Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SOSIOANTROPOLOGI KESEHATAN
(ANTROPOLOGI DAN GIZI)

OLEH
KELOMPOK 10

1. APRI LURIANTI GIRI


2. ELFRIDA DEMETRIANA BETE
3. FATMAH M. DJAWAS
4. JULIANA ELIZABETH LEDOH
5. MARIA DOMINICA A. Y. BANI
6. REZA PUTRI RAMADANI RUSDA
7. RIZKY J. BAKO
8. SARAH VENNI CANDRA KIRANA
9. SHAFIRA AURA RAMADHANI
10. TARI N. HUAN

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat dan
rahmatNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini juga diajukan sebagai
tugas untuk menunjang nilai mata kuliah Sosioantropologi Kesehatan.
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini dapat membantu calon tenaga
kesehatan masyarakat agar dapat lebih memahami Antropologi dan Gizi serta hubungan
antara keduanya. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 2
1.3 TUJUAN ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 PENGERTIAN ANTROPOLOGI GIZI ............................................................... 3
2.2 HUBUNGAN ANTROPOLOGI DAN GIZI ........................................................ 3
2.3 BUDAYA KONSUMSI GIZI MASYARAKAT.................................................. 4
2.4 PENGARUH BUDAYA TERHADAP STATUS GIZI ....................................... 5
2.5 PENTING MEMPELAJARI ANTROPOLOGI GIZI MASYARAKAT ............. 9
2.6 PEMBAHASAN ARTIKEL ................................................................................. 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 13
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan. Kesehatan terjadi di dalam
interaksi antara manusia yang berbudaya. Budaya meliputi segala sesuatu yang berada
di sekitar manusia baik secara individu maupun kelompok yang memiliki nilai-nilai atau
paham-paham yang berkembang disekitar kehidupan masyarakat. Jadi budaya memiliki
hubungan yang sangat penting bagi kesehatan masyarakat. Budaya di dalam kehidupan
masyarakat memiliki berbagai aspek di dalam menunjang kesehatan masyarakat. Sebab
bila budaya dalam masyarakat yang bersifat positif dalam hal kesehatan maka akan
sangat menunjang bagi keberhasilan dunia kesehatan dalam menangani permasalahan
gizi. Aspek sosial budaya tersebut menyangkut kebiasaan dan pola perilaku yang
cenderung diikuti para anggota masyarakat dan berbagai kepercayaan, nilai dan aturan
yang diciptakan lingkungan tersebut yang sulit dirubah.
Hubungan antara sosial budaya dan persoalan gizi yaitu sebab akibat yang timbal
balik sangat erat. Hubungan antara gizi dan sosial budaya merupakan kaitan manusia,
budaya, gizi dan kesehatan masyarakat yaitu kaitan antara budaya suatu masyarakat
dengan kesehatan masyarakat itu sendiri yang dapat menyebabkan masalah kekurangan
gizi. Meliputi budaya makan, prioritas makan, pola konsumsi dan distribusi,
kepercayaan, mitos, dan tahayul. Di dalam kehidupan suatu masyarakat terdapat
kebudayaan masing-masing, termasuk kebudayaan makan dengan cara makan, cara
memasak atau mengolah makanan dan ciri makanannya. Pada umumnya masyarakat
memiliki ciri khas sendiri yang sesuai dengan kondisi lingkungan sosial maupun
lingkungan fisik, dan kebutuhan akan makanan ini terpenuhi oleh menu makanan sehari-
hari yang biasa dimakan. Hal tersebut menyangkut pada pola konsumsi masyarakat yang
mempengaruhi kebiasaan makan, selera, kegemaran, citarasa, kenikmatan dan daya
terima akan suatu makanan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antropologi gizi?
2. Bagaimana hubungan antara antropologi dan gizi?
3. Bagaimana budaya konsumsi dalam gizi masyarakat?
4. Bagaimana pengaruh budaya terhadap status gizi?
5. Apa tujuan mempelajari antropologi gizi masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian antropologi gizi
2. Untuk memahami hubungan antropologi dan gizi
3. Untuk memahami budaya konsumsi dalam gizi masyarakat
4. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap status gizi
5. Untuk mengetahui arti penting mempelajari antropologi gizi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antropologi Gizi


Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia
dan juga budayanya. Menurut Koentjaraningrat 1981 antropologi berarti “ilmu tentang
manusia.”
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy.
Antropologi Gizi Masyarakat adalah suatu ilmu yang mempelajari faktor-faktor
Antropologi yang dapat mempengaruhi gizi masyarakat atau suatu Ilmu yang
mempelajari budaya - budaya makan/konsumsi suatu etnis tertentu dalam memenuhi
gizinya.
Tingginya angka gizi buruk, kelaparan, produksi pangan lebih sedikit dari jumlah
manusia, serta sulitnya membagi waktu makan pada masyarakat perkotaan dan tingkat
gizi masyarakat pedesaan masih jauh dari seharusnya. Untuk mengatasi masalah yang
terjadi saat ini diperlukannya suatu Antropolgi Gizi dalam mempelajari hal-hal yang
menjadi penyebab dalam masalah gizi masyarakat.

2.2 Hubungan Antropologi dan Gizi


Hubungan antropologi dengan gizi ini sangat erat. Seseorang atau suatu kelompok
masyarakat mengalami gizi buruk atau kekurangan gizi bukan hanya karena masalah
ekonomi, akan tetapi bisa juga diakibatkan oleh kepercayaan atau budaya seseorang.
Banyak sekali terdapat suatu kelompok masyarakat yang mengalami gizi buruk
dikarenakan mereka percaya kepada kepercayaan atau kebudayaan mereka. Terkadang
mereka mengalami gizi buruk padahal ekonomi mereka mencukupi. Ini karena mereka
tidak mau memakan makanan yang seharusnya mereka makan karena mereka percaya
kepada kebudayaan dan kepercayaan mereka, padahal makanan tersebut mengandung
banyak zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Hal ini menyebabkan banyaknya suatu

3
kelompok masyarakat yang kekurangan gizi, padahal dalam kelompok masyarakat itu
terdapat cukup banyak makanan yang mengandung gizi.
Terkadang, kecil sekali kemungkinan kita dapat memperbaiki gizi disuatu daerah,
jika apa yang kita sarankan itu bertentangan dengan kebudayaan mereka. Mempelajari
ilmu antropologi, kita akan mengetahui bagaimana menangani masalah kesehatan atau
kekurangan gizi suatu masyarakat serta dengan ilmu ini kita dapat meyakinkan
masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan betapa pentingnya makanan yang
mengandung gizi untuk tubuh. Kita juga dapat menyarankan kepada masyarakat untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak gizi yang tidak bertentangan
dengan kebudayaan mereka. Memang kita akan kesulitan untuk merubah perilaku
seseorang yang diakibatkan oleh budaya, hal itu akan memakan atau membutuhkan
proses yang lama dan panjang.

2.3 Budaya Konsumsi Gizi Masyarakat


Dalam hal budaya, konsumsi yang terjadi pada masyarakat pada saat ini, terdapat
beberapa hal menarik yang perlu untuk di cermati. Contohnya, timbulnya suatu trend
dalam masyarakat yang mengatakan "Kalau tidak makan nasi bukan makan namanya".
Padahal makanan lainnya seperti singkong, sagu, kacang-kacangan dan lain-lain, bisa
di jadikan sebagai sumber makanan utama karena mengandung karbohidrat yang
sangat baik untuk tubuh .
Selain ekonomi, pendidikan menjadi suatu masalah utama dalam pemenuhan gizi
masyarakat. Seperti rendahnya pengetahuan pada masyarakat desa tentang apa-apa saja
makanan yang perlu dikonsumsi dalam pemenuhan gizi mereka. Sehingga prinsip
makan "asal kenyang" tapi tidak memenuhi kebutuhan gizi selalu menjadi kebiasaan
masyarakat di desa.
Tingkat kesibukan kerja yang begitu padat juga mempengaruhi kebudayaan makan
masyarakat perkotaan. Dalam hal ini menimbulkan budaya waktu makan tak menentu
dan meningkatnya kebiasaan makan di pinggir jalan. Padahal belum tentu makanan-
makanan tersebut baik bagi tubuh. Makanan berpengawet sepertinya sudah menjadi
makanan sehari-hari masyarakat perkotaan saat ini.

