Anda di halaman 1dari 98

BUKU 1 : ANALISIS DATA PADA BIDANG KESEHATAN

PENULIS: Dr. Drs. Sutanto Priyo Hastono,M.Kes

A. Uji validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Salah satu masalah dalam suatu penelitian adalah bagaimana data yang
diperoleh adalah akurat dan objek. Hal ini sangat penting dalam penelitian karena
kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya atau (akurat). Data yang kita
kumpilkan tidak akan berguna bilamana alat pengukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang
tinggi.

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Misalnya bila seseorang akan
mengukur cincin, maka dia harus menggunakan timbangan emas. Dilain pihak bila
seseorang ingin menimbang berat badan, maka dia harus menggunakan timbangan
berat badan. Jadi dapat disimpulkan bahwa timbangan emas valid untuk mengukur
berat cincin, tapi timbangan berat emas tidak valid untuk menimbang berat badan.

Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuesioner)


dilakukan dengan cara melakukan dengan cara melakukan kolerasi antar skor
masing-masingvariabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan)
dikatakan valid bisa skor variabel tersebut berkolerasi secara signifikan dengan skor
totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan kolerasi Pearson Product Moment :


Keputusan uji:

Bila r hitung lebih besar dari r tabel artinya variabel valid

Bila r hitung lebih kecil atau sama dengan r tabel artinya variabel tidak valid

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauhmana hasil


pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama. Misalkan seseorang ingin
mengukur jarak dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan dua jenis alat
ukur. Alat ukur pertama dengan meteran yang dibuat dari loga, sedangkan alat ukur
kedua dengan menghitung langkah kaki. Pengukuran dengan meteran logam akan
mendapatkan hasil yang sama kalau pengukurannya diulang dua kali atau lebih.
Sebaliknya pengukuran yang dilakukan dengan kaki, besar kemungkinan akan
didapatkan hasil yang berbeda kalau pengukurannya diulang dua kali atau lebih.
Dari ilustrasi ini berarti meteran logam lebih reliabel dibandingkan langkah kaki
untuk mengukur jarak.

Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan


adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jadi jika misalnya responden
menjawab “tidak setuju” terhadap perilaku merokok dapat mempertinggi
kepercayaan diri, maka jika beberapa waktu kemudian ia ditanya lagi untuk hal
yang sama, maka seharusnya tetap konsisten pada jawaban semula yaitu tidak
setuju.

Pengukuran reliabilitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara:

a. Repeated Measure atau ukur ulang. Pertanyaan ditanyakan pada


responden berulang pada waktu yang berbeda (misal sebulan
kemudian), dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan
jawabannya.
b. One Shot atau diukur sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pada
umumnya pengukuran dilakukan dengan One Shot dengan beberapa
pertanyaan.

Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jadi


jika pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan-
pertanyaan yang sudah valid kemudian baru secara bersama-sama diukur
reliabilitasnya.

Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji


Crombach Alpha.

Keputusan uji:

 Bila Crombach Alpha ≥ 0,6 artinya variabel reliabel.


 Bila Crombach Alpha < 0,6 artinya variabel tidak reliabel.
KASUS

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

Lakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner untuk mengetahui tingkat


stres pekerja industri. Untuk mengukur stres digunakan 5 pertanyaan. Uji coba
dilakukan pada 15 responden dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah Anda sering terpaksa bekerja lembur?


a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Perlu
e. Sangat perlu
2. Menurut Anda, apakah dalam hidup ini perlu bersaing?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Perlu
e. Sangat perlu
3. Apakah Anda mudah marah?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Perlu
e. Sangat perlu
4. Apakah Anda sering terjadi konflik dengan keluarga?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Perlu
e. Sangat perlu
5. Apakah Anda sering terjadi konflik dengan teman kerja?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Perlu
e. Sangat perlu

Hasil pretest pada 15 responden, sebagai berikut:

NO P1 P2 P3 P4 P5
1 4 3 4 4 4
2 1 1 1 1 1
3 1 2 1 1 1
4 4 4 3 4 4
5 2 4 2 2 2
6 3 3 3 3 3
7 4 1 4 4 4
8 1 1 1 1 1
9 3 3 3 3 3
10 2 3 2 2 2
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 2
13 4 2 4 3 4
14 3 1 3 3 3
15 2 3 2 2 2
Ujilah kelima pertanyaan di atas apakah sudah valid dan reliabel

Penyelesaian:

Langkahnya:

a. Masukkan data tersebut ke SPSS.


b. Klik ‘Analyze’.
c. Pilih ‘Scale’.
d. Pilih ‘Reliability Analysis’.
e. Masukkan semua variabel ke dalam kontak ‘Items’ (ingat variabel yang
masuk hanya variabel yang akan diuji saja, yaitu P1, P2, P3, P4, dan P5)
bentuknya sebagai berikut:
f. Pada ‘Model’, biarkan pilihan pada ‘Alpha’.
g. Klik Option ‘Statistics’.
h. Pada bagian ‘Descriptives for’ klik pilihan ‘item’, Scale if Item deleted.
i. Klik ‘Continue’.
j. Klik ‘OK’., terlihat hasil outputnya sebagai berikut:

Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.928 5

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Sering terpaksa lembur 2.47 1.187 15
Bersaing dalam hidup 2.27 1.100 15
Mudah marah 2.40 1.121 15
Konflik keluarga 2.40 1.121 15
Konflik dengan teman 2.47 1.187 15

Item-Total Statistics
Scale Scale Cronbach's
Mean Variance Corrected Alpha if
if Item if Item Item-Total Item
deleted Deleted Correlation Deleted
Sering terpaksa
lembur 9.53 15.124 .963 .881
Bersaing dalam
hidup 9.73 20.924 .328 .993
Mudah marah 9.60 15.971 .915 .892
Konflik keluarga 9.60 15.686 .955 .884
Konflik dengan
teman 9.53 15.124 .963 .881
Interpretasi:
Hasil analisis reliability memperlihatkan dua bagian. Bagian utama
menunjukkan hasil statistik deskriptif masing-masing variabel dalam
bentuk mean, varian dan lain-lain. Pada bagian kedua memperlihatkan
hasil dari proses validitas dan reliabilitas. Kaidah yang berlaku bahwa
pengujian dimulai dengan menguji validitas kuesioner baru dilanjutkan
uji reliabilitas.
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas kuesioner dilakukan dengan
membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung.
*) Menentukan nilai r tabel
Nilai r tabel dilihat dengan tabel r (pada lampiran) dengan
menggunakan df=n-2 15-2=13. Pada tingkat kemaknaan 5%,
didapat angka r tabel = 0,514.
**) Menentukan nilai r hasil perhitungan
Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom “Corrected item-Total
Correlation”.
***) Keputusan
Masing-masing pertanyaan/variabel dibandingkan nila r hasil
dengan nilai r tabel, ketentuan: bila r hasil > r tabel, maka
pertanyaan tersebut valid.
Kesimpulan:
Terlihat dari 5 pertanyaan, ada satu pertanyaan yaitu P2 (r=0,3275)
yang nilainya lebih rendah dari r tabel (r=0,514). Sehingga
pertanyaan P2 tidak valid, sedangkan untuk pertanyaan P1, P3, P4
dan P5 dinyatakan valid.
Langkah selanjutnya melakukan analisis lagi dengan mengeluarkan
pertanyaan yang tidak valid. Lakukan prosedur/langkah seperti di
atas yaitu:
a) Klik ‘Analyze’
b) Pilih ‘Scale’
c) Pilih ‘Reliability Analysis’
d) Keluarkan variabel P2 dan pastikan keempat variabel yang lain tetap
berada di dalam kotak ‘Items’ (variabel P2 dikeluarkan dari kotak
dikembalikan ke kotak kiri).
e) Klik “OK” kemudian muncul tampilan Output sebagai berikut:

Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.993 4

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Sering terpaksa
lembur 2.47 1.187 15
Mudah marah 2.40 1.121 15
Konflik keluarga 2.40 1.121 15
Konflik dengan teman 2.47 1.187 15

Item-Total Statistics
Scale Scale Cronbach's
Mean Variance Corrected Alpha if
if Item if Item Item-Total Item
deleted Deleted Correlation Deleted
Sering terpaksa
lembur 7.27 11.497 .996 .988
Mudah marah 7.33 12.095 .971 .994
Konflik keluarga 7.33 12.095 .971 .994
Konflik dengan
teman 7.27 11.495 .996 .988

Interpretasi:

Sekarang terlihat bahwa dari keempat pertanyaan, semua


mempunyai nilai r hasil (Corrected item-Total Correlation) berada
di atas nilai r tabel (r=0,514), sehingga dapat disimpulkan keempat
pertanyaan tersebut valid.
b. Uji Reliabilitas
Setelah semua pertanyaan valid, semua analisis dilanjutkan dengan
uji reliabilitas. Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah;
membandingkan nilai Crombach Alpha dengan nilai standar yaitu
0,6. Ketentuannya: bila Crombach Alpha ≥0,6, maka pertanyaan
tersebut reliabel.
Dari hasil uji di atas ternyata nilai r Alpha (0,9935) lebih besar
dibandingkan dengan nilai 0,6, maka keempat pertanyaan di atas
dinyatakan reliabel.

