Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan upaya deteksi dini


atau pencegahan kanker payudara yaitu dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara
Sendiri). SADARI adalah tindakan deteksi dini terhadap adanya gejala-gejala kanker
payudara. Metode ini sangat sederhana, namun diharapkan dapat menekan tingginya
angka penderita kanker payudara, karena semakin awal terdeteksi maka semakin cepat
proses pengobatan yang diperlukan (Maryanti, 2009). SADARI (Pemeriksaan Payudara
Sendiri) dianjurkan pada wanita, terutama pada wanita dengan usia mulai dari 20 tahun.
Karena wanita dengan usia subur 20-45 tahun sangat berisiko terkena penyakit kanker
payudara, sehingga wanita harus selalu sadar akan kesehatan payudaranya yaitu dengan
cara rutin memeriksa payudaranya sebagai upaya awal pencegahan penyakit kanker
payudara. Cukup dimulai dengan cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat
dilakukan sendiri di rumah dan dilakukan setiap bulan setelah selesai masa menstruasi
yakni dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Para wanita akan mampu
melakukan deteksi dini apabila terjadi perubahan pada payudaranya (Brunner & Sudarth,
2013) . Namun jika seseorang memiliki pengetahuan yang kurang tentang SADARI maka
akan menyebabkan wanita usia subur tidak memperdulikan tentang SADARI.

Data statistik Global Burden Of Cancer melaporkan bahwa kanker merupakan


penyebab utama kematian di seluruh dunia dan menyumbang 7,6 juta kematian (sekitar
13% dari semua kematian) pada tahun 2008. Kanker payudara merupakan kanker paling
umum pada wanita di seluruh dunia, sekitar 16% dari seluruh kanker pada wanita.
Diperkirakan 519.000 perempuan meninggal pada 2004 akibat kanker payudara
meskipun kanker payudara dianggap sebagai penyakit dunia maju, mayoritas (69%) dari
semua kematian kanker payudara terjadi di negara berkembang (WHO, 2012) . Kaum
wanita masih sangat rentan menderita penyakit kanker payudara yang dapat
mengakibatkan kematian. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan,
jumlah kasus baru juga meningkat. Pravelensi tahun 2003 hanya ada 221 kasus, tahun
2008 sudah tiga kali lipat menjadi 657 kasus dan terdapt 1.722 total kasus pada tahun
2010-2011. Sebanyak 60-70% penderita kanker payudara datang dengan stadium lanjut
(stadium III atau IV), sehingga hampir setengah dari angka kejadian kanker payudara
berakhir dengan kematian (Rini, 2010) . Propinsi Jawa Timur, tahun 2009 (dari beberapa
rumah sakit percontohan) penderita kanker payudara pasien rawat inap sebanyak 1.069
orang dan yang menjalani rawat jalan 970 orang (Ica, 2010). Jumlah WUS di Kabupaten
Ponorogo tahun 2014 dengan jumlah 15.267 orang dan terdapat 20 penderita kanker

1
payudara18 orang terdapat di Puskesmas Ponorogo Selatan. Sedangkan jumlah WUS di
Desa Pakunden dengan jumlah 767 orang dan yang menderita kanker payudara terdapat 2
orang (BKKBN, 2014) .

Benjolan di payudara ditemukan dengan melakukan pemeriksaan payudara


sendiri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara sendiri sangat penting bagi para wanita
terutama usia dewasa awal. Kurangnya kesadaran dalam perilaku melakukan
pemeriksaan payudara sendiri menjadi permasalahan utama. Hal ini terkait bahwa para
wanita kurang mengalami suatu kepekaan dengan payudaranya, sehingga kurang
perhatian terhadap kondisi payudaranya (Yuni, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari SADARI ?

2. Apa Manfaat dan Tujuan SADARI?

3. Bagaimana Penatalaksanaan Pemeriksaan Payudara Sendiri ( SADARI ) ?

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prilaku SADARI ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian SADARI

2. Untuk mengetahui Manfaat dan Tujuan SADARI

3. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Pemeriksaan Payudara Sendiri ( SADARI )

4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prilaku SADARI

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian SADARI

. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap
wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi
tegak menghadap cermin dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara
secara sistematis (Dalimartha, 2007) .

SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya


benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005) . SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
merupakan usaha untuk mendapatkan kanker payudara pada stadium yang lebih dini
(down staging). Diperlukan pelatihan yang baik dan evaluasi yang reguler. SADARI
direkomendasikan dilakukan setiap bulan, 7 hari SADARI adalah pemeriksaan yang
dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara setelah menstruasi bersih (Manuaba,
2010).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pengembangan diri wanita


tentang kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini
dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal kanker
payudara kegiatan ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua wanita tanpa
malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan biaya, dan bagi wanita yang sibuk hanya
perlu menyediakan waktunya sebentar selama kurang lebih lima menit. Tidak perlu
waktu khusus cukup dilakukan saat mandi atau saat berbaring. SADARI sebaiknya
dilakukan pada saat seorang wanita telah mengalami menstruasi tingkat sensitivitasnya
(kemampuannya untuk mendeteksi kanker payudara) dalah sekitar 20-30% (Nisman,
20011).

Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara karena jika hal itu sudah
terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara stadium 1 lebih besar.
Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mamografi harus dilakukan secara berkala.
Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke atas, disarankan setiap tahun. Sementara yang
berumur di bawah itu, bisa tiga tahun sekali. Meski begitu, jika ada benjolan, yang
terdeteksi kanker payudara dari lima wanita yang merasa ada benjolan paling hanya satu
(Olfah dkk, 2013).

2.2 Tujuan SADARI

Menurut Ramli (2001) tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mendeteksi secara
dini jika ada kelainan di payudara. Tujuan dilakukannya pemeriksaan kanker payudara

3
adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI akan dapat menunjukan
tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik.
Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia
dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang
ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan
membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk
sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).

Berdasarkan rekomendasi dari The American Cancer Society, menginformasikan


bahwa keuntungan untuk melakukan SADARI saat mencapai usia 20 tahun (Mayo Clinic,
2007). SADARI dilakukan karena dapat membawa untuk mendeteksi kista, tumor jinak,
serta kanker payudara (Hirsch, 2007).

2.3 Manfaat Melakukan SADARI

Menurut Nisman (2011) Deteksi dini merupakan langkah awal yang sangat
penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada payudara
sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker tersebut.
Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan kemungkinan harapan
hidup pada wanita penderita kanker payudara. Hampir 85% gangguan atau benjolan
ditemukan oleh penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan benar. Selain itu,
SADARI adalah metode termudah, tercepat, termurah, dan paling sederhana yang dapat
mendeteksi secara dini kanker payudara.

2.4 Penatalaksanaan SADARI

2.4.1 Waktu Pelaksanaan SADARI

SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun,
segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda,
agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga
dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena pada
umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Wanita
sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar
terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih
mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa
penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun - tahun.

Wanita yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi


sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara

4
sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah
menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama
setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).

1. Haid teratur : waktu terbaik adalah hari terakhir masa haid.


2. Haid tidak teratur : setiap 6 bulan sekali, saat baru selesai menstruasi.
3. Waktu : 10 menit setiap bulan periksa payudara.

2.4.2 Langkah-langkah melakukan SADARI

1. Menurut Sarwono (1996)

Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan. Bila terasa benjolan
sebesar 1 cm atau lebih, segera pergi ke dokter. Makin dini penanganan, makin besar
kemungkinan sembuh dengan sempurna.

Langkah 1 :

Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi pundak tegap dan
kedua tangan di pinggang.

Anda harus melihat:


1) Payudara, dari ukuran, bentuk, dan warna yang biasa anda ketahui.
2) Payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan bentuk dan pembengkakan.
3) Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke dokter untuk
berkonsultasi.
4) Kulit mengkerut, terjadi lipatan, ada tonjolan.

5) Puting berubah posisi biasanya seperti tertarik ke dalam.

6) Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.

Langkah 2 :

Sekarang, angkat tangan anda dan amati jika ada perubahan-perubahan yang telah
disebut pada langkah pertama.

Langkah 3 :

5
Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua
puting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).

Langkah 4 :

Berikutnya, rasakan payudara anda dengan cara berbaring. Gunakan tangan kanan
untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya. Gunakan pijatan pelan namun mantap
(tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi
ujung jari datar terhadap permukaan payudara. Gunakan gerakan memutar, sekali putaran
mencakup seperempat bagian payudara. Pijat seluruh payudara anda dari atas sampai
bawah, kiri kanan, dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai
belahan payudara. Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat seluruh
payudara anda. Mulai dari putting, buat gerakan memutar semakin lama semakin besar
sampai anda mencapai bagian tepi payudara.

Anda juga dapat membuat gerak naik turun. Gerakan ini bagi sebagian besar
wanita diangap lebih efektif. Pastikan anda menekan seluruh jaringan payudara dari
depan (puting) sampai bagian belakang. Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan
tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk
jaringan bagian dalam. Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda harus dapat
merasakan tulang iga anda.

Langkah 5 :

Terakhir, rasakan payudara anda saat anda berdiri atau duduk. Atau saat anda
mandi karena bagi sebagian wanita, mereka merasa lebih mudah memijat saat kulit
payudara dalam keadaan basah dan licin. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti
dijelaskan dalam langkah 4.

2.4.3 Bagaimana Cara Melakukan SADARI


1. Semasa mandi
Angkat sebelah tangan. Dengan menggunakan satu jari, gerakkan secara mendatar
perlahan-lahan ke serata tempat bagi setiap payudara. Gunakan tangan kanan untuk
memeriksa payudara sebelah kiri dan tangan kiri untuk payudara kanan. Periksa dan
cari bila terdapat gumpalan / kebetulan keras, menebal dipayudara.
2. Berdiri di hadapan cermin
Dengan mengangkat kedua tangan keatas kepala, putar-putar tubuh perlahan-
lahan dari sisi kanan ke sisi kiri. Cekak pinggang anda, tekan turun perlahan-lahan ke
bawah untuk menegangkan otot dada dan menolak payudara anda kehadapan.
Perhatikan dengan teliti segala perubahan seperti besar, bentuk dan kontur setiap

6
payudara. Lihta pula jika terdapat kekauan, lekukan atau puting tersorot kedalam.
Dengan perlahan-lahan, picit kedua puting dan perhatikan jika terdapat cairan keluar.
Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih atau mengandung darah.

3. Berbaring
Untuk memeriksakan payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah bahu
kanan dan tangan kanan diletakkan dibelakang kepala. Tekan jari anda mendatar dan
bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula dari bagian pangkal
payudara. Selepas satu putaran, jari degerakkan 1 inci (2,5cm) kearah putting.
Lakukan putaran untuk memriksa setiap bagian payudara termasuk puting. Ulangi hal
yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan bantal dibawah bahu kiri
dan tangan kiri diletakkan dibelakang kepala. Coba rasakan sama ada terdapat
sebarang gumpalan dibawah dan dibawah dan disepanjang atas tulang selangka.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Faktor penentu atau determinan perilku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan hasil dari resultasi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu
aspek fisik, psikis, dan non fisik seperti manusia dan social ekonomi (Notoatmodjo,
2003). Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam
mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap (Notoatmodjo, 2002).

Menurut teori Lawrence Green (2005) dalam perilaku kesehatan, kesehatan


seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behavior cause) dan faktor diluar perilaku (non behavior cause). Selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :

7
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap


kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk
berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan SADARI diperlukan pengetahuan dan
kesadaran para wanita tersebut tentang manfaat SADARI baik bagi kesehatan wanita
itu sendiri atau anggota keluarga lainnya. Disamping itu, kadang-kadang
kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau
menghambat para wanita untuk melakukan SADARI. Faktor ini terutama yang positif
mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

2. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas


kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.
Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,
misalnya : perilaku pemeriksaan payudara sendiri, perempuan yang mau periksa tidak
hanya karena dia tahu dan sadar manfaat periksa saja, melainkan para perempuan
tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
kondisinya yang dialami baik sehat ataupun sakit. Misalnya : puskesmas, polindes,
bidan praktek atau rumah sakit. Fasilitas ini pada haikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor
pendukung, atau faktor pemungkin.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor-faktor ini menjadi faktor dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk
juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-
kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh
agama, para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), serta kemudahan memperoleh fasilitas untuk melakukan
pemeriksaan tersebut, juga dibutuhkan peraturan atau perundang-undangan yang
mengharuskan perempuan melakukan SADARI.

8
Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis 3
faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya juga diarahkan
terhadap 3 faktor tersebut. Pendekatan ini disebut model Precede, yaitu :
predisposing, reinforcing, and enabling couse in educational diagnosis and evaluation
(Notoatmodjo, 2003).

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker


payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh
setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya

2. Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita lebih
mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal.

3. SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun,
segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Satelah
menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan
sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut

3.2 Saran

1. Untuk masyarakat terutama wanita harus lebih meningkatkan pengetahuan


tentang SADARI agar dapat mendekteksi secara dini apabila terkena kanker
payudara.

2. Untuk Puskesmas, seharusnya di lingkungan Puskesmas diberi berupa pamflet


atau sejenisnya tentang SADARI untuk menambah wawasan. Sosialisasi kepada
kader tidak harus langsung, tetapi juga bisa melalui media seperti selebaran atau
pamflet tentang SADARI.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC

2. World Health Organization. 2012. The World Health Organization’s Fight Against
Cancer: Strategies That Prevent, Cure and Care. Available from:
http://www.who.int/cancer/modules [accesed: 24 Januari 2015].

3. World Health Organization. 2012. Breast Cancer Prevention and Control. Available
from: http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html [accesed: 24 Januari
2015].

4. Indrati, Rini. 2010. Faktor Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kanker
Payudara Wanita. Thesis Program Epidemiologi, Universitas Diponegoro, Semarang.

5. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Profil Kesehatan Jawa
Tengah. Semarang: BKKBN.

6. Green, L.W. and M.W. Kreuter. 2005. Health Program Planning: An Educational and
Ecological Approach. Fourth Edition. McGraw-Hill. New York. hlm. 10

7. Dalimartha, S. (2007). Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar
Swadaya.

8. Otto, S, 2005, Buku Saku Keperawatan Onkologi, Jakarta: EGC

9. Smeltzer, S, & Bare. (2008). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippin cott the hotline study. Bmj. 1997; 314: 174-7

11
12

Anda mungkin juga menyukai