4
2.4 Pengaruh Budaya Terhadap Status Gizi
Indonesia memiliki bermacam-macam budaya di dalamnya dari sabang sampai
merauke, dengan suku dan tata kehidupan sosial yang berbeda pula, hal ini telah
memberikan struktur sosial yang memenuhi menu makan maupun pola makan,
kecenderungan muncul dari suatu budaya terhadap makanan sangat bergantung pada
potensi alamnya atau faktor pertanian yang dominan. Sesungguhnya, kebudayaan itu
terjadi karena adanya perilaku atau kebiasaan masyarakat dalam suatu tempat,
kemudian kebiasaan ini berkembang dari zaman ke zaman yang akan menurun pada
keturunan mereka, kadang masyarakat itu menganggap ada kekuatan lebih besar selain
dari manusia, yakni tuhan.
Pengaruh budaya terhadap gizi ada pengaruh yang negatif dan ada pengaruh yang
positif, dampak negatifnya munculnya masalah kekurangan gizi di masyarakat sekitar
karena masyarakat sulit meninggalkan kebiasaan-kebiasaan mereka, mereka lebih
percaya pada hal-hal yang dianggap tabu dalam budaya mereka sehingga apa yang
sebenarnya tubuh butuhkan tidak terpenuhi sehingga banyak menimbulkan penyakit.
Beberapa contoh pengaruh budaya terhadap gizi :
1. Mitos Ibu hamil di Indonesia yang mempengaruhi status gizi
a. Mengonsumsi daun kelor menyebabkan proses kelahiran sakit
Tabu makanan atau mitos ini berasal dari daerah Polewali Mandar, Sulawesi
Barat. Bagi ibu hamil dilarang makan daun kelor, jika makan dapat
menyebabkan proses kelahiran sakit
Fakta: Ketika melahirkan memang normal jika merasa sakit. Rasa sakit itu
disebabkan oleh kontraksi rahim dan peregangan mulut rahim, peregangan
dasar panggul, dan pelepasan plasenta. Jadi tidak ada kaitan antara makan
daun kelor dengan nyeri saat melahirkan. Mitos tersebut justru merugikan
ibu hamil. Sebab daun kelor merupakan salah satu sayuran yang kaya
kandungan gizi. Kandungan vitamin A daun kelor setara 4 kali kandungan
vitamin A pada wortel, 7 kali kandungan vitamin C pada jeruk, 4 kali
kandungan mineral calcium dari susu, dan 9 kali kandungan protein dari
yoghurt.

5
b. Ibu hamil tidak boleh makan pisang, nanas, dan mentimun
Mitos ini dipercaya oleh sebagian masyarakat di Jawa karena bias
mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa nanas bisa
menyebabkan keguguran
Fakta: Konsumsi pisang, nanas, dan mentimun justru disarankan karena
kaya akan vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Adapun
keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun melahirkan,
adalah normal jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan
tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai
dengan keluhan gatal, bau tidak sedap, dan warnanya kekuningan,
kehijauan, atau kecoklatan.
c. Mengonsumsi ikan laut, ikan asin, udang dan kepiting menyebabkan ASI
menjadi asin
Di masyarakat Betawi, berlaku pantangan makan ikan laut, ikan asin, udang
dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
Fakta: Padahal, protein yang terkandung dalam ikan laut, ikan asin, udang
dan kepiting dapat meningkatkan kecerdasan otak si anak.
d. Minum air es akan menyebabkan bayi besar
Sering minum es saat hamil menyebabkan bayi besar dan akan sulit lahir
Fakta: Bayi besar biasanya berhubungan dengan ibu hamil yang mempunyai
penyakit kencing manis. Jadi mungkin es ini diminum oleh ibu hamil yang
memang dengan riwayat penyakit kencing manis. Jadi bukan minum es lalu
menyebabkan bayi besar karena air es akan dikeluarkan oleh tubuh sebagai
keringat atau air seni.
e. Makanan pedas akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit
kemerahan atau berkulit lebih gelap.
Makan makanan pedas saat hamil akan menyebabkan bayi lahir dengan
bercak kulit kemerahan atau bayi akan berkulit lebih gelap/hitam.
Fakta: Warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh makanan pedas, tapi
faktor genetik dari orang tuanya. Dan faktanya bahwa makan makanan

