaasi publik pasti mengalami berbgai isu dan permasalahan,


baik yang berasal dari luar lingkungan maupun dari dalam organisasi. oleh karena
itu, setiap organisasi publik yai regulasi publik sebagai wujud kebijakan organisasi
dalam menghadapi isu dan permasalahan yang ada. Dalam akuntansi sektor publik,
tahapan organisasi selalu terjadi disemua organisasi sector publik. Semua proses
tersebut terangkai mulai dari perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran,
pengadaan barang dan jasa publik, pelaporan keuangan, audit, serta
pertanggungjawaban publik. Pada setiap tahapan tersebut, isu dan permasalahn
sering kali melingkupi, baik yang terkait secara fungsional maupun procedural
hingga pada tataran pelaksanaanya sehingga hasil akhir dari setiap tahap dapat
dipengaruhi. Dalam menghadapinya, organisasi publik pun menggunakan regulasi
publiksebgai alat untuk memperlancarjalannya siklus akuntansi sector publik agar
tujuan organisasi dapat tercapai.

4
Sebagai sebuah siklus, tahapan dalam akuntansi sector publik saling terkait
dan mempengaruhi satu sama lain. Sebagi contoh, hasil perencanaan yang tidak
baik akan mengakibatkan buruknya tahapan penyusunan anggaran. Karena itu,
peran regulasi sector publik pada sikulus akuntansi sector publik ini sangatlah
besar. Peran itu akan menjadi dasar pendukung utama bagi berhasil tidaknya
perjalanan siklus akuntansi sector publik.

Penyusunan regulasi publik.

Regulasi dalam akuntansi sector publik adalah instrument aturan yang secara
sah ditetapkan oleh organisasi publik ketika menyelenggarakan perencanaan,
penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan,
audit serta pertanggungjawaban publik.

1. Perumusan masalah

Penyusunan regulasi publik diawali dengan merumuskan masalah yang


akan diatur. Untuk itu kita harus menjawab beberapa pertanyaan “Apa masalah
publik yang akan diselesaikan?”. Seorang perancang regulasi publik mampu
mendeskripsikan masalah publik tersebut. Salah satu cara untu menggali
permasalahn inoi adalah dengan melakukan penelitian. Perumusan masalah publik
meliputi hal-hal berikut:

a. Apa masalah publik yang ada?


b. Siapa masyarakat yang perilakunya membuat masalah?
c. Siapa aparat pelaksana yang perilakunya bermasalah?
d. Analisis keuntungan dan kerugian atas terapan regulasi publik.
e. Tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah publik?

Cintoh masalah publik tentang akuntansi sector publik

Tahapan siklus ASP Permasalahan Pihak Terkait

5
Perencanaan publik Ketimpangan pelayanan Bagian perencanaan
publik (kesehatan, bagian program dan
pendidikan) stakeholder.
Penganggaran publik Alokasi anggaran Bagian anggaran, bagian
pelayanan publik keuangan
minimal
Realisasi anggaran publik Jumlah pencairan dana Bagian anggaran,bagian
tidak sesuai dengan keuangan
anggaran
Pengadaan barang dan jasa Informasi tidak Bagian pengadaan,
publik transparan organisasi penyedia
layanan barang dan jasa
Pelaporan keungan sector Ketidaktepatan waktu Bagian keuangan
publik pelaporan
Audit sector publik Kurangnya bukti Audit internal, audit
eksternal
Pertanggungjawaban Keterbatasan Kepala organisasi,
publik pendistribusian legislatif
informasi

Contoh analisis permasalahan publik

Permasalahan Kerugian Solusi Tindakan


Ketimpangan pelayanan Masyarakat tidak dapat Penyusunan daftar skala
publik dilayani kebutuhannya prioritas
Alokasi anggaran Pencapaian target tidak Penambatahan alokasi
pelayanan publik maksimal bagi pelayanan publik
minimal
Jumlah pencairan dana Program tidak berjalan Pendisiplinan anggaran
tidak sesuai dengan baik dan perbaiakan system
perealisasian anggaran

6
Informasi tidak Pilihan kriteria organisasi Perluasa akses ke
transparan penyedia layanan barang informasi yang terkait
dan jasa terbatas dengan meknisme
pengadaan barang dan
jasa
Ketidaktepatan waktu Mengacaukan jadwal Penertiban penyusunan
pelaporan kegiatan organisasi laporan keuangan
Kurangnya bukti Ketidakpercayaan publik Perbaikan sitem
akuntansi dan
pengarsipan dokumen
transaksi
Keterbatasan Respon masyarakat Perluasan akses
pendistribusian minim informasi
informasi

2. Perumusan draft regulasi publik

Publik pada umumnya adalah kerangka awal yang dipersiapkan untuk


mengatasi masalah publik yang hendak diselesaikan. Terkait dengan jenis
regulasipublik yang akan dibentuk, rancangan regulasi publik tersebut harus secra
jelas mendeskripsikan penataan wewenang bagi lembaga pelaksana aturan dan
perilaku bagi lembaga pelaksana dan perilaku bagi organisasi publik atau
masyarakat yang harus mematuhinya.

