PENDAHULUAN
1
payudara18 orang terdapat di Puskesmas Ponorogo Selatan. Sedangkan jumlah WUS di
Desa Pakunden dengan jumlah 767 orang dan yang menderita kanker payudara terdapat 2
orang (BKKBN, 2014) .
2
BAB II
PEMBAHASAN
. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap
wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi
tegak menghadap cermin dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara
secara sistematis (Dalimartha, 2007) .
Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara karena jika hal itu sudah
terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara stadium 1 lebih besar.
Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mamografi harus dilakukan secara berkala.
Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke atas, disarankan setiap tahun. Sementara yang
berumur di bawah itu, bisa tiga tahun sekali. Meski begitu, jika ada benjolan, yang
terdeteksi kanker payudara dari lima wanita yang merasa ada benjolan paling hanya satu
(Olfah dkk, 2013).
Menurut Ramli (2001) tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mendeteksi secara
dini jika ada kelainan di payudara. Tujuan dilakukannya pemeriksaan kanker payudara
3
adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI akan dapat menunjukan
tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik.
Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia
dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang
ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan
membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk
sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).
Menurut Nisman (2011) Deteksi dini merupakan langkah awal yang sangat
penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada payudara
sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker tersebut.
Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan kemungkinan harapan
hidup pada wanita penderita kanker payudara. Hampir 85% gangguan atau benjolan
ditemukan oleh penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan benar. Selain itu,
SADARI adalah metode termudah, tercepat, termurah, dan paling sederhana yang dapat
mendeteksi secara dini kanker payudara.
SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun,
segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda,
agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga
dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena pada
umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Wanita
sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar
terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih
mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa
penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun - tahun.
4
sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah
menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama
setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).
Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan. Bila terasa benjolan
sebesar 1 cm atau lebih, segera pergi ke dokter. Makin dini penanganan, makin besar
kemungkinan sembuh dengan sempurna.
Langkah 1 :
Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi pundak tegap dan
kedua tangan di pinggang.
Langkah 2 :
Sekarang, angkat tangan anda dan amati jika ada perubahan-perubahan yang telah
disebut pada langkah pertama.
Langkah 3 :
5
Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua
puting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).
Langkah 4 :
Berikutnya, rasakan payudara anda dengan cara berbaring. Gunakan tangan kanan
untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya. Gunakan pijatan pelan namun mantap
(tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi
ujung jari datar terhadap permukaan payudara. Gunakan gerakan memutar, sekali putaran
mencakup seperempat bagian payudara. Pijat seluruh payudara anda dari atas sampai
bawah, kiri kanan, dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai
belahan payudara. Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat seluruh
payudara anda. Mulai dari putting, buat gerakan memutar semakin lama semakin besar
sampai anda mencapai bagian tepi payudara.
Anda juga dapat membuat gerak naik turun. Gerakan ini bagi sebagian besar
wanita diangap lebih efektif. Pastikan anda menekan seluruh jaringan payudara dari
depan (puting) sampai bagian belakang. Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan
tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk
jaringan bagian dalam. Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda harus dapat
merasakan tulang iga anda.
Langkah 5 :
Terakhir, rasakan payudara anda saat anda berdiri atau duduk. Atau saat anda
mandi karena bagi sebagian wanita, mereka merasa lebih mudah memijat saat kulit
payudara dalam keadaan basah dan licin. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti
dijelaskan dalam langkah 4.
6
payudara. Lihta pula jika terdapat kekauan, lekukan atau puting tersorot kedalam.
Dengan perlahan-lahan, picit kedua puting dan perhatikan jika terdapat cairan keluar.
Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih atau mengandung darah.
3. Berbaring
Untuk memeriksakan payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah bahu
kanan dan tangan kanan diletakkan dibelakang kepala. Tekan jari anda mendatar dan
bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula dari bagian pangkal
payudara. Selepas satu putaran, jari degerakkan 1 inci (2,5cm) kearah putting.
Lakukan putaran untuk memriksa setiap bagian payudara termasuk puting. Ulangi hal
yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan bantal dibawah bahu kiri
dan tangan kiri diletakkan dibelakang kepala. Coba rasakan sama ada terdapat
sebarang gumpalan dibawah dan dibawah dan disepanjang atas tulang selangka.
Faktor penentu atau determinan perilku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan hasil dari resultasi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu
aspek fisik, psikis, dan non fisik seperti manusia dan social ekonomi (Notoatmodjo,
2003). Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam
mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap (Notoatmodjo, 2002).
7
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor-faktor ini menjadi faktor dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk
juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-
kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh
agama, para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), serta kemudahan memperoleh fasilitas untuk melakukan
pemeriksaan tersebut, juga dibutuhkan peraturan atau perundang-undangan yang
mengharuskan perempuan melakukan SADARI.
8
Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis 3
faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya juga diarahkan
terhadap 3 faktor tersebut. Pendekatan ini disebut model Precede, yaitu :
predisposing, reinforcing, and enabling couse in educational diagnosis and evaluation
(Notoatmodjo, 2003).
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita lebih
mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal.
3. SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun,
segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Satelah
menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan
sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
2. World Health Organization. 2012. The World Health Organization’s Fight Against
Cancer: Strategies That Prevent, Cure and Care. Available from:
http://www.who.int/cancer/modules [accesed: 24 Januari 2015].
3. World Health Organization. 2012. Breast Cancer Prevention and Control. Available
from: http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html [accesed: 24 Januari
2015].
4. Indrati, Rini. 2010. Faktor Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kanker
Payudara Wanita. Thesis Program Epidemiologi, Universitas Diponegoro, Semarang.
5. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Profil Kesehatan Jawa
Tengah. Semarang: BKKBN.
6. Green, L.W. and M.W. Kreuter. 2005. Health Program Planning: An Educational and
Ecological Approach. Fourth Edition. McGraw-Hill. New York. hlm. 10
7. Dalimartha, S. (2007). Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar
Swadaya.
9. Smeltzer, S, & Bare. (2008). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippin cott the hotline study. Bmj. 1997; 314: 174-7
11
12