6
pedas saat hamil, membuat rasa tak enak di perut apalagi bila anda sedang
mual, jadi bukan karena menyebabkan bercak kemerahan pada kulit.
f. Jeruk akan meningkatkan lendir pada bayi dan resiko kuning pada bayi baru
lahir.
Jangan makan jeruk terlalu sering akan meningkatkan lendir pada paru bayi
dan resiko kuning saat bayi lahir.
Fakta: Jeruk adalah sumber vitamin C dan serat yang baik.
g. Minum air kelapa dapat mempercepat persalinan dan menyuburkan rambut
bayi
Fakta: Belum ada penelitan yang membuktikan mitos ini karena lancarnya
persalinan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun air kelapa muda
memang berkhasiat untuk menjadikan air ketuban putih dan bersih.
Sementara itu minum air kelapa muda atau hijau tidak berkaitan dengan
rambut bayi. Lebat tidaknya rambut bayi tidak ditentukan oleh minuman
ataupun makanan tertentu yang dikonsumsi Ibu selama hamil, melainkan
karena faktor keturunan. Banyak lagi mitos kehamilan lainnya yang terdapat
dalam masyarakat kita. Ketika anda sedang hamil dan mendapatkan berbagai
nasihat atau pantangan, ingatlah untuk selalu mendapatkan fakta dan
kebenaran secara medis atau ilmiahnya. Anda dapat bertanya kepada dokter
anda untuk memastikannya sebelum anda hanya sekedar mengikutinya.

2. Budaya minum teh di Indonesia


Tradisi minum teh telah menjadi kebudayaan besar dalam sejarah manusia.
Tercatat dalam beberapa kebudayaan, minum teh menjadi tradisi yang
membutuhkan keterampilan tersendiri untuk menyajikannya, bahkan dibuatkan
upacara segala untuk menikmatiny. Di Indonesia, teh pertama kali dikenal pada
tahun 1686, yaitu ketika Dr. Andreas Cleyer yang berkebangsaan Belanda
membawa tanaman ini ke Indonesia sebagai tanaman hias. Pada tahun 1728
pemerintah Belanda mulai membudidayakan tanaman ini (terutama di pulau
Jawa) dengan mendatangkan biji-biji teh dari China. Semenjak itu dimulailah
kebiasaan untuk minum teh.

7
Teh menjadi sedemikian berakar dalam kehidupan masyarakat indonesia,
bahkan rakyat jawa mempunyai filsafat teh. Teh, adalah salah satu minuman
yang tidak asing di Indonesia. Minuman ini bisa didapatkan di hampir seluruh
wilayah Indonesia. Seperti di kota Jogja. Setiap malam, terutama sepanjang
jalan Malioboro, akan terlihat banyak sekali tempat-tempat minum teh yang
biasa disebut “angkringan“. Masyarakat dari berbagai kalangan dan status
sosial seperti pengemudi becak, pedagang asongan, seniman dan
pelajar/mahasiswa, tak segan-segan berkumpul dan mengobrol dengan
santainya di tempat ini.
Demikian juga mengenai kebiasaan minum teh di tataran Sunda. Dahulu,
mereka meminum teh memakai mangkok dari batok kelapa dan tatakan dari
bambu sambil menghangatkan badan di dekat perapian. Kebiasaan ini biasa
disebut sebagai “nganyeut”. Sedangkan di wilayah Jawa Timur khususnya
Surabaya, walaupun di daerah Lawang-Wonoasri Jatim terdapat berhektar-
hektar kebun teh, minuman ini masih dianggap sesuatu yang mewah untuk
menyuguhi tamu. Dan sampai saat ini, jika teh disajikan tanpa gula adalah
minuman aneh, tidak mengherankan jika teh hijau kemasan yang non sugar di
supermarket- supermarket di Surabaya selalu rapi tak tersentuh.