Secara sederhana, draft regulasi publik harus dapat menjelaskan siapa


organisasi publik pelaksana aturan, kewenangan apa yang diberikan padanya, perlu
tidaknya memisahkan antara organ pelaksana peraturan dan organ yang
menetapkan sanksi atas ketidakpatuhan, persyarakat apa yang mengikat organisasi
publik pelaksana, serta apa sanksi yang dapat dijatuhkan kepada aparat pelaksana
jika menyalahgunakan wewenang. Penataan jenis perilaku itu akan menghasilkan
regulasi publik tentang larangan atau izin dan kewajiban melakukan hal tertentu
atau dispensasi. Penyusunan draft harus menjelaskan pilihan norma kelakuan yang
dipilihnya dengan tujuan yang hendak dicapai.

7
3. Prosedur pembahasan

Terdapat tiga tahap penting dalam pembahasan draft regulasi publik , yaitu
dengan lingkup tim teknis pelaksana organisasi publik(eksekutif), dengan lembaga
legislative (dewan penasehat), dan dengan masyarakat. Pembahasan dalam lingkup
tim teknis adalah yang lebih mereprentasi kepentingan eksekutif(manajmen).
Setelah itu, dilakukan publik hearing (pengummpulan pendapat masyarakat).
Pembahasan pada lingkup legislatif dan masyarakat biasanya sangat sarat akan
kepentingan politis.

4. Pengesahan dan pengundangan

Tahap terakhir dari perancangan draft regulasi publik adalah tahap


pengesahan yang dilakukan dalam bentuk penandatanganan naskah oleh pihak
organisasi publik (pimpinan organisasi). dalam konsep hukum, regulasi publik
tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang materiil terhadap pihak yang
menyetujuinya. Sejak ditandatangani, rumusan hukum yang ada dalam regulasi
publiksudah tidak dapat diganti secara sepihak..pandanga sosiologi hukum dan
psikologi hukum menganjurkan agar tahpan penyebarluasan (sosialisasi) regulasi
publik harus dilakukan. Hal ini diperlukan agar terjadi komunikasi hukum antara
regulasi publik dan masyarakat yang harus patuh. Pola ini diperlukan agar terjadi
internalisasi nilai atau norma yang diatur dalam regulasi akuntansi sector publik.
Karena itu ada tahap pemahaman dan kesadaran untuk mematuhinya.

Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik Nonpemerintah

Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat standar yang relevan dengan


praktek-praktek akuntansi diorganisasi sector publik telah dilakukanm dengan bai
oleh Ikantan Akuntansi Indonesia maupun oleh pemerintah sendiri. Untuk
organsiasi nirlaba IAI menerbitkan pernyataan Standar akuntansi Keuangan Nomor

8
45 (PSAK 45 tentang organisasi nirlaba. PSAK Ini berisi akidah-akidah atau
prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat laporan
keuangan. Selain itu juga lahir undang-undang yang mengatur tentang organisasi
nirlaba lainnya seperti yayasan, perguruan tinggi, partai politik, dsb.

1. PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba

Dasar tuntutan atas akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan terhadap


segala aktivitas pada semua organisasi sector publik adalah PSAK No. 45 mengenai
pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Karakteristik nirlaba atau dalam hal ini,
organisasi sector publik berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi sector
publikmemeperoleh sumber daya dari lembaga donor dan para penyumbang
lainnya. Transaksi dalam organisasi sector publik tersebut jarang atau tidak akan
pernah terjadi dalam organisasi bisnis. Namun, dalam prakteknya, berbagai bentuk
organisasi nirlaba sulit dibedakan dengan organisasi bisnis lainnya.

Pada beberapa bentuk organisasi nirbala, meskipun tidak ada kepemilikan


organisasi tersebut memenui kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan
operasioanalnya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya
pengukuran jumlah dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja
yang penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut. Para
pengguna laporan keuangan sector publik memiliki kepentingan bersama yang
tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai:

1. Jasa yang diberikan oleh organisasi sector publik dan kemampuannya untuk
terus memberikan jasa tersebut
2. Cara pengelola mel;aksakan tugas dan pertanggungjawabannya
3. Aspek kinerja pengelola

Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan


melalui laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva,
kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan, diantara unsur-unsur
tersebut. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersi baik yang terikat

9
maupun yang tidak terikat penggunaanya. Pertanggungjawaban pengelola
mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari
para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan
aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam
kelompok aktiva bersih. Pernyataan ini bertujuan mengatur pelaporan keuangan
organisasisektor publik. Dengan adanya standar pelaporan, laporan keuangan
organisasi sector publik diharapkan dapat lebih mudah dipahami, memiliki
relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.

2. Regulasi Yayasan

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota Yayasan dapat melakukan kegiatan
usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan
badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

Pasal 5 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2004): "Kekayaan Yayasan baik berupa
uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-
undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung,
baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat
dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas." Merupakan
perubahan dari Pasal 3 ayat 2 UU No. 16 tahun 2001 yang menyebutkan bahwa
"Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus,
dan Pengawas."

Pasal 14 ayat 1 mengesahkan bahwa "Akta pendirian memuat Anggaran


Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu. Serta Pasal 14 ayat 2 berbunyi
"Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:nama dan tempat
kedudukan;

 maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut;
 jangka waktu pendirian;

10
 d. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri
dalam bentuk uang atau benda;
 cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
 tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina,
Pengurus, dan Pengawas;
 hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
 tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
 ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
 penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
 penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan
setelah pembubaran.