B. Uji Interrater Reliability

Dalam melakukan penelitian dengan metode observasi seringkali antara


peneliti dan numertor (pengumpul data) terjadi perbedaan presepsi terhadap
kejadian yang diamati. Agar data yang dihasilkannya valid, maka harus ada
penyamaanpresepsi antar peneliti dengan petugas pengumpul data (numerator). Uji
interrater reliability merupakan jenis uji yang digunakan untuk menyamakan
presepsi antara peneliti dengan tugas pengumpul data. Alat yang digunakan untuk
uji alat interrater adalah uji statistik Kappa.

Prinsip ujinya: bila hasil uji Kappa signifikan/bermakana maka presepsi


antara peneliti dengan numerator sama, sebaliknya bila hasil uji Kappa tidak
signifikan/bermakna, maka presepsi antara peneliti dengan numerator terjadi
perbedaan.

Contoh:

Suatu penelitian praktek keperawatan keluarga terdapat instrumen yang berbentuk


observasi terhadap perilaku perawat merawat pasien. Pertanyaannya:

Apakah dalam melakukan komunikasi dengan pasien bersifat ramah?

1. Ya 2. Tidak
Kemudian dilakukan uji coba dengan pengamatan sebanyak 10 pasien, adapun
hasilnya sebagai berikut:

No pasien peneliti Numerator


1 1 2
2 2 2
3 1 1
4 2 1
5 1 1
6 2 2
7 1 1
8 2 2
9 2 2
10 2 2

Ujilah apakah ada kesepakatan antara peneliti dengan numerator:

Langkah:

1. Data di entry di SPSS


2. Klik analysis, sorot Descriptif, sorot dan klik Crostab
3. Masukka variabel ‘peneliti’ ke bagian Row dan masukkan variabel
‘numerator’ ke bagian kolom.
4. Klik tombol Statistic, klik Kappa
5. Klik Continue
6. Klik OK, dan hasilnya.
Item-Total Statistic

value Asymp. Approx. Approx.


Std.Errorᵃ Tᵇ Sig.
Measure of Agreement 583 262 1.845 .065
Kappa 10
N of Valid Cases
a. Not assuming the mull hypotesis
b. Using the asympototic standard error assuming the mull hypotesis

Hasil uji didapatkan nilai koefisien Kappa sebesar 0.583 dan p


valuenya sebesar 0,583 dan p valuenya sebesar 0,065. Dengan hasil ini
berarti p value > alpha berarti hasil uji Kappa tidak signifikan/bermakna,
sehingga kesimpulannya: ada perbedaan prespsi mengenai aspek yang
diamati antara peneliti dengan numerator.

LATIHAN: Uji Instrumen

a. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


Lakukan uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan variabel kepuasan
pekerja:
1. Saya mendapatkan kesempatan menggunakan keterampilan saya dalam
melaksankan tugas
a. Selalu
b. b. Sering
c. c. Kadang-kadang
d. jarang
e. tidak puas
2. saya memperoleh kesempatan untuk melakukan tugas tugas yang
beragam
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. tidak puas
3. saya menerima saran-saran dari teman sewaktu menghadapi persoalan
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak puas
4. atasan saya mendorong saya untuk lebih berprestasi
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak puas
5. suhu udara di tempat kerja saya terasa:
a. sangat sejuk
b. cukup sejuk
c. kadang-kadang
d. tidak sejuk
e. sangat tidak sejuk
Dari hasil pre test sebagai berikut:

No Puas 1 Puas 2 Puas 3 Puas 4 Puas 5


1 1 1 2 1 4
2 2 2 2 2 5
3 4 3 3 3 4
4 2 2 3 4 4
5 1 1 1 2 5
6 1 1 1 2 5
7 3 3 3 3 5
8 2 2 2 2 4
9 1 1 1 1 1
10 1 1 2 2 2
11 2 2 2 2 2
12 1 1 3 3 2
13 1 2 2 2 2
14 1 1 2 2 2
15 1 1 1 1 3
16 3 3 3 3 3
17 4 4 4 4 3
18 5 5 5 5 3
19 4 4 4 4 4
20 3 3 3 3 3

b. Uji Interrater Reliability Observasi


Lakukan uji interrater (penyamaan presepsi) antara peneliti dengan
numerator. Data yang diamati adalah:
Apakah perawat melakukan perilaku yang efektif saat berinteraksi dengan
pasien?
1. Ya 2. Tidak
Untuk menyamakan presepsi, kemudian dilakukan pre test pengamatan
pada 15 pasien, hasilmya:

No Peneliti Numerator
1 1 1
2 2 2
3 1 2
4 1 1
5 1 1
6 2 2
7 2 2
8 1 1
9 1 1
10 1 1
11 2 2
12 1 1
13 1 1
14 2 1
15 1 1

Ujilah dengan meggunakan uji Kappa untuk mengetahui tingkat


kesepakatan antara peneliti dengan numerator.
BUKU 2: MANAJEMEN PENGOLAHAN DATA KESEHATAN

PENULIS: CECEP HERIANA, S.KM.,MPH.

Salah satu masalah dalam masalah penelitian adalah bagaimana data yang
diperoleh adalah akurat dan objektif. Hal ini sangat penting dalam penelitian karena
kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya bila didasarkan pada informasi
yang juga dapat dipercaya (akurat). Data yang kita kumpulkan tidak akan berguna
bilamana alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
tersebut tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi.
A. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data.
Misalnya bila seseorang akan mengukur cincin, maka dia harus
menggunakan timbangan emas. Dilain pihak bila seseorang ingin
menimbang berat badan, maka dia harus menggunakan timbangan badan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa timbangan emas valid untk mengukur cincin,
tetapi timbangan emas tidak valid untuk menimbang berat badan.
B. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Misalkan seseorang
ingin mengukur jarak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
dua jenis alat ukur. Alat ukur pertama dengan meteran yang dibuat dari
logam, sedangkan alat ukur yang kedua dengan menggunakan langkah kaki.
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan meteran logam akan
mendapatkan hasil yang sama kalau pengukurannya diulang dua kali atau
lebih. Sebaliknya pengukuran yang dilakukan dengan langkah kaki, besar
kemungkinan aka didapatkan hasil yang berbeda kalau pengukurannya
diulang dua kali atau lebih. Dari ilustrasi berarti meteran logam lebih
reliable dibandingkan dengan langkah kaki untuk mengukur jarak.
C. Cara Mengukur Validitas
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuesioner)
dilakukan dengan cara melakukan kolerasi antar skor masing – masing
veriabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertayaan) dikatakan valid
bila skor variabel tersebut berkorelas secara signifikan dengan skor totalnya.
Teknik korelasi yang digunakan Kolerai Pearson Product Moment (r)
dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan :

N : banyak subjek
X : Nilai rata-rata soal tes pertama perorangan
Y : Nilai rata-rata soal tes kedua perorangan
∑X : jumlah nilai x

Keterangan Uji:
Bila r hitung lebih besar dari r tabel Ho ditolak, artinya variabel valid
Bila r hitung lebih kecil dari r tabel Ho gagal ditolak, artinya variabel
tidak valid

D. Cara Menghitung Reliabilitas


Pertanyaan dinyatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jadi jika misalnya
responden menjawab “tidak setuju” terhadap perilaku merokok dapat
mempertinggi kepercayaan diri, maka jika beberapa waktu kemudian, ia
ditanya lagi untuk hal yang sama, maka ia seharusnya tetap konsisten pada
jawaban semula, yaitu tidak setuju. Pengukuran reliabilitas pada dasarnya
dapat dilakukan dua cara:
1. Repeated Measure atau Ukur Ulang
Pertanyaan diajukan kepada responden secara berulang pada waktu
yang berbeda (misalnya sebulan kemudian) dan kemudian dilihat
apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
2. One Shot atau Diukur Sekali Saja
Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pada umumnya pengukuran
dilakukan dengan cara One Shot dengan beberapa pertanyaan.
Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih
dahulu. Jadi jika sebuah pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan
tersebut dibuang. Pertanyaan-pertayaan yang sudah valid kemudian
baru secara bersama diukur reliabilitasnya.

E. Latihan 1

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUISIONER

Lakukan uji validitas dan reliabilitas kuisioner untuk mengetahui tingkat


stres pekerja industri. Untuk mengukur stres gunakan 5 pertanyaan. Uji coba
dilakukan pada 15 responden degan bentuk prtanyaan sebagai berikut:

1. Apakah anda sering terpaksa bekerja lembur?


a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
2. Apakah anda sering konflik dengan teman sekerja?
a. Tidak
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Ya
3. Menurut anda, apakah dalam hidup ini perlu bersaing?
a. Tidak
b. Kadang-kadang
c. Perlu
d. Sangat perlu
4. Apakah anda berkomunikasi dengan teman sekerja?
a. Tidak
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Ya
5. Apakah anda mudah marah?
a. Tidak
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Ya

Setelah kuisioner tersebut diujicobakan pada 15 responden, hasilnya sbb:

No. P1 P2 P3 P4 P5
1 4 3 4 4 4
2 1 1 1 1 1
3 1 2 1 1 1
4 4 4 3 4 4
5 2 4 2 2 2
6 3 3 3 3 3
7 4 1 4 4 4
8 1 1 1 1 1
9 3 3 3 3 3
10 2 3 2 2 2
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 2
13 4 2 4 3 4
14 3 1 3 3 3
15 2 3 2 2 2
Pertanyaan:

1. Ujilah validitas dari kuisioner diatas


2. Telusuri lebih lanjut, pertayaan mana saja yang kurang baik untuk
mengukur stres?
3. Ujilah reliabilitas dari kuesioner diatas?