Pengaruh teh terhadap asupan gizi


Kekuragan asupan gizi merupakan penyebab terjadinya anemia, selain itu
ada faktor lain yaitu gangguan penyerapan zat besi yang berasal dar kebiasaan
minum teh. Berdasarkan penelitian Bersal dkk (2007), bahwa 49% responder
memiliki kebiasaan minum teh tiap hari sehingga beresiko menderita anemia.
Tanin yang dapat didalam teh merupakan penghambat penyerapan zat besi.
Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh kombinasi makanan yang diserap
pada waktu makan makanan tertentu, terutama teh kental yang akan
menimbulkan pengaruh penghambat yang nyata pada penyerapan zat besi.
Senyawa tanin dari teh yang berlebihan dalam darah akan mengganggu
penyerapan zat besi. Tubuh kekurangan zat besi maka pembentukan butir darah
merah (hemoglobin) berkurang sehingga mengakibatkan anemia. Pengaruh

8
penghambatan tanin dapat dihindari dengan tidak minum teh setelah selesai
makan agar tidak mengganggu penyerapan zat besi. Menurut data Head of
Researche Brand Research teh merupakan salah satu minuman yang paling
popuker di dunia. Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar keenam
di dunia dengan tingkat konsumsi teh orang Indonesia mencapai 0.8
kg/kapita/tahun (Machmud, 2006).

2.5 Penting Mempelajari Antropologi Gizi Masyarakat


Sebelum hubungan antropologi dalam gizi masyarakat terbentuk keduanya adalah
cabangan ilmu yan sangat berbeda. Antropologi yaitu ilmu yang mempelajari hasil
karya, cipta dan rasa manusia berdasarkan pada karsa dan ciri-ciri fisik manusia
(Prof.Dr.Soerjono Soekarto). Sedangkan pengertian gizi adalah komponen kimia dalam
makanan yang telah digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi dan dapat membantu
pertumbuhan, perbaikan, dan membantu perawatan sel-sel tubuh (Joyce james, Colin
Baker, Helen Swain). Maka dapat digabungkan bahwa Antropologi Gizi Masyarakat
adalah suatu ilmu yang mempelajari faktor-faktor antropologi yang dapat
mempengaruhi gizi masyarakat atau suatu ilmu yang mempelajari budaya-budaya
makan atau konsumsi suatu etnis tertentu dalam memenuhi gizinya. Setelah mengetahui
hubungan antara antropologi dengan gizi, maka kita sebagai penyuluh
kesehatan penting sekali bagi kita untuk mempelajari antropologi atau kebudayaan
penduduk setempat yang akan diberi penyuluhan. Dengan mempelajari antropologi
akan memudahkan kita untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena kalau kita
sebelum memberikan penyuluhan kita mempelajari kepercayaan-kepercayaan atau
kebudayaan penduduk setempat akan memudahkan kita untuk memberikan penyuluhan
karena kita sudah mengetahui seluk beluk masyarakat tersebut. Dengan ilmu
antropologi kita akan mengetahui bagaimana menangani masalah kesehatan atau
kekurangan gizi suatu masyarakat. Dengan ilmu ini kita dapat meyakinkan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan ini dan betapa pentingnya makanan yang mengandung
gizi untuk tubuh kita, ataupun kita bisa memberikan alternatif lain yaitu dengan cara
kita memberikan penyuluhan dengan cara menyarankan kepada masyarakat untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak gizi yang tidak bertentangan

9
dengan kebudayaan mereka. Agar apa yang kita usahakan tidak sia-sia karena tidak
mungkin atau kecil sekali kemungkinan kita dapat memperbaiki gizi suatu daerah kalau
apa yang kita sarankan itu bertentangan dengan kebudayaan mereka. Akan sulit sekali
kita merubah perilaku seseorang yang diakibatkan oleh budaya, hal itu akan memakan
atau membutuhkan proses yang lama dan panjang.