3. Regulasi Partai Politik

Pengertian dari Partai Politik adalah setiap organisasi yang dibentuk oleh
warga negara republik !ndonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak
untuk memperjuangkan baik kepentingan anggotanya maupun bangsa dan negara
melalui Pemilihan umum. Tujuan umum partai politik adalah mewujudkan cita-cita
nasional bangsa ndonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-
undang Dasar 1945, dan mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan
Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah
memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Terdapat tiga sumber keuangan partai pollitik yakni (1) iuran anggota; (2)
sumbangan perseorangan dan badan usaha; serta (3) bantuan keuangan negara.
Landasan hukum pemberian bantuan keuangan kepada partai politik yakni melalui
Undang-Undang nomor 2 Tahun 2008 yang diatur dalam UU 2/2011 tentang Partai
Politik. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan
Kepada Partai Politik merumuskan bahwa bantuan keuangan partai politik yang
bersumber dari APBN/APBD diberikan secara proporsional dengan menghitung

11
jumlah kursi di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang
penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara.

4. Regulasi LSM

Pasal 1 angka 1 UU No.: 17/2013 tentang Ormas mengartikan organisasi


kemasyarakatan (ormas) sebagai organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,
kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.

Pada tahun 2017, regulasi yang mengatur tentang lembaga swadaya


masyaraky diperbaharui dengan dikeluarkannya ff yang dikeluarkan oleh Presiden
Jokowi.

2.1.3 Barang Dan Jasa Publik

Pada dasarnya, alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat
dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu pertama, melalui mekanisme pasar
(market mechanisme) dan kedua, mekanisme birokrasi (bureaucratic mechanism).
Dengan sejumlah kondisi yang disyaratkan, mekanisme pasar dianggap sebagai
mekanisme yang dapat mendorong pemakaian sumber daya secara efisien
(Musgrave & Musgrave, 1984), (Brown dan Jackson, 19860). Namun ternyata
masih terjadi kegagalan pasar (market failures) dalam mengalokasikan sejumlah
barang dan jasa, seperti ‘publik goods’ beserta eksternalitasnya. Jenis barang dan
jasa inilah, beserta jumlah ‘mixed goods’, yang dialokasikan ke masyarakat melalui
mekanisme birokrasi.

2.1.4 Barang Dan Jasa Publik vs Barang Dan Jasa Swasta

Barang publik adalah barang kolektif yang seharusnya dikuasai oleh negara
atau pemerintah. Sifatnya tidak eksklusif dan diperuntukkan bagi kepentingan

12
seluruh warga dalan skala luas, syukur kalau bisa dinikmati warga secara gratis,
misalnya udara bersih, air bersih, dan lingkungan yang aman. Sedangkan barang
swasta adalah barang spesifik yang dimiliki oleh swasta. Sifatnya eksklusif dan
hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mampu membelinya, yaitu harus untung
sebesar-besarnya, misalnya perumahan mewah, villa, dan hotel.

Adalagi barang yang setengah kolektif yang dimiliki oleh swasta atau milik
patungan swasta dan pemerintah. Seharusnya barang ini tidak boleh bersifat
eksklusif, dan pemerintah harus ikut menentukan harga penjualannya, yang
biasanya tidak terjangkau oleh rakyat kecil, misalnya sekolah swasta, dan rumah
sakit swasta.

Pada dasarnya, swasta akan merasa hanya bertanggung jawab atas biaya dan
manfaat yang menguntungkan dirinya sendiri. Swasta umumnya tidak peduli
terhadap biaya dan manfaat sosial, misalnya kerusakan lingkungan, baik lokal
maupun dalam skala wilayah yang lebih luas lagi, yang diakibatkan oleh proses
produksi barang swasta tersebut. Mereka menganggap biaya dan manfaat sosial ini
akan mengurangi keuntungan (opportunity cost), apalagi biaya dan manfaat sosial
ini sulit dihitung dan tidak ada padanan harganya di pasar. Swasta akan bersedia
bertanggung jawab terhadap biaya dan manfaat sosial yang telah diatur dalam
perundang-undanga atau peraturan formal.

2.1.5 Konsep-Konsep Pokok Barang Dan Jasa Publik

Siapa yang akan membayar suatu pelayanan (baik sektor swasta maupun
pemerintah) ditentukan oleh apakah barang itu milik swasta atau pemerintah.
Barang (atau pelayanan) publik (publik good) diperuntukkan bagi kepentingan
masyarakat luas. Oleh karena itu, pemerintah menjamin mutu barang/pelayanan
publik yang diberikan. Barang (atau pelayanan) swasta (private good) biasanya
dipergunakan hanya oleh konsumen, dimana harga pasar merupakan konsensus
yang ditentukan oleh konsumen dan produsen.

Suatu barang dikategorikan sebagai barang ‘swasta’ atau ‘publik’ dalam


kaitannya dengan tingkat excludability dan persaingannya. Tingkat excludability

13
suatu barang ditentukan dengan kondisi dimana konsumen dan produsen barang
atau pelayanan bisa memastikan bahwa orang lain tidak memperoleh manfaat dari
barang/pelayanan tersebut. Apabila tingkat excludability rendah, maka ‘penumpang
gratis’ dapat diidentifikasi sebagai permasalahan. Sebagai contoh, penyelenggaraan
sebuah konser musik ditempat terbuka; dengan menggunakan biaya tertentu dalam
bentuk penjualan karcis kepada penonton, ‘penumpang gratis’ diharapkan tidak
terjadi; namun ketika suara musik melampaui ruangan, maka warga sekitar menjadi
‘penumpang gratis’.

Jika suatu barang memiliki daya saing yang tinggi, barang tersebut
dipergunakan secara perorangan; apabila daya saingnya rendah, barang tersebut
dapat dimanfaatkan secara bersama-sama. Sebagai contoh, taman umum daya
saingnya rendah, sedangkan alat ‘walkman’ daya saingnya tinggi.

Secara umum, barang publik memiliki tingkat excludability dan daya saing
rendah. Ini berarti bahwa jika barang itu diproduksi, barang tersebut dapat
dipergunakan banyak orang, seperti pertahanan nasional. Barang publik ini
dimanfaatkan oleh banyak orang, sehingga umumnya dibiayai dari dana publik.

Barang swasta adalah barang-barang yang punya excludability dan daya


saing tinggi. Orang-orang yang memanfaatkannya jelas, sehingga mudah dikenakan
biaya, dan masalah ‘penumpang gratis’ dapat dihindari. Pada kenyataannya,
sebagian besar barang termasuk dalam jenis ini.

Barang yang excludable, tetapi daya saingnya rendah disebut toll goods.
Barang ini bisa digunakan bersama-sama, namun yang memanfaatkannya tetap
dikenakan biaya, seperti jalan tol. Banyak orang yang bisa menggunakannya secara
bersamaan, tetapi setiap orang yang melewatinya harus membayar uang tol. Barang
atau pelayanan yang bisa dimanfaatkan cesara bersama-sama cenderung
membutuhkan investasi dalam skala besar, sehingga organisasi sektor publik
mampu berinvestasi untuk membangun pelayanan semacam itu. Dalam kasus
system Build-Operate-Transfer, organisasi sektor publik melakukan investasi yang
diperlukan, dan organisasi swasta menjalankannya dengan mengenakan biaya pada
pemakai.

14
Barang yang berdaya saing tinggi, tetapi non-excludable, disebut common
pool goods. Contohnya adalah pengadaan air di sebuah desa; meskipun termasuk
barang yang non-excludable, namun penggunaan secara berlebihan akan
mengurangi kesempatan bagi orang lain untuk menggunakannya. Air berkarakter
non-excludable, sehingga tidak dapat dipungut bayaran dan dibutuhkan dana
publik.

Untuk meningkatkan peluang pendanaan sector swasta, ada beberapa cara untuk
menaikkan tingkat excludability suatu barang atau pelayanan:

a. Perubahan teknologi; misalnya: pencegahan penyakit malaria dengan


menggunakan insektisida yang disemprotkan dari udara adalah barang
publik, karena jumlah vector secara keseluruhan berkurang untuk
kepentingan semua orang. Dengan diperkenalkannya propyxlaxis dalam
bentuk tablet, orang terpaksa membayar demi melindungi dirinya dari
penyakit, sehingga propyxlaxis menjadi barang swasta.
b. Diberlakukannya hak milik secara lebih ketat, sehingga ‘penumpang gratis’
dapat dikurangi.

TABEL 2.2 Jenis Barang Menurut Excludability dan Persaingan

Excludability Rendah Excludability Tinggi

Persaingan rendah Barang publik (biaya Barang Toll (campuran


sector publik) biaya publik dan swasta)

Persaingan tinggi Common pool goods Barang swasta (biaya


(biaya sector publik) swasta)

Penyedia layanan

Barang atau pelayanan yang dibiayai secara publik dapat dikontrakkan kepada
sector swasta (misalnya, sekolah pemerintah menerima pembayaran dari orang tua

15
murid dalam bentuk ongkos pemakai layanan). Sector swasta memiliki
kecenderungan bekerja lebih efisien dan efektif, karena:

a. Sector swasta memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya,


sehingga perubahan permintaan pasar dapat ditanggapi.
b. Persaingan pelayanan mendorong lebih baiknya mutu pelayanan dengan
harga yang lebih murah bagi pelanggan.

Kepentingan pelanggan tidak selamanya harus dipenuhi oleh pelayanan swasta.


Ada beberapa pengecualian dalam hal ini, yaitu:

1. Pelanggan tidak mampu menilai mutu pelayanan. Jika hal ini terjadi, sector
publik harus menetapkan sejumlah standar mutu untuk melindungi
konsumen.
2. Tidak terjadi persaingan antara para pemberi pelayanan. Jika terjadi
monopoli secara alamiah (karena kecilnya pasar atau diperlukannya
investasi yang besar untuk memasuki pasar), maka sector swasta kurang
dapat insentif untuk dapat beroperasi secara efisien. Ini berarti bahwa sector
swasta tidak menjamin terpenuhinya standar harga, mutu, dan persaingan.
3. Terdapat faktor luar yang negatif yang mempengaruhi pelayanan. Contoh
paling umum dari pengaruh factor luar adalah polusi. Jika pemberian suatu
pelayanan atau produk mempunyai dampak (positif atau negatif) terhadap
orang lain yang bukan produsen ataupun konsumen barang atau pelayanan
itu, maka itulah yang disebut factor luar. Apabila factor luar itu negatif
seperti polusi, maka pemerintah harus mengintervensi untuk
menghilangkan factor tersebut, atau paling tidak menjamin bahwa orang-
orang yang terkena dampaknya diberi ganti rugi yang pantas.

Dalam kasus semacam ini, pemerintah harus menimbang antara biaya relative
dan manfaat dari mengontrol pemberian pelayanan/barang oleh sector swasta atau
langsung diberikan oleh sector publik. Misalnya, dalam kasus dimana mutu
pelayanan sulit diukur, kerap kali akan lebih murah jika pemerintah memberikan
sendiri pelayanan itu daripada memonitor pengadaannya oleh sector swasta.

16
Alternative lain adalah pelayanan disediakan oleh suatu organisasi kolektif,
seperti sistem pengamanan lingkungan (siskamling). Jika pelayanan dialokasikan
secara adil demi kepentingan organisasi kolektif, maka manajemen biasanya
melakukannya sendiri. Pada umumnya, organisasi kolektif akan berperan sesuai
dengan keperluan anggotanya, sehingga tidak dibutuhkan kebijakan eksternal untuk
menjamin dilakukannya distribusi dan persaingan yang adil.

Lembaga-lembaga semacam organisasi kolektif, atau lembaga lain yang


mewakili pihak-pihak yang berkepentingan, memberikan kontribusi dengan cara
lain, misalnya menetapkan standard dan membuat organisasi publik lebih andal
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Selayaknya, pemberian pelayanan membutuhkan semacam pengaturan


kemitraan antara sector swasta, sector publik, dan organisasi kolektif. Sifat
hubungan ini tergantung antara lain pada sifat dari monitoring pemberian
pelayanan, tingkat persaingan di pasar antara para pemberi pelayanan, dan kekuatan
lobi konsumen.

2.1.6 Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) memberikan prioritas yang


tinggi terhadap berbagai reformasi penyelenggaraan pemerintahan secara
menyeluruh, manajemen sector publik yang lebih mantap, pembinaan
kelembagaan, dan pemberantasan korupsi.

Masyarakat juga memberikan dukungan yang kuat terhadap pelaksanaan


reformasi penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah telah mengambil beberapa
inisiatif untuk memperbaiki penyelenggaraan pemerintahan, yaitu: (a) reformasi
hukum dan yudikatif, termasuk pembentukan Komisi Ombudsman untuk menggapi
masalah korupsi dan pembentukan Komisi Reformasi Hukum, (b) perumusan
strategi reformasi pegawai negeri sipil, (c) rancangan undang-undang untuk
memantapkan manajemen keuangan pemerintah, (d) pembentukan Komisi Anti
Korupsi, dan (e) pembentukan Kemitraan bagi pembauran tata pemerintahan di
Indonesia yang didukung oleh UNDP, Bank Dunia, dan ADB.

17
Demikian pula, dalam bidang pengadaan barang dan jasa, pemerintah telah
menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pelaksanaa Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai
penyempurnaan dari aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Keppres 80 tahun
2003. Peraturan-peraturan tersebut merupakan implementasi dari UU No 9 Tahun
1995 tentang Usaha Kecil, UU No 5 Tahun 2000 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat, UU No 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi, Nepotisme;
semuanya ditujukan untuk mengatur pengguna barang atau jasa dan penyedia
barang atau jasa sesuai dengan tugas, fungsi, hak dan kewajiban serta peranan
masing-masing pihak dalam proses pengadaan barang atau jasa yang dibutuhkan
Instansi Pemerintah.

Tujuannya adalah untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan


Instansi Pemerintah dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas dan harga yang
dapat dipertanggungjawabkan, serta dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif
dan efisien menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku.

Keppres No 61 Tahun 2004 telah mengatur dengan tegas dan jelas mengenai
prosedur pengadaan barang atau jasa termasuk pembinaan dan pengawasannya.
Peranan asosiasi dunia usaha yang telah mengenal dan mengerti tentang pentingnya
manajemen usaha yang professional perlu dioptimalkan. Asosiasi dunia usaha perlu
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam pembangunan.

2.2 Laporan Keuangan Sektor Publik

Sector publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen.


Kompleksitas sector publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi
stakeholder sector publik,mereka membutuhklan informasi yang lebih bervariasi,
handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggungjawab

18
akuntan sector publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi
kebutuhan internal organisasi maupun kebutuhan pihak eksternal.

Akuntansi sector publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan


keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi
dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan,
pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi . karena kebutuhan informasi di
sector publik lebih bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada informasi
keuangan yang dihasilkan dari system akuntansi organisasi. Informasi non-moneter
seperti ukuran output pelayanan harus juga dipertimbangkan dalam pembuatan
keputusan.

Sebagai bagian dari usaha untuk membuat kerangka konseptual, financial


Accounting Standarts Board (FASB, 1980) mengeluarkan statement of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk
organisasi nonbisnis-nirlaba. Tujuan laporan keuangan keuangan organisasi nirlaba
dalam SFAC 4 tersebut adalah:

1. laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan


informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam membuat keputusan yang
rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
2. memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya
untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut,
3. memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai can calon pemakai dalam menilai kinerja
manajer organisai nonbisnis atau pelaksanaan.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya, kewajiban, dan kekayaan
bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian
ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya
tersebut.

19
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi
sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi yang berguna
untuk menilai kinerja.
6. Memebrikan informasi mengani bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya akas, mengenai utang dan
pembayaran kembali utang, dan mengenai factor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

2.2.1 Pemakai Laporan Keuangan Sector Publik Dan Kepentingannya.


Pemakai laporan keuangan sector publik dapat diidentifikasikan dengan
menelusur siapa yang menjadi stakeholder organisasi. Anthony mengklasifikasikan
pemakai laporan keuangan sector publik menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Lembaga pemerintah( governing bodies)
2. Investor dan kreditor
3. Pemberi sumber daya
4. Badan pengawas
5. Konstituen
Pengklasifikasian pemakai laporan keungan yang dilakukan oleh Anthony
adalah dengan mempertimbangkan semua organisasi nonbisnis. Anthony
memasukkan pembayar pajak, pemilih, dan karyawan dalam satu kelompok yang
ia sebut konstituen, ia mengelompokkan pemberi dana bantuan dan pembayar jasa
sebagai pemberi sumber daya, investor dan kreditor dikelompokkan menjadi satu.

2.2.2 Perbedaan Laporan Keuangan Sector Publik Dengan Sector Swasta


Laporan keuangan pemerintah dalam beberapa hal berbeda dengan laporan
keuangan pada sector swasta. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan jenis-jenis
laporan keuangan, elemen laporan keuangan, tujuan pelaporan keuangan, dan
teknik akuntansi yang digunakan. Disamping memiliki beberapa karakteristik yang

20
berbeda, kedua sector juga memiliki persamaan yaitu kedua-duanya membutuhkan
standar akuntansi keuangan sebagai pedoman membuat laporan keuangan. Siklus
akuntansi pada kedua sector tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

2.2.3 Laporan Keuangan Sesuai Dengan PSAK 45


1. Laporan Posisi keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih serta informasi mengenai hubungan
diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan
keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan
keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor,
dan pihak-pihak lain yang menilai :
1. Kemampuan organisasi dalam memberikan jasa secara berkelanjutan.
2. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisis keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan
harus menyajikan total aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih.
Laporan posisi keuangan menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas,
fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva serta kewajiban. Pada umumnya
informasi tersebut disajikan dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang
memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompuk yang relative homogeny.
Sebgai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur aktiva dalam
kelompok yang homogen,misalnya:
1. Kas dan setara kas
2. Piutang anggota atau penerima jasa lainnya
3. Persediaan
4. Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar dimuka
5. Surah berharga/efek dan investasi jangka panjang
6. Tanah, bangunan, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa.

Informasi likuiditas diberikan dengan cara:

21
1. Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan
jatuh tempo.
2. Mengelompokkan aktiva kedalam lancer dan tidak lancer serta kewajiban
kedalam jangka pendek dan jangka panjang
3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh
temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva pada catatan
atas laporan keuaangan.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok
aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu
terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi
mengenai sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer diungkapkan
dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam
catatan atas laporan keuangan.
Pembatasan permanen terhadap aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, dirawat dan tidak dijual, atau aktiva yang
disumbangkan untuk investasi yang akan mendatangkan pendapatan secar
permanen dapat disajikan sebgai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang
penggunaanya dibatasi secar permanen, atau disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Pembatasan permanen atas kelompok kedua berasal dari hibah atau
waqaf dan warisan yang menjadi dana abadi.
Pembatasan temporer terhadap sumabangan berupa aktivitas operasi
tertentu, investasi untuk jangka waktu tertentu, penggunaan selama periode tertentu
dimasa depan, atau perolehan aktiva tetap dapat disajikan sebagai unsur terpisah
dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaanya dibatasi secar temporer, atau
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh
penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan atau
keduanya.
Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan jasa, penjualan
barang, sumabngan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Pembatasan terhadap penggunaan aktiva bersih
tidak terikat dapat bersal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan
organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual

22
dengan pemasok, kreditor, dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
informasi mengenai batasan-batasan tersebut umunya disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan..

2. Laporan aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat
aktiva bersih.
2. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain
3. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama denga
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, dan pihak lainnya untuk mengevaluasi kinerja
selama satu periode, menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi
dalam memberikan jada serta menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja
pengelola.
Laporan aktivitas mencakup organisai sector publik secara keseluruhan dan
menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama satu periode. Perubahan aktiva
bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam
laporan posisi keuangan,.
Perubahan kelompok aktiva bersih
 Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat
permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam satu periode.
 Laporan aktivitas menyajikan pendaptan sebagai aktiva bersih tidak terikat,
kecuali penggunaannya dibatsi oleh penyumbang dan menyajikan beban
sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.
 Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporen tergantung da tidaknya pemabtasan. Dalam
hal ini, sumbangan terikat yang pembahasannya sudah tidak berlaku lagi
dalam periode yang sama dapat disajikan sepanjang disajikan secara
konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

23
 Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari
investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang
aktiva bersih tidak teriakt, kecuali penggunaanya diabatasi.
 Klasifikasi pendapatan , beban, keuntungan, dan kerugian dalam kelompok
aktiva bersih tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam
laporan aktivitas. Sebgai contoh, dalam suatu kelompok atau beberapa
kelompok peruabahan aktiva bersih, organisasi dapat mengklasifikasikan
unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau nonoperasi, dapat
dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum
terealisasi, berulang atau tidak berulang, atau bengan cara lain.

Informasi tentang pendapatan dan beban


 Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto.
Namun demikian, pendapatan investasi dapat disaajikan secara neto
dengansyarat bebas terkait, seperti beban penitipan dan beban penasehat
investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
 Laporan aktivitas meyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian yang
berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang berada diluar kendali
organisai dan pengelolaan. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjuala
tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.

Informasi tentang pemberian jasa

 Lampiran aktivitas atau catantan ats laporan keuangan harus menyajikan


informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti kelompok
program jasa utama dan aktivitas pendukung.
 Klasifikasi secra fungsional dapat membantu para penyumbang, kreditor,
dan pihak lain dalam menilai pemberian jasa serta penggunaan sumber daya.
Disamping penyajian klasifikasi beban secar fungsional, organisai nirlaba
juga dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan mengenai beban
menurut sifatnya. Misalnya berdasarkan gaij,sewa, listrik, bunga, dan
penyusutan.

24
 Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program pemberian
jasa. Aktivitas pendukung umumnya meliputi aktivitas pengelolaan dan
umum, pencairan adana, serta pengembangan keanggotaan.

3. Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah mnyejikan informasi mengenai


penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode.

Klasifikasi Penerimaan Dan Pengeluaran Kas

Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas
dengan tambahan berikut ini:

1. Aktivitas pembiayaan
a. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaanya dibatasi untuk
jangka panjang.
b. Penerimaan kas dari sumbangan dan pendpatan investasi yang
penggunaanya dibatasi untuk perolehan proyek pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi.
c. Bunga dan dividen yang dibatsi penggunaanya utnuk jangka panjang.
2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pembiayaan
nonkas, serta membangun berupa bangunan atau aktiva organisasi.

Pengelompokan aktivitas dalam arus kas:

a. Aktivitas investasi
Aktivitas ini meliputi pemberian dan penagihan pinjaman,pembelian tau
perwakafan tanah, bangunan, dan peralatannya, yakni aktiva yang
digunakan untuk menyelenggrakan pelayaan bagi masyarakat.
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi harus
dialakukan agar menyajikan seberapa besar arus kas yang telah dikeluarkan
utnuk memperoleh sumbewr daya, yang dimaksudkan untuk menigkatakan
pelayanan masa depan organisai sector publik.

25
Contoh-contoh aruskas yang bearsal dari aktiviatas investasi:
 Pembayaran kas untuk mendapatkan bangunan dan peralatan, aktiva
tidak berwujud, serta aktiva jangka panjang. Pembayaran ini
termasuk yang berkaitan dengan dana pengembangan bangunan dan
perlatan yang dibuat sendiri.
 Kas dibayar dimuka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak-
pihak lain.
 Penerimaan kas dari pembayaran kembali kas dibayar dimuka dan
pinjaman yang diberika kepada pihak lain.
 Pembayaran kas untuk kontrak future, kontrak forward, kontrak
option, dan kontrak swap kecuali kontrak tersebut dimiliki untuk
tujuan bisnis atau pembayaran diklasifikasikan sebagai aktiva
pembiayaan.
 Penerimaan kas untu kontrak future, kontrak forward, kontrak
option, dan kontrak swap kecuali kontrak tersebut dimiliki untuk
tujuan bisnis, atau pembayaran diklasifikasikan sebagai aktivitas
pembiayaan.,kkt
b. Aktivitas pembelanjaan/pembiayaan
Meliputi perolehan sumber daya, pemberian layanan bagi masyarakat,
meminjam uang atau membantu masyarakat yang memerlukan dan
membayare kembali jumlah yang dipinjam, serta memperolehdan
membayar sumber-sumber lainnya.
Aktivitas pembiayaan merupakan pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas pembiayaan harus dilakukan agar berguna dalam
memprediksi klaim-klaim atas arus kas masa depan oleh dana yang tersedia
untuk organisasi sector publik.
c. Aktivitas operasi
Meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk dalam
aktivitas investasi serta pembayaran. Aktivitas operasi umumnya meliputi
penyediaan layanan. Arus kas dari aktivitas operasi umumnya dalah dampak
kas dari transaksi dan peristiwa lain yang diperhitungkan.

26
Jumlah arus kas bersih yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indicator utama seberapa besar operasi suatu organisasi sector publik
didanai oleh :
1. Hibah, atau
2. Dana dari donator yang dilayani oleh organisasi sector publik.

2.2.4 Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Unsur-unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan


adalah aktiva, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang terkait dengan kinerja
secara umum adalah pendapatan (penghasilan) dan pengeluaran (beban)

Posisi keuangan

Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva,
kewajiban dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:

a. Aktiva, sumber daya yang dimiliki organisasisektor publik sebagai akibat


dari peristiwa masa lalu dan yang mempunyai manfaat di masa depan bagi
penyelenggaraan organisasi sector publik.
b. Kewajibanadalah utang organisasi sector publik masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, dan penyelesaiaannya akan menimbulkan arus keluar
dari sumber daya organisasi sector publik yang bermanfaat.
c. Ekuitas adalah hak residu atas aktiva organisasi sector publik setelah
dikurangi semua kewajiban.

 Aktiva
Manfaat ekonomi dimasa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi
aktiva tersebut untuk memeberikan sumbangan, baik langsung maupun
tidak langsung, dan arus kas bagi organisasi sector publik. Potensi
tersebutdapat berbentuk sesuatu yang menghasilkan layanan, sekaligus
merupakan bagian dari aktivitas operasi organisasi sector publik. Potensi itu
juga mungkin berbentuk sesuatau yag dapat diubah menjadi kas atau setara

27
kas atau berbentuk kemapuan untuk mengurangi pengeluaran kas
organisasi.
Organisasi sector publik biasanya menggunakan aktiva dalam
menyelenggarakan kegiatan rutin masyarakat. Jadi masyarakat dalam hal ini
juga memeberikan sumbangannya kepada arus kas organisasi sector publik.
Aktiva organisasi sector publik berasal dari sumbangan masyarakatdan
donator laainnya. Akan tetapi transaksi atau peristiwa lainjuga dapat
menghasilkan aktiva sep[erti property yang diterima suatu organisasi sector
publik.
 Kewajiban
Karakteristik penting dari kewajiban adalah bahwa organisasi sector swasta
mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau
tanggungjawab untuk bertindak atau melaksankan susuatu dengan cara
tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebgai konsekuensi
dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundangan.
Kewajiban muncul dari transaksi atau peristiwa di masa lalu, seperti
pemberian sumbangan masyarakat kepada organisasi sector publik.
Beberapa kewajiban hanya dapat diukur dengan menggunakan perkiaraan
dalam derajat yang luas.
 Ekuitas
Meskipun definisi ekuitas sebelumnya disebut sebgai residu, ekuitas dapat
disubklasifikasikan dalam neraca. Klasisfikasi semacam itu dapat menjadi
relevan bagi kebutuhan pengambilan keputusan serta dapat merefleksikan
fakta bahwa pihak-pihak dengan hek kepemilikannya masing-masing
memiliki hak yang berbeda dalam hubungannya dengan pelayanan
masyarakat.
Pembentukan cadangan untuk memberikan perlindungan tambahan kepada
organisasi sector publik. Eksistensi serta besarnya cadangan merupakan
informasi yang relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan.
 Kinerja
Pendapatan/penghasilan bersih ditambah dengan pelayanan sering kali
digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebgai dasar bagi ukuran lain seperti

28
investasi. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran
pendpatan/penghasilan versih adalah pendapatan dan beban.
Unsur pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan manfaat organisasi sector
publik selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan
ekuitas. Sedangkan beban adalah penurunan manfaat organisasi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva, atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas.
 Pendapatan
Meliputi seluruh pendapatan (revenues). Pendapatan timbul dalam
pelaksanaan aktivitas organisasi sector publik yang biasa dan dikenal
dengan sebutan fundraising.
 Beban
Beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas organisasi yang biasa meliputi beban pokok pelayanan dan
penyusutan. Kerugian yang memenuhi definisi beban terjadi karena
penurunan manfaat atau lainnya. Kerugian dapat timbul karena bencana
kebakan, banjir atau pelepasan aktiva tidak lancar.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Organisasi sector public nonpemerintah semakin berkembang dan


kompleks. Berkembangnya organisasi sector public pasti memerlukan sebuah
regulasi atau peraturan yang dapat memayungi kebutuhan akan jaminan
kelangsungannya. Setiap organisasi pasti memiliki regulasi baik yang ditetapkan
oleh perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh manajemen organisasi
public itu sendiri. Regulasi public yang telah dibuat akan menjadi acuan atau dasar
dalam melaksanakan kegiatan organisasi public.

29
Salah satu cara untuk mem\pertanggungjawabkan organisasi public yang
telah dibentuk adalah dengan cara menyampaikan hasil laporan keuangannya
kepada pihak stakeholder yang berkepentingan serta terhadap masyarakat sesuai
dengan tujuan akuntansi sector public nirlaba dalam Statement of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4). Dimana tujuannya adalah sebagai pemberi
informasi dalam membuat keputusan, menilai pelayanan dan kinerja, informasi
mengenai sumber daya organisasi serta keuangan organisasi.

Ada tiga jenis laporan yang harus dibuat oleh akuntan public, yakni
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas. Masing-masing
laporan memiliki tujuan atau kegunaannya sendiri. Dalam menyusun laporan
keuangan sector public ada tiga tahapan yang harus diikuti yakni perencanaan,
pengolahan, dan pengkomunikasian. Pengkomunikasian ini sebgai bentuk
pertanggungjawaban organisasi sector public.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Nordiawan, Deddi. Akuntansi Sektor Publik New Edition. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Renyowijoyo, Muindro. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Non-Laba.


Bogor: Mitra Wacana Media.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

30

Anda mungkin juga menyukai