Penyelesaian:

Langkahnya:
Masukkan data tersebut ke SPSS

No. P1 P2 P3 P4 P5
1 4 3 4 4 4
2 1 1 1 1 1
3 1 2 1 1 1
4 4 4 3 4 4
5 2 4 2 2 2
6 3 3 3 3 3
7 4 1 4 4 4
8 1 1 1 1 1
9 3 3 3 3 3
10 2 3 2 2 2
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 2
13 4 2 4 3 4
14 3 1 3 3 3
15 2 3 2 2 2

 Klik Tool bar Analyze


 Pilih ScalePilih Reliability Analysis tampak di layar:
Masukkan semua variabel kedalam kotak item (ingat veriabel yang masuk hanya
variabel yang akan diuji saja, yaitu P1, P2, P3, P4, dan P5, bentuknya sebagai
berikut:

 Pada model : biarkan pilihan pada Alpha


 Klik option statistic
 Pada bagian descriptives for: klik pilihan item, scale, if item deleted
 Klik continue
 Klik OK, terlihat output-nya sebagai berikut:

Reliability statistic

Cronbach’s N of items
Alpha
.928 5
Item Statistic

Std.
Mean Devitation N
P1 2.47 1.187 15
P2 2.27 1.100 15
P3 2.40 1.121 15
P4 2.40 1.121 15
P5 2.47 1.187 15
Item-Total Statistic

Scale Mean if Scale Variance corrected item- Cronbach’s


Item Deleted if Total Alpha if item
Item Detected Correlation Deleted
P1 9.53 15.124 .963 .881
P2 9.73 20.924 .328 .993
P3 9.60 15.971 .915 .892
P4 9.60 15.686 .955 .884
P5 9.53 15.124 .963 .881
Interpretasi:

Hasil analisis reliability menunjukkan tiga bagian. Bagian pertama


menunjukkan nilai alpha Cronbach, bagian kedua menunjukkan hasil statistic
masing-masing variabel dalam bentuk mean, variance, dll. Bagian ketiga
menunjukkan hasil dari proses validitas dan reabilitas. Kaidah yang berlaku bahwa
pengujian dimulai dengan menguji validitas kuisioner, kemudian dilanjutkan uji
reliabilitas.

a. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas kuisioner dilakukan dengan membandingkan
nilai r tabel dengan nilai r tabel hitung.
Menemukan nilai r tabel
Nilai r tabel dapat dilihat pada tabel r (pada lampiran 1) dengan
menggunakan df = n-2, dengan demikian df = 15-2 = 13. Pada tingkat
kepercayaan 5%, didapat angka r tabel = 0,514
Menentukan nilai r hasil perhitungan
Nilai r hasil perhitungan dapat dilihat pada kolom “Corrected Item-Total
Correlation”
Keputusan:
Masing-masing pertanyaan/variabel dibandingkan nilai r hasil perhitungan
dengan nilai r tabel, ketentuan: bila r hasil > tabel, maka pernyataan tersebut
valid.
Kesimpulan:
Terlihat dari 5 pertanyaan, ada satu pertanyaan yaitu P2 (r = 0,3275) yang
nilainya lebih rendah dari r tabel (r = 0,514), sehingga pertanyaan P2
tersebut tidak valid, sedangkan untuk pertanyaan P1, P2, P4, dan P5
dinyatakan valid.
Kemudian langakah selanjutnya melakukan analisis lagi dengan
mengeluarkan pertanyaan yang tidak valid. Lakukan prosedur/langkah
seperti diatas yaitu pilih scale, pilih reliability, masukkan keempat variabel
(P2 tidak ikut dianalisis) kemudian klik OK. Kemudian muncul tampilan
sbb:
Reliability Statistic

Cronbach’s N of items
Alpha
.993 4
Item-Total Statistic

Scale Mean if Scale Variance corrected item- Cronbach’s


Item Deleted if Total Alpha if
Item Detected Correlation item
Deleted
P1 7.27 11.495 .996 .988
P3 7.33 12.095 .971 .994
P4 7.33 12.095 .971 .994
P5 7.27 11.495 .996 .988
Interpretasi:

Sekarang terlihat bahwa dari empat pertanyaan, semua mempunyai nilai r


hasil (Corrected Item-Total Correlation) berada di atas nilai r tabel (r =
0,514), sehingga dapat disimpulkan keempat pertanyaan tersebut valid.

b. Uji Reliabilitas
Setelah semua pertanyaan sudah valid, analisis dilanjutkan dengan uji
reliabilitas. Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah: membandingkan
nilai r tabel dengan r hasil. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah
nilai ALPHA (terletak diawal output). Ketentuannya:
Bila r alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel:

Reliability Statistic

Cronbach’s N of items
Alpha
.993 4
Dari hasil uji diatas ternyata nilai r Alpha (0,993) lebih besar dibandingkan
dengan nilai r tabel, maka keempat pertanyaan tersebut adalah reliabel.
ANALISIS DATA PADA BIDANG KESEHATAN

 Pada bagian ‘Descriptives for’ klik pilihan ‘item’, Scale if Item deleted
 Klik ‘Continue’
 Klik ‘Ok’., terlihat hasil outputnya sebagai berikut:

Statistic

Cronbach’s N of items
Alpha
.928 5
Item Statistic

Std.
Mean Devitation N
Sering terpaksa 2.47 1.187 15
lembur 2.27 1.100 15
Bersaing dalam 2.40 1.121 15
hidup 2.40 1.121 15
Mudah marah 2.47 1.187 15
Konflik keluarga
Konflik dengan
keluarga
Item-Total Statistic

Scale Scale Variance corrected Cronbach’s


Mean if if item- Alpha if
Item Item Detected Total item
Deleted Correlation Deleted
Sering 9.53 15.124 .963 .881
terpaksa 9.73 20.924 .328 .993
lembur 9.60 15.971 .915 .892
Bersaing 9.60 15.686 .955 .884
dalam hidup 9.53 15.124 .963 .881
Mudah marah
Konflik
keluarga
Konflik
dengan
keluarga
Interpretasi:

Hasil analisis reliability menunjukkan dua bagian. Bagian utama


menunjukkan hasil statistic deskriptif masing-masing variabel dalam bentuk mean,
variance, dll. Pada bagian kedua memperlihatkan hasil dari proses validitas dan
reabilitas. Kaidah yang berlaku bahwa pengujian dimulai dengan menguji validitas
kuisioner, kemudian dilanjutkan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas kuisioner dilakukan dengan membandingkan
nilai r tabel dengan nilai r tabel hitung.
*) Menemukan nilai r tabel
Nilai r tabel dapat dilihat pada tabel r (pada lampiran 1) dengan
menggunakan df = n-2, dengan demikian df = 15-2 = 13. Pada
tingkat kepercayaan 5%, didapat angka r tabel = 0,514
**) Menentukan nilai r hasil perhitungan
Nilai r hasil perhitungan dapat dilihat pada kolom “Corrected Item-
Total Correlation”

***) Keputusan:

Masing-masing pertanyaan/variabel dibandingkan nilai r hasil


perhitungan dengan nilai r tabel, ketentuan: bila r hasil > tabel, maka
pernyataan tersebut valid.

Kesimpulan:
Terlihat dari 5 pertanyaan, ada satu pertanyaan yaitu P2 (r = 0,3275) yang
nilainya lebih rendah dari r tabel (r = 0,514), sehingga pertanyaan P2
tersebut tidak valid, sedangkan untuk pertanyaan P1, P2, P4, dan P5
dinyatakan valid.
Langkah selanjutnya melakukan analisis lagi dengan mengeluarkan
pertanyaan yang tidak valid. Lakukan prosedurlangkah seperti di atas yaitu:
a. Klik ‘Analyze
b. Pilih ‘Scale’
c. Pilih ‘Reliability Analysis’.
d. Keluarkan variabel P2 dan pastikan keempat variabel yang lain tetap
berada di dalam kotak ‘Items’ (variabel P2 dieluarkan dari kotak
dikembalikan ke kotak kiri).
e. Klik “OK” kemudian muncul tampilan Output sebagai berikut:

Cronbach’s N of items
Alpha Reliability
.993 4

Item Statistic

Std.
Mean Devitation N
Sering terpaksa lembur 2.47 1.187 15
Mudah marah 2.40 1.121 15
Konflik keluarga 2.40 1.121 15
Konflik dengan keluarga 2.47 1.187 15

Item-Total Statistic

Scale Scale corrected Cronbach’s


Mean if Variance if item- Alpha if
Item Item Total item
Deleted Detected Correlation Deleted
Sering terpaksa 7.27 11.497 .996 .988
lembur 7.33 12.095 .971 .994
Mudah marah 7.33 12.095 .971 .994
Konflik keluarga 7.27 11.495 .996 .988
Konflik dengan
keluarga
Interpretasi:

Sekarang terlihat bahwa dari empat pertanyaan, semua mempunyai nilai r


hasil (Corrected Item-Total Correlation) berada di atas nilai r tabel (r =
0,514), sehingga dapat disimpulkan keempat pertanyaan tersebut valid.

b. Uji Reliabilitas
Setelah semua pertanyaan valid, semua analisis dilanjutkan dengan uji
reliabilitas. Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah; menbandingkan
nila Crombach Alpha dengan nilai yaiut 0,6. Ketentuannya: bila Crombach
Alpha ≥ 0,6, maka pertanyaan tersebut reliabel.
Dari hasil uji diatas ternyata, nilai r Alpha (0,9935) lebih besar
dibandingkan dengan nilai 0,6 maka keempat pertanyaan di atas dinyatakan
reliabel
BUKU 3: METODE
PENELITIAN
ADMINISTRASI
PUBLIK

PENULIS : Dr. Harbani


Pasolong, M.Si.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Pada dasarnya hasil penelitian yang valid dan reliabel adalah penelitian
yang menggunakan instrumen yang valid reliabel. Hasil penelitian dapat dikatakan
valid jika terdapat kesesuaian antara data yang diperoleh dengan data yang
sesungguhnya terjadi dilapangan. Jika Gaya Kepemimpinan Birokrasi pada objek
penelitian adalah gaya instruksi (otoriter), sedangkan data yang terkumpul adalah
gaya demokrasi, maka hasil penelitian tidak valid. Kemudian hasil penelitian dapat
dikatakan reliabel jika terdapat kesesuaian dalam waktu yang berbeda. Jika
dilapangan Gaya Instruksi, kemarin, sekarang tetap Gaya Instruksi.

A.VALIDITAS

1.Pengertian

Validitas adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu


mengukur apa yang ingin diukur. Jadi alat ukur yang valid adalah alat ukur yang
digunakanuntuk mendapatkan data valid. Sedangkan yang dimaksud valid adalah
alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk mengukur apa yang ingin diukur.
Contoh: “Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda”, maka ia harus
menggunakan timbangan. Oleh karena timbangan adalah alat pengukur valid bila
dipakai mengukur berat. Karena timbangan memang suatu alat untuk mengukur
berat.

Oleh karena itu, peneliti dalam menggunakan kuesioner didalam


pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang dipergunakannya harus
mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji
tingkat validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data
valid. Banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi validitas suatu data; misalnya
apakah si peneliti mengumpulkan data betul-betul mengikuti petunjuk yang telah
ditetapkan dalam kuesioner.

Selain itu validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden pada waktu
diwawancarai. Bila waktu menjawab semua pertanyaan,responden harus merasa
bebas tanpa adanya gangguan, maka data yang diperoleh akan valid dan reliabel.
Akan tetapi bila responden merasa terganggu, maka ada kemungkinan dia akan
memberikan jawaban yang tidak benar.

2. Jenis-jenis Validitas

a. Validitas Konstruk

Konstruk (construct) adalah kerangka dari suatu konsep. Misalnya seseorang


peneliti “ingin mengukur konsep religius”. Pertama-tama yang harus dilakukan
oleh peneliti ialah mencari apa saja yang merupakan dari kerangka tersebut, seorang
peneliti dapat menyusun tolok ukur operasional konsep tersebut. Untuk mencari
konsep tersebut dapat ditempuh dengan tiga cara yaitu sebagai berikut:

1) Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis


dalam literatur.
2) Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep
yang ingin diukur.
3) Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden,
atau orang-orang yang memiliki karakteristk yang sama dengan
responden.

Untuk menyusun alat pengukur konsep religius, digunakan pendapat Glok dan
Strt (1963). Menurut kedua ahli ini, untuk mengetahui kadar atau tingkat religius
seseorang dapat dipakai kerangka berikut:

1) Keterlibatan ritual (ritual Involvement). Yaitu tingkat sejauh mana


seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. Sebagai
contoh dapat diambil untuk mereka yang beragama Islam; apakah shalat,
puasa, membayar zakat. Sedangkan bagi yang beragama Kristen/Katolik;
apakah mereka pergi ke Gereja secara teratur setiap minggu. Bagi yang
beragama Hindu/Budha; apakah mereka pergi ke Pura atau Pagoda.
2) Keterlibatan Ideologis (Ideological Involvement). Yaitu tingkatan sejauh
mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka
masing-masing. Misalkan apakah seseorang percaya akan adanya malaikat,
hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain yang bersifat dogmatik.
3) Keterlibatan Intelektual (Intellectual Involvement), yaitu yang
menggambarkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran
agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya didalam menambah pengetahuan
agam. Misalnya apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku-buku
agama, membaca Al-Qur’an bagi yang beragama Islam.bagi yang beragama
Kristen/Katolik, apakah ia menghadiri sekolah minggu, membaca Injil,
membaca buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan orang
pemeluk agama lainnya, apakah dia mengerjakan hal-hal yang serupa.
4) Keterlibatan Pengalaman (Experiential Involvement). Yang
menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman spektakuler
yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah
seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah dia
pernah merasa bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan
Tuhan, dan lain-lain.
5) Keterlibatan Secara Konsekuensi (Consequential Involvement), yaitu
tingkatan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran
agamanya masing-masing, misalnya korupsi, bermain judi, berzina,adalah
perbuatan yang dilarang agama. Apakah dia setuju atau tidak dengan
perbuatan tersebut dan apakah menyumbangkan sebagian hartanya untuk
kegiatan agama.

b. Validitas Isi
Validitas isi yaitu suatu alat pengukur yang ditentukan oleh sejauh mana isi
alat pengukur yang digunakan dapat mewakili semua unsur yang dianggap sebagai
unsur kerangka konsep. Misalkan seorang peneliti ingin mengukur status ekonomi
keluarga hanya dari segi penghasilan bapak perbulan. Hasil pengukuran tersebut
tidak valid, oleh karena status ekonomi keluarga tidak hanya ditentukan oleh
penghasilan bapak saja, akan tetapi juga penghasilan ibu dan anak-anak menjadi
pertimbangan dalam menentukan status ekonomi keluarga.

c. Validitas Eksternal

Validitas eksternal yaitu validitas yang diperoleh dengan cara


mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolok ukur eksternal, yang berupa alat
pengukur yang sudah valid. Misalkan seorang peneliti ingin mengukur status
ekonomi keluarga, akan tetapi ada cara sebelumnya yaitu penghasilan keluarga,
pemilikan barang, jenis makanan yang dimakan, dan kalori yang dionsumsi setiap
hari. Agar dapat berkorelasi yang tinggi antara ketiga jenis pengukuran tersebut,
dapatlah dikatakan bahwa masing-masing cara pengukuran tersebut sudah memiliki
validitas eksternal.

d. Validitas Prediktif

Validitas prediktif yaitu suatu alat pengukur untuk memprediksi apa yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Misalkan ujian masuk politeknik, ujian
masuk tersebut merupakan sustu alat untuk memprediksikan apa yang terjadi di
masa yang akan datang, yaitu peserta ujian yang lulus seleksi diprediksikan bisa
mengikuti mata kuliah yang disajikan dipoliteknik dengan baik.

e. Validitas Budaya

Validitas budaya yaitu suatu alat pengukur yang membandingkan budaya


suatu bangsa dengan bangsa lain atau budaya suatu daerah dengan daerah lain, dan
atau suku dengan suku yang lainnya.

f. Validitas Rupa
Validitas rupa yaitu suatu alat pengukur yang tidak menunjukkan apakah
alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur, akan tetapi validitas rupa yaitu
hanya menunjukkan bahwa dari segi rupanya suatu alat pengukur kelihatannya
dapat mengukur apa yang ingin diukur. Masri Singarimbun, Sofyan Effendi (1985).

3. Cara Menguji Validitas

Cara menguji validitas suatu data, dapat dilakukan dengan menyusun suatu
validitas konstruk, oleh karena seorang peneliti yang dapat menyusun validitas
konstruk, maka akan lebih mudah menyusun validitas lainnya. Adapun cara-cara
yang ditempuh menguji suatu validitas adalah yaitu sebagai berikut:

a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur


b. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur yang telah
dikemukakan oleh para ahli dalam literatur. Oleh karena rumusan yang
sudah operasional dapat digunakan secara langsung dipakai. Tetapi bila
mana rumusan yang belum operasional, maka tugas seorang peneliti untuk
merumuskannya secara operasional
c. Bilamana didalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan
konsep, maka tugas seorang peneliti membuat definisi dan rumusan konsep
tersebut.
d. Menanyakan secara langsung kepada responden mengenai aspek-aspek
konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh dari responden,
peneliti membuat konsep kemudian menyusun pertanyaan operasional.

B. RELIABILITAS

1. Pengertian
Reliabilitas merupakan suatu istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan
sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi
dua kali atau lebih. Jadi Reliabilitas adalah tingkat keterandalan atau konsistensi
suatu alat ukur menghasilkan yang sama bila dilakukan secara berulang-ulang.
Sedangkan yang dimaksud reliable adalah mempunyai hasil yang sama pada setiap
pengukuran dilakukan.

Contoh: misalkan seirang peneliti mengukur panjang jarak suatu tempat


dengan dua jenis alat pengukur, yang satu adalah meteran yang terbuat dari logam,
sedangkan yang lainnya adalah dengan menggunakan langkah kaki. Setiap alat
pengukur digunakan sebanyak dua kali. Besar kemungkinan hasil pengukuran yang
diperoleh berbeda. Pengukuran yang mempergunakan meteran relatif akan
menunjukkan hasil yang sama antara hasil pengukuran pertama dan hasil
pengukuran yang kedua. Jadi alat pengukuran meteran reliabel mengukur suatu
jarak bangunan, sedangkan langkah kaki kurang reliabel mengukur suatu jarak.

Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi antara analisa


pengukuran yang sesungguhnya (true score) ditambah dengan kesalahan
pengukuran. Secara rumusan matematik, keadaan tersebut digambarkan dalam
persamaan berikut:

X0 = Xt + Xe

X0 = angka yang diperoleh

Xt = angka yang sebenarnya

Xe = kesalahan pengukuran

Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur.


Sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel alat pengukur
tersebut.

2. Teknik Perhitungan Reliabilitas


Adapun teknik yang dapat dipergunakan untuk menghitung indeks
reliabilitas Anastasi (1987) adalah sebagai berikut:

a. Teknik Pengukuran Ulang


Yaitu suatu teknik yang dipergunakan dengan meminta responden
yang sama agar menjawab semua pertanyaan dalam alat pengukur sebanyak
dua kali dan selang waktu pengukuran pertama dan pengukuran kedua
sebaliknya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Misalnya selang waktu
terlalu dekat maka responden relatif masih mengingat jawabannya.
Sedangkan selang waktu terlalu lama kemungkinan terjadi perubahan pada
fenomena yang diukur.
b. Teknik belah dua
Yaitu suatu teknik untuk menghitung reliabilitas dengan
mempergunakan banyak item pertanyaan yang dapat mengukur unsur yang
sama. Jumlah item yaitu sekitar 50-60 adalah jumlah yang cukup mamadai.
Makin besar jumlah item, reliabilitas yang diperoleh akan makin bertambah
baik.
Langakah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian
menghitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan
menjadi satu kemudian yang tidak valid dibuang.
2) Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk
mebelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara (I)
membagi item dengan cara acak, separuh masuk belahan pertama,
yang separuh lagi masuk belahan kedua (II) membagi item
berdasarkan nomor genap dan ganjil. Item yang bernomor genap
masuk pada belahan kedua sedangkan item yang bernomor ganjil
masuk pada belahan pertama.
3) Berikan skor masing-masing item pada setiap belahan dijumlahkan.
Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing
responden, yakni skor belahan pertama dan skor belahan kedua.
4) Mengkorelasi skor total belahan pertama dengan skor belahan kedua
dengan menggunakan teknik product moment dengan rumus dan
cara perhitungannya.
5) Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat
pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih
rendah dari pada angka korelasi yang diperoleh jika tidak dibelah.
Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan
mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkan
kedalam rumus:
(𝑟.𝑡𝑡)
r.tot =2 1+𝑟.𝑡𝑡

r.to: angka reliabilitas keseluruhan item


r.tt: angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
misalnya kita temukan angka korelasi belahan pertama dan belahan
kedua sebesar 0.70. Selanjutnya angka korelasi tersebut ke dalam
rumus diatas, hasilnya sebagai berikut:
2𝜒0,70
r.tot = 1+0,70

= 1,40:1,70
= 0,82

3. Teknik Bentuk Paralel

Yaitu menghitung reliabilitas dilakukan dengan membuat jenis alat


pengukur yang mengukur aspek yang sama. Kedua alat pengukur tersebut diberikan
kepada responden yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk masing-masing
jenis alat pengukur.

Untuk menghitung reliabilitas, perlu mengkorelasikan skor total dari dua


jenis alat pengukur tersebut. Teknik ini korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi
product momentdan rumus serta perhitungannya. Angka korelasi yang diperoleh
adalah indeks reliabilitas alat pengukur yang telah disusun, angka korelasi
signifikan atau tidak, harus dicek dengan tabel korelasi r-product moment.

Sugiyono (2005) memerikan rujukan bahwa dalam pengujian keabsahan data,


penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitaf,
Uji keabsahan dalam penelitian kualitatif meliputi uji sebagai berikut:

a. Uji kredibilitas, yaitu uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian


kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
ketekunan dalam penelitian, triagulasi, diskusi, dan analisis kasus.
Perpanjangan waktu penelitian dilakukan untuk meningkatkkan
kepercayaan atau kredibilitas data. Dalam artian bahwa peneliti harus
kembali ke lapangan melakukan observasi, wawancara dengan responden
atau responden yang baru.
Meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih dan
cermat, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan
dapat ditekan secara pasti dan sistematis.
Triagulasi dalam pengujian kredibilitas yaitu sebagai pengecekan data dari
berbagao sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam artian
bahwa triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Analisis kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Analisis kasus negatif yaitu
peneliti mecari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data
yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan berarti data sudah dapat dipercaya.
Menggunakan bahan referensi yaitu adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil observasi perlu
didukung oleh data foto atau gambar.
Member check yaitu pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
sumber data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh sumber data. Jika data
yang ditemukan disetujui oleh sumber data berati data tersebut valid,
sehingga semakin kredibel atau dapat dipercaya
b. Uji Transferability, yaitu merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kuantitafi, sedangkan yang dimaksud dengan validitas eksternal
menunjukkan derajat ketepatan dan penerapan hasil penelitian pada
populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenan dengan
pertanyaan, hingga hasil penelitian dapat diterapkan dalam situasi tertentu.
Bagi peneliti kualitatif, nilai transfer tergantung pada pengguna, oleh karena
itu agar orang laindapat menerima hasil penelitian kualitatif sehingga
memungkinkan untuk menerapkan hasil peneliti tersebut, maka peneliti
dalam menyusun laporannya harus memberika uraian yang jelas dan
sistematis atas hasil peneliti tersebut.
c. Uji Dependability, yaitu dalam peneliti kualitatif, uji dependability
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Misalnya peneliti tidak melakukan proses penelitian di lapangan, tetapi
dapat memberika data. Peneliti seperti ini perlu di uji dependability-nya.
Maka hasil penelitian ini tidak reliable atau dependable. Untuk itu pengujian
dependability dilakukakn dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian.
d. Uji Konfirmability, yaitu dalam penelitian kuantitafi disebut uji
objektivitas. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah diterima
oleh orang lain. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan
uji depenability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan bersamaan.
Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan
proses penelitian. Bila hasil penelitian didapat melalui proses penelitian
yang dilakukan, maka peneliti tersebut telah memenuhi standar
konfirmability. Dalam artian bahwa jangan sampai proses penelitian tidak
ada, tetapi hasil penelitian.
BUKU 4: METODE PENELITIAN ADMINISTRASI

PENULIS: PROF.DR.SUGIYONO

A. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan
reliable dengan instrument yang valid dan reliable.Hasil penelitian yang
valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.Kalau dalam obyek yang
berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data yang
berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid.Selanjutnya hasil
penelitian yang reliable, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang
berbeda.Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan
besok tetap berwarna merah.
Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran
yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena
meteran memang alat untuk mengukur panjang.Meteran tersebut menjadi
tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrument yang reliable
adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk menukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet
adalah contoh instrument yang tidak reliable/konsisten.
Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan
reliable. Jadi instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.Hal ini tidak
berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah diuji validitas
dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan
reliable.Hal ini dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan instrument untuk mengumpulkan
data.Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang
diteliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrument untuk
mengukur variabel yang diteliti.
Instrument-instrumen dalam ilmu alam, misalnya meteran,
thermometer, timbangan, biasanya telah diakui validitasnya dan
reliabilitasnya (kecuali instrument yang sudah rusak dan palsu). Instrument-
instrumen itu dapat dipercaya validitas dan reliabilitas nya karena sebelum
instrument itu digunakan/dikeluarkan dari pabrik telah diuji validitas dan
reliabilitasnya/ di tera.
Instrument-instrumen dalam ilmu sosial sudah ada yang baku (standard),
karena telah diuji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang
belum baku bahkan belum ada. Untuk itu maka peneliti harus mampu
menyusun sendiri instrument pada setiap penelitian dan menguji validitas
dan reliabilitasnya. Instrument yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya
bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data yang sulit
dipercaya kebenarannya.
Instrument yang reliable belum tentu valid. Meteran yang putus
dibagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data
yang sama(reliabel) tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan Karena
instrument (meteran) tersebut rusak.Penjual jamu berbicara diman-mana
kalau obatnya manjur (reliabel) tetapi selalu tidak valid, karena kenyataanya
jamunya tidak manjur. Reliabilitas instrument merupakan syarat untuk
pengujian validitas instrument. Oleh karena itu walaupun instrument yang
valid dumumnya pasti reliable, tetapi pengujian reliabilitas instrument perlu
dilakukan.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrument, yaitu instrument
yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrument yang
non test untuk mengukur sikap. Instrument yang berupa test jawabannya
adalah “salah atau benar”, sedangkan instrument sikap jawabannya tidak
ada yang “salah atau benar” tetapi bersifat “positif dan negatif”. Skema
tentang instrument yang baik dan cara pengujiannya ditunjukan pada
gambar 6.1 di halaman berikut:
Pada gambar tersebut ditunjukan bahwa instrument yang baik, (yang
berupa test maupun non test) harus valid dan reliable.Instrument yang valid
harus mempunyai validitas internal dan ekternal. Instrument yang
mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam
instrument secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur.
Jadi kriterianya ada didalam instrument itu. Instrument yang mempunyai
validitas eksternal bila kriteria didalam instrument tersebut disusun
berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah

Gambar 6.1. Skema Tentang Instrumen Dan Cara-Cara


Pengujian Validitas dan Reliabilitas.
ada kalau validitas internal instrument dikembangkan menurut teori
yang relevan, maka validitas ekternal instrument dikembangkan dari fakta
empiris. Misalnya akan mengukur kinerja (performance) sekelompok
pegawai, maka tolak ukur (kriteria) yang digunakan didasarkan pada tolak
ukur yang telah ditetapkan kepegawaian itu. Sedangkan validitas internal
dikembangkan dari teori-teori tentang kinerja.Untuk itu penyusunan
instrument yang baik harus memperhatikan teori da fakta dilapangan.

B. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas instrument
yang akan digunakan dalam penelitian.
1. Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan
pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah
instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur
dengan belandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya
tentang instrument yang telah disusun. Mungkin para ahli akan
memberi keputusan: instrument dapat digunakan tanpa perbaikan,
ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang
digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah
bergelar doctor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan
pengalaman emiris dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji
coba instrument.Instrument tersebut dicobakan pada sampel dari
mana populasi diambil.Jumlah anggota sampel yang digunakan
sekitar 30 orang.Setelah data ditabulasikan, maka pengujian
validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Untuk instrument yang berbentuk test, pengujian validitas isi
dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument
dengan materi pelajaran yang diajarkan.Seorang dosen yang
memberi ujian diluar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti
instrument ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Untuk instrument yang akan mengukur efektivitas
pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau
rancangan yang telah ditetapkan.
Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument, atau matrik
pengembangan instrument.Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang
diteliti, indicator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item)
pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari
indikator.Dengan kisi0kisi intrumen itu maka pengujian validitas
dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Pada setiap instrument baik test maupun non test terdapat
butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji
validitas butir-butir instrument lebih lanjut, maka setelah
dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan
dinalisis dengan analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan
dengan menghitung korelasi antara skor butir instrument dengan
skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi
perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok
bawah.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrument diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrument
dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya
instrument untuk mengukur kinerja kelompok pegawai, maka
kriteria kinerja pada instrument itu dibandingkan dengan catatan-
catatan dilapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik.Bila
telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrument dengan
fakta dilapangan, maka dapat dinyatakan instrument tersebut
mempunyai validitas ekternal yang tinggi.
Instrument penelitian yang mempunyai validitas ekternal yang
tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas
eksternal yang tinggi pula. Penelitian mempunyai validitas eksternal
bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada
sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk meningkatkan
validitas eksternal instrument, maka dapat dilakukan dengan
memperbesar jumlah sampel.
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan secara eksternal
maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan
test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara
internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu.
a. Test-retest
Instrument penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest
dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa kali pada
responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya
sama, dan waktunya berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien
korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut
sudah dinyatakan reliable. Pengujian cara ini sering juga disebut
stability.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir
saja); Berapa tahun pengalaman kerja anda di lembaga ini?
Pertanyaan tersebut dapat ekuivalen dengan pertanyaan berikut;
Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrument nya dua, pada responden yang sama, waktu sama,
instrument berbeda. Reliabilitas instrument dihitung dengan cara
mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan data
instrument yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan
signifikan, maka instrument dapat dinyatakan reliable.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrument yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang
sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua.
Reliabilitas instrument dilakukan dengan mengkorelasikan dua
instrument, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan
selanjutnya dikorelasikan secara silang. Hal ini dapat digambarkan
sebagai berikut :

Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan
dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien
korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan
bahwa instrument tersebut reliable.
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas denga internal consistency, dilakukan dengan
cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian yang data
diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument. Pengujian
reliabilitas intrumen dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split half). KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt.
Berikut diberikan rumus-rumusnya

1) Rumus Spearman Brown


2) Rumus KR.20 (Kuder Richardson)

3) Rumus KR.21
4) Rumus Anova Hoyt

Keterangan:
r11: reliabilitas instrumen
Vs : varians sisa
Vr: varians total
BUKU 5: METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI

PENULIS: Drs. DANANG SUNYOTO, SE., SH., MM.

UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS DENGAN SPSS

A. Reliabilitas
Pengertian reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan
dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap
pertannyaan adalah konsisten. Contoh butir pertannyaan konstruk prestasi
kerja Akuntan terdiri butir 6 s/d 10. Pengukuran kehandalan butir
pertannyaan dengan sekali menyebarkan kuesioner pada responden,
kemudian hasil skornya diukur korelasinnya antar score jawaban pada butir
pertannyaan yang sama dengan bantuan komputer SPSS dengan fasilitas
Cronbach Alpha (α ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach alpha > 0,60. Namun ada yang menggunakan
0,70 atau 0,80 atau 0,90 tergantung tingkat kesulitan data dan peneliti.

Langkah analisis:

 Buka file presentasi dan produktivitas


 Pilih menu analyze : submenu scale : pilih relibility analysis
 Masukkan skor pertannyaan tiap konstruk ( misal ada 5 pertannyaan =
b1 s/d b5 atau b6 s/d b10)ke dalam box item
 Kemudian pilih alpha
 Klik statistic, muncul relibility analysis statistic.
 Bagian descriptive for pilih item , scale, scale if item deleted dan
correlation
 Kemudian klik continue
 Klik OK (selesai )
Contoh: Pengaruh Prestasi kerja Terhadap Produktifitas Kerja Para Akuntan
Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta

Res b b b Prestas Produktivita


p 1 2 3 b4 b5 i b6 b7 b8 b9 b10 s
1 5 4 4 4 4 21 5 5 5 4 5 24
2 5 4 5 5 5 24 4 3 4 4 4 19
3 4 4 4 3 4 19 4 4 3 4 4 19
4 4 4 3 4 4 19 5 5 5 5 4 24
5 3 5 5 5 5 23 5 5 5 4 5 24
6 4 4 5 4 4 21 4 3 3 3 3 16
7 3 3 3 5 3 17 4 4 4 3 4 19
8 4 4 4 4 5 21 5 4 4 4 4 21
9 5 5 5 5 4 24 5 5 5 5 4 24
10 5 4 5 5 5 24 4 4 3 4 4 19
11 3 4 4 4 4 19 4 4 3 4 4 19
12 4 5 4 4 4 21 4 4 4 5 4 21
13 5 5 5 5 4 24 5 5 5 5 3 23
14 4 5 5 5 5 24 5 5 5 5 4 24
15 4 4 4 4 3 19 5 4 4 4 4 21
16 4 4 5 4 5 22 5 5 5 5 4 24
17 5 5 5 5 4 24 4 4 4 4 5 21
18 4 5 5 5 5 24 5 4 4 5 5 24
19 5 5 5 5 4 24 5 4 4 4 4 21
20 4 5 5 5 5 24 4 4 4 4 5 21
21 5 4 5 5 5 24 4 3 3 4 4 19
22 4 5 5 5 5 24 5 4 4 4 4 21
23 5 4 5 5 5 24 5 3 3 3 3 17
24 5 5 4 5 5 24 5 4 4 4 4 21
25 5 5 5 5 4 24 4 4 4 4 3 19
26 4 4 4 4 4 20 4 5 4 4 4 21
27 4 5 5 5 5 24 5 4 4 4 4 21
28 5 4 5 5 4 23 5 5 4 4 5 24
29 5 5 5 5 5 25 4 3 3 3 3 16
30 4 5 5 5 5 24 4 4 3 4 4 19
RELIABILITY PRESTASI KERJA AKUNTAN

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbachs's Alpha Based
Alpha on Standardized Items N of Items
.762 .767 5

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
butir 1 4.33 .661 30
butir 2 4.47 .571 30
butir 3 4.60 .621 30
butir 4 4.63 .556 30
butir 5 4.43 .626 30

Inter-Item Correlation Matrix


butir 1 butir 2 butir 3 butir 4 butir 5
butir 1 1.000 .213 .420 .344 .139
butir 2 .213 1.000 .544 .449 .379
butir 3 .420 .544 1.000 .559 .549
butir 4 .344 .449 .559 1.000 .373
butir 5 .139 .379 .549 .373 1.000
Item-Total Statistics
Scale Cronbach’s
Mean Scale Corrected Squared Alpha if
if Item variance if Item-Total Multiple Item
deleted Item deleted Correlation Correlation Deleted
butir 1 18.13 3.430 .357 .210 .784
butir 2 18.00 3.310 .531 .334 .719
butir 3 17.87 2.809 .742 .555 .638
butir 4 17.83 3.247 .591 .363 .700
butir 5 18.03 3.275 .474 .327 .739

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
22.47 4.740 2.177 5

RELIABILITY PRODUKTIVITAS KERJA AKUNTAN

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbachs's Alpha Based
Alpha on Standardized Items N of Items
.823 .818 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
butir 6 4.53 .507 30
butir 7 4.13 .681 30
butir 8 3.97 .718 30
butir 9 4.07 .640 30
butir 10 4.03 .615 30

Inter-Item Correlation Matrix


butir butir 7 butir 8 butir 9 butir 10
butir 6 1.000 .485 .618 .418 .162
butir 7 .485 1.000 .784 .612 .400
butir 8 .618 .784 1.000 .680 .315
butir 9 .418 .612 .680 1.000 .257
butir 10 .162 .400 .315 .257 1.000

Item-Total Statistics
Scale Cronbach’s
Mean Scale Corrected Squared Alpha if
if Item variance if Item-Total Multiple Item
deleted Item deleted Correlation Correlation Deleted
butir 6 16.20 4.510 .538 .383 .811
butir 7 16.60 3.490 .775 .651 .737
butir 8 16.77 3.289 .814 .733 .721
butir 9 16.67 3.885 .647 .479 .799
butir 10 16.70 4.631 .347 .162 .859

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
20.37 5.926 2.434 5

Hasil cronbach alpha untuk konstruk prestasi kerja akuntan sebesar


0,862 dan konstruk produktivitas kerja akuntan sebesar 0,823 di atas 0,60
disimpulkan konstruk prestasi kerja akuntan dan produktivitas kerja akuntan
bersifat reliabel.
B. Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Contoh mengukur pengaruh konstruk prestasi kerja terhadap
konstruk produktivitas kerja Para Akuntan pada Kantor Akuntan Publik di
Jakarta dengan memberikan masing-masing lima butir pertanyaan setiap
konstruknya, dimana butir-butir pertanyaan diharapkan dapat tepat
mengungkap tingkat prestasi kerja akunta dan tingkat produktivitas kerja
seorang akuntan.
Mengukur tingkat validitas dapat dilakukan dengan melakukan
korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk. Dalam hal
ini mengukur korelasi masing-masing skor butir pertanyaan dengan total
score butir prestasi kerja dan produktivitas kerja dengan hipotesis:

Ho = skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total


skor konstruk

Ha =skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan


total skor konstruk

Pengujian untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan dengan


membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom=
n-k dalam hal ini 30-2 atau df 28 dan satu daerah sisi pengujian dengan
alpha 0,05 didapar r tabel 0,361. Jika r hitung untuk r tiap butir pertanyaan
bernilai positif dan lebih besar dari r tabel (lihat corrected item-total
correlation), maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid.
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, tabel item total
statistic pada kolom corrected item-total correlation merupakan nilai r
hitung untuk masing-masing butir pertanyaan sebagai indikator variabel
prestasi kerja akuntan dan produktivitas kerja Akuntan. Nilai r hitung butir
pertanyaan prestasi kerja Akuntan bernilai positif semua, dimana butir 1
tidak valid karena r hitung= 0,375< r tabel = 0,361 dan butir 2, butir 3, butir
4, dan butir 5 dikatakan valid karena nilai r hitungnya diatas nilai r tabel =
0,361.
Nilai r hitung butir pertanyaan produktivitas kerja Akuntan bernilai
positif semua, dimana butir 10 tidak valid karena nilai r hitung = 0,347 < r
tabel = 0,361 dan butir 6, butir 7, butir 8, dan butir 9 dikatakan valid karena
nilai r hitungnya di atas nilai r tabel = 0,361.
BUKU 6 :METODOLOGI PENELITIAN UNTUK PUBLIC RELATIONS

PENULIS: DR. Elvinaro Ardianto, M.Si

A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN KUANTITATIF


Validitas adalah keabsahan atau akurasi suatu alat ukur, sedangkan
reliabilitas adalah dapat dipercayainya alat ukur tersebut. Ilmu esakta
memiliki alat baku yang sudah diuji validitas dan reliabilitasinya .misalnya,
untuk mengatur suhu badan manusia bisa langsung menggunakan
thermometer. Untuk mengukur tekanan udara menggunakan
barometer.untuk mengukur tensi atau tekanan menggunakan stetoskop.
Artinya untuk meneliti suhu badan suhu badan, tekan udara, tensi atau
tekanan darah, seorang ilmuan eksakta bisa langsung menggunakan alat
yang sudah baku , juga sudah diuji validitas reliabilitasinya.
Dalam ilmu sosial ( komunikasi dan public relations), ketika ingin
meneliti suatu masalah menggunakan kuesioner atau angket, angket atau
kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas kepada responden
yang setara dengan responden yang menjadi sampel penelitian. Hasil uji
validitas dan reliabilitas angket atau kueisioner ini menggunakan rumus
statistic. Bila mana sudah dikatakan valid dan reliable baru instrument
angket ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
1. Uji validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat kur itu mengkur
seseuatu.Reliabilitas adalah istilah yang dipakai umtuk menunjukan
sejauhmana hasil pengukuran relatife konsisten apabila pengukuran
diulang dua kali atau lebih. Agar hasil penelitian dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, informasi validitas dan reliabilitas alat ukur
harus disampaikan .
Validitas memiliki beberapa jenis, pertama, validitas konstruk.
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep .untuk mencari kerangka
konsep tersebut, dapat ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya a.
mencari definisi konsep yang dikemukan para ahli yang tertulis dalam
literature. Definisi tentang suatu konsep biasanya berisi kerangka dari
konsep tersebut.B. jika didalam literature tidak dapat diperoleh definisi
konsep yang diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep
tersebut. C. menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon
responden , atu orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama
dengan responden.
Kedua, validitas isi.Validitas suatu alat ukur ditentukan oleh
sejauhmana isi alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap
sebagai aspek kerangka konsep. Ketiga,validitasi eksternal. Bila alat
ukur baru memmberkan hasil yang relative sama dengan hasil
pengukuran dengan alat ikur Mehrabian, dapat dikatakan bahwa alat
ukur yang baru tersebut sudah memiliki validitas yang memadai. Untuk
mengetahui apakah kedua alat ukur tersebut memberikan hasil yang
sama, maka pengukurannya harus dikolerasikan tinggi yang tinggi
antara ketiga jenis pengukuran tersebu, dapat dikatakan bahwa tiap-tiap
cara pengukuran tersebut sudah memiliki validitas eksternal.
Kempat, validitas prediktif. Alaat ukur yang dibuat oleh peneliti
seringkali untuk memprdiksi apa yang terjadi dimasa yng akan dating.
Kelima validitas budaya.Validitas ini penting bagi penelitian dinegara
yang suku bangsanya sangat bervariasi.
Selain itu, penelitian yang dilakukan sekligus dibeberapa Negara
dengan alat ukur sama, juga mengahadapi problem validitas budaya.
Suatu alat ukur yang sudah valid untuk penelitian disuatu Negara, belum
tentu valid jika digunakan Negara lain yang budayanya berbeda.
Keenam, validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan
jenis validitas yang telah dikemukakan sebelumnya. Validitas rupa tidak
menunujukan apakah lat ukur apakah alat ukur dapat mengukur apa
yang ingin diukur. Validitas rupa hanya menunujukan bahwa dari segi
rupanya suatu alat ukur tampaknya mengukur apa yang ingin diukur.
Bentuk dan penampilan suatu alat ukur menentukan apakah alat ukur
tersebut memiliki validitas atau tidak. Validitas rupa, sangat penting
dalam pengukuran kemampuan individu, seperti pengukuran
kecerdasan, bakat dan keterampilan .
Untuk menguji validitas ada beberapa langkah yang harus dilakukan
:pertama mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur,
kedua, melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah
responden,. Ketiga mempersiapkan tabel tabulasi jawaban,. Keempat
menghitung korelasi antara tiap-tiap pernyataan dan skor total dengan
menggunakan rumus teknik korelasi product moment.

2. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan .Bila suatu alat ukur dipakai dua
kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konsisten,alat ukur tersebut reliable. Dengan kata
lain,reliabilitas menunjukan konsisten suatu alat ukur dalam mengukur
gejala yang sama.Berhubung gejala sosial tidak semantap gejala
fisik,dalam pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan unsur
kesalahan pengukuran.Dalam penelitian sosial,kesalahan pengukuran
ini cukup besar.
Karena itu, untuk mengetahui hasil pengukuran yangb
sebenarnya,kesalahan pengukuran ini sangat diperhitungkan.Setiap
hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi antara hasil
pengukuran yang sesungguhnya ditambah dengan kesalahan
pengukuran.Makin kecil kesalahan pengukuran,makin reliable alat
ukur.sebaliknya,makin besar kesalahan pengukuran makin tidak reliable
alat ukur tersebut.Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui
antara lain dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan
kedua (Ancok,dalam singurimbun dan effendi.1989:140-141).
Untuk menghitung reliabilitas,ada beberapa teknik yang dapat
digunakan.pertama, teknik pengukuran ulang,untuk mengetahui
reliabilitas suatu alat ukur dengan pengukuran ulang ,kita harus meminta
responden yang sama menjawab semua pertanyaan dalam alat ukur
sebanyak dua kali.Selang waktu antara pengukuran pertama dan
pengukuran kedua sebaiknya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh,
yakni antara 15-30 hari.Kalau sedang waktu terlalu dekat,responden
masih ingat dengan jawaban yang diberikannya pada waktu pengukuran
pertama;sedangakan kalau selang waktu terlalu lama,kemungkinan
terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Kedua ini akan
memengaruhi hasil pengujian reliabilitas.Hasil pengukuran pertama
dikorelasikan dengan teknik korelasi product momen. Selain itu,dapat
pula digunakan teknik korelasi yang lain. Pilihan teknik korelasi
ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan. Teknik pengukuran ulang
untuk menghitung reliabilitas dapat pula dilakukan untuk setiap
pertanyaan di dalam kuesioner. Caranya adalah dengan mengorelasikan
jawaban pada wawancara pertama dengan jawaban pada wawancara
ulang.Bila terdapat korelasi yang signifikan antara jawaban wawancara
pertama dan wawancara ulang,jawaban tersebut tergolong reliable.
Kedua, teknik belah dua.Apabila kita ingin menggunakan teknik
belah dua untuk menghitung reliabilitas alat ukur,alat ukur yang kita
susun harus memiliki cukup banyak item yang mengukur aspek yang
sama.Sekitar 50-60 item adalah jumlah yang cukup memadai.Makin
besar jumlah item,reliabilitas yang diperoleh akan semakin
baik.Langkah kerja yang perlu dilakukan: (a) menyajikan alat ukur
kepada sejumlah responden, kemudian menghitung validitas itemnya.
Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu, yang tidak valid dibuang,
(b) membagi item-item yang valid tersebut mejadi dua belahan.

Untuk membelah alat ukur menjadi dua , dilakukan dengan


cara (1) membagi item dengan cara acak, separuh masuk belahan
pertama, separuh lagi masuk ke belahan kedua. (2) membagi item
berdaasarkan nomor genap ganjil. Item yang bernomor ganjil
dimasukkan dalam belahan pertama sedangkan yang bernomor genap
dikelompokkan dalam belahan kedua. (3) skor untuk tiap-tiap item pada
setiap bahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor
total untuk setiap responden, yakni skor total belahan pertama dan dan
skor total belahan ke dua. (4) mengorelasikan skor total belahan pertama
dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi
product moment. (5) karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka
korelasi dari alat ukur yang dibelah , maka angka korelasi yang
dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat
ukur tersebut tidak dibelah, seperti pada teknik pengukuran ulang.
Karena itu harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa
dibelah.
Ketiga teknik bentuk pararel .nama lain teknik ini adalah
equivalen form atau alternative form. Pada teknik ini, perhitungan
reliabilitas dilakukan dengan membuat dua jenis alata ukur yang
mengatur aspek yang sama. Kedua alat ukur tersebut diberikan pada
responden yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk tiap-tiap
jenis. Untuk menghitung reliabilitas perlu mengorelasikan skor total
dari kedua jenis alat ukur tersebut. Teknik korelasi yang dipakai ialah
teknik korelasi product moment.Angka korelasi yang diperoleh adalah
indeks reliabilitas alat ukur yang telah disusun.Apakah angka korelasi
ini signifikan atau tidak, harus dicek dengan tabel korelasi r product
moment.
Pengukuran indicator variabel dalam penelitian kuantitatif
lebih mudah karena pengukuran lebih banyak ditentuka oleh peneliti
dengan melihat kecenderungan data dan teknik analisis data yang
dipakai. Alat ukur adalah piranti yang digunakan untuk mengukur data
dilapangan .alat ukir ini penting mehnetukan batas-batas kebenaran
ketepatan suatu indicator variabel yang akan dicari pada data tertentu.
Reliabilitas alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan
yang diukur sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat
diandalkan.Mendesain instrument yang reliable adalah tujuan y6ang
ingin dicapai oleh setiap peneliti. Hal ini disebabkan peneliti tidak tidak
ingin proses pengumpulan data akan gagal karena memiliki instrument
yang buruk .selain itu, karena instrument penelitian khususnya angket
adalah wakil satu-satunya peneliti dilapangan , sehingga
keterperacayaan instrument penelitian sebagai alat yang betul-betul
mewakili peneliti benar-benar tidak dapat diabaikan. Kalaupun
instrument penelitian berfungsi sebgai suplemen, sifatnya reliable ini
tetap menjadi persyaratan utama.Oleh karena itu, alat-alat ukur yang
dipakai harus memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap data yang
dihadapi.Artinya alat ukur juga harus reliable. Untuk mencapai tingkat
kepekaan dan reliabilitas alat ukur yang diharapkan; sebelumnya
peneliti perlu mengetahui apa sesungguhnya yang akan diukur dan
metode pengumpulan data apa yang digunakan (Bungin, 2005:95-97).
Selain itu, peneliti perlu mengerti serta memperhatikan aspek
: kemantapan, ketepatan, dan homogenitas alat ukur. Kemantapan alat
ukur yang dimaksud bahwa apabil alat ukur itu dipakai untuk mengukur
sesuatu berulang kali, alat ukur tersebut akan menghasilkan hasil ukuran
yang sama, tidak terjadi perubahan kondisi disetiap pengkuran. Alat
ukur dikatakan memiliki ketepatan apabila alat pengukur tersebut jelas,
mudah dimengerti dan terperinci. Oleh karena itu, mengenai ketepatan
alat ukur harus bersumber pada konsep penelitian yang telah
dirumuskan dalam desain penelitian dan jangan ciptakan konsep-konsep
tandingan lainnya, karena hal ini akan menganggu semua pekerjaan
yang telah dilalui. Alat ukur memiliki aspek homogenitas dimaksud
bahwa alat ukur harus memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.Hal ini
amat berguna dalam menentukan skala alat ukur tersebut (Bungin,
2005:97).
Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang
diukur walaupun berkali-kali dan dimana-mana.validitas alat ukur sama
pentingnya dengan reliabilitas alat ukur tersebut. Artinya, alat ukur
harus memiliki akurasi yang baik terutama apabila alat ukur tersebut
digunakan sehingga validitas akan meningkatkan bobot kebenaran data
yang dinginkan peneliti. Untuk mencapai tingkat validitas instrument
penelitian, alat ukur yang dipakai dalam instrument juga harus memiliki
tingkat validitas yang baik. Hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun instrume penelitian yang valid, yaitu harus diperhatikan isi
dan kegunaan alat ukur yang dipakai .Oleh karena itu, harus dijawab
pertanyaan-pertanyaan: Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam suatu
alat ukur? Untuk apa alat ukur itu dicipta-kan dan apakah telah tercapai
tujuan penciptaan itu? Apakah alat ukur sesuaidengan konsep dan
variabel yang hendak diukur?(Bungin, 2005: 97-98).
Manakala rumusan instrumen penelitian sudah selesai,
peneliti tinggal mentransfer instrumen tersebut ke model pengumpulan
data yangakan dipakai. Perlu diingat kembali bahwa sejak awal
penyusunan instrumen penelitian, peneliti sudah mengerti model
pengumpulan data yangakan digunakan. Lazimnya apabila instrument
penelitian telah selesai danditransfer ke model pengumpulan data
tertentu, tidak begitu saja langsungdigunakan pada penelitian
sesungguhnya.Biasanya, terlebih dahuluinstrumen tersebut diuji coba
pada responden semu sebelum digunakankepada responden sebenarnya.
Apabila dalam uji coba ditemu-kan kejanggalan kejanggalan, diadakan
revisi terhadap instrumen tersebut.Setelah proses ini selesai, baru
instrumen penelitian boleh digunakan pada penelitian sesungguhnya
(Bungin,2005: 98).

B. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN

KUALITATIF
Danim (2002) mengatakan proses kerja penelitian sebagai
kerja ilmiah, apakah dalam ilmu eksakta atau ilmu sosial, memutlakkan
objektivitas Sebuah proses kerja ilmiah disebut memenuhi kriteria
objektivitas jikapersyaratan kesahihan (validitas) danketerandalan
(reliabilitas) terpenuhi.Karena penelitian kuantitatif dan kualitatif
merupakan bentuk kerjailmiah, setiap penelitian memerlukan
objektivitas, validitas dan reliabilitas.
Objektif mengandung makna bahwa peneliti tidak berpihak
kepada siapapun dan apapun. Objektivitas bermakna sebagai sebuah
proses kerja yang dilakukan menuju tercapainya kondisi objektif itu.
Dengan demikian,dalam makna luas, sebuah penelitian dipandang
memenuhi kriteriapersyaratan umum: (1) desain penelitian dibuat secara
benar dan baik, (2) pendataan akurat, (4) fokus penelitian tepat,
(3)instrumen dan carapengolahan dan analisis data dapat menjawab
tujuan penelitian,(5) penarikan kesimpulan dilakukan secara kongruen
(sebangun) dengan hasilanalisis data, (6) hasil penelitian memberi
manfaat bagi pengembangan ilmu dan perbaikan praktis, (7)
rekomendasi penelitian memiliki maslahat (