2.6 Pembahasan Artikel

10
Pada artikel di atas, di jelaskan mengenai hubungan sarapan dan status gizi pada
anak SD. Pada pembahasan isi artikel, sarapan sangat penting bagi tubuh karena
sarapan dapat menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi harian sebagai
pemenuhan gizi seimbang serta dapat mempengaruhi daya pikir dan aktivitas anak
dalam masa petumbuhan. Sarapan pagi anak sekolah sangatlah penting kerena dapat
meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina. Sarapan pagi juga untuk mencegah
hipoglikemia, menstabilkan kadar glukosa darah dan mencegah dehidrasi setelah
berpuasa sepanjang malam.
Anak-anak sekolah di Semau masih banyak yang kekurangan gizi disebabkan oleh
kurangnya mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang. Melewatkan

11
sarapan pagi akan mempengaruhi keterlambatan asupan glukosa ke dalam sel darah,
sehingga menyebabkan kekurangan energi dan berkurangnya daya konsentrasi anak
kerena rasa malas, lesu, lemas, pusing dan mengantuk. Hal ini dapat mengakibatkan
daya tangkapnya berkurang, penurunan konsentrasi belajar, pertumbuhan fisik dan
mental yang tidak optimal.
Kurangnya gizi pada anak sekolah dikarenakan asupan gizinya tidak seimbang. Hal
itu dikarenakan pendidikan ibu dari anak sekolah tersebut yang rendah sehingga
kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang, selain itu juga diakibatkan karena faktor
ekonomi keluarga yang membuat si ibu sulit mendapatkan makanan bergizi yang
bervariasi. Kebanyakan orang tua dari anak sekolah tersebut adalah nelayan dan petani,
sehingga makanan yang dikonsumsi setiap sarapan hanyalah ikan goreng dan nasi
sehingga belum memenuhi gizi seimbang.

BAB III
PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan
Antropologi Gizi Masyarakat adalah Suatu ilmu yang mempelajari faktor-faktor
Antropologi yang dapat mempengaruhi gizi masyarakat atau suatu Ilmu yang
mempelajari budaya-budaya makan/konsumsi suatu etnis tertentu dalam memenuhi
gizinya.
Hubungan antropologi dengan gizi ini sangat erat. Seseorang atau suatu kelompok
masyarakat mengalami gizi buruk atau kekurangan gizi bukan hanya karena masalah
ekonomi, akan tetapi bisa juga diakibatkan oleh kepercayaan atau budaya seseorang.
Budaya seorang tersebut dapat mempengaruhi gizi mereka, karena kepercayaan-
kepercayaan yang mereka anut membuat mereka salah kiprah tentang makanan yang
mereka konsumsi padahal makanan tersebut banyak mengandung gizi yang baik untuk
tubuh.
Dengan ilmu antropologi kita akan mengetahui bagaimana menangani masalah
kesehatan atau kekurangan gizi suatu masyarakat. Dengan ilmu ini kita dapat
meyakinkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan betapa pentingnya
makanan yang mengandung gizi untuk tubuh kita, ataupun kita bisa memberikan
alternatif lain yaitu dengan cara kita memberikan penyuluhan dengan cara
menyarankan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
banyak gizi yang tidak bertentangan dengan kebudayaan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

13
http://muh-haris.blogspot.com/2016/11/makalah-tentang-antropologi-gizi.html
https://www.academia.edu/36071349/Nama_Mata_Kuliah_Sosiologi_Antropologi_Gizi
Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anderson, Foster. (2006). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.
FKM UI. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
http://kesmas-fkm.blogspot.com/2012/11/antropologi-gizi-masyarakat.html?m=1
https://media.neliti.com/media/publications/223570-hubungan-sarapan-dan-sosial-
budaya-denga.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai