Orang kedua yang menderita dan mati bagi gereja adalah Stefanus, yang namanya berarti "mahkota". Kisah pelayanan Stefanus di dalam Alkitab dimulai dari Kisah Para Rasul pasal 6 ayat 5, di mana ada sebuah kebutuhan terhadap pelayanan Tuhan. Pada saat itu, pelayanan sedang berkembang dan hal ini membuat para rasul menjadi “kewalahan.” Untuk mengatasi hal ini, maka dipilih tujuh orang diaken untuk membantu pelayanan mereka. Di dalam melayani Tuhan, Stefanus mendapat tantangan dari orang-orang Yahudi yang disebut dengan jemaat Libertini. Mereka melakukan perdebatan dengan Stefanus. Hingga akhirnya, mereka menuduh bahwa Stefanus mengatakan kata-kata yang menghujat Musa dan Allah (6:11). Hal ini yang membuat Stefanus diseret ke hadapan Mahkamah Agama. Di sana, Stefanus melakukan pembelaan. Namun, pembelaan yang dilakukan oleh Stefanus sangat menusuk hati dari anggota Mahkamah Agama yang hadir pada waktu itu. Oleh karena itu, tidak heran jika mereka menanggapi pembelaan diri Stefanus dengan kertakan gigi. Di dalam kesempatan itu, Stefanus tidak berhenti menyampaikan kebenaran firman Tuhan (7:55-56). Hal ini membuat anggota Mahkamah Agama menyerbu dan menyeret Stefanus ke luar kota untuk dilempari dengan batu hingga meninggal. Di dalam kondisi yang seperti ini, Stefanus tidak putus harap kepada Tuhan. Hingga titik terakhir hidupnya, ia tetap berharap pada Tuhan. Mati itulah harga yang harus dibayar oleh Stefanus di dalam mengikut dan melayani Tuhan Serta bentuk pengabdiannya.
PESAN FIRMAN TUHAN
Dari cerita ini kita tidak mendapati bahwa Stefanus menyesal dalam mengikut Tuhan tapi dia tetap berpengharapan dalam semua persoalan yang dihadapi. Pengabdian stefanus untuk Tuhan dan kebenaranya membawa dia harus mati dengan tragis tapi dia pulang dengan keyakinan diterima oleh Tuhan. Meski waktu itu seolah-olah dia tak ditolong menghadapi para imam, dia tak ragu/kecewa sedikitpun terhadap Tuhan dan tetap mau mengabdi bagi Tuhan. Pengabdiannya membawa dampak besar, kematian stefanus merupakan titik awal dari perkembangan pelayanan pemberitaan injil. Semangat Stefanus diteruskan oleh Paulus, yang pada saat itu masih bernama Saulus dan menyetujui pembunuhan Stefanus, untuk memberitakan Injil bagi Kristus. Pengorbanan Stefanus tidak membuat pekerjaan pemberitaan Injil menjadi padam melainkan sebaliknya, semakin merambat dan meluas. Realisasikan dengan kehidupan anak-anak dan bentuk pengabdian mereka untuk umur mereka sekarang (pengabdian bagi ortu, bertanggung jawab di sekolah, doa, baca alkitab) Pengabdian kita dimulai dengan belajar melakukan kesukaan Tuhan (jelaskan apa itu) AYAT HAFALAN: 1 Korintus 15:58 1 KORINTUS 15:58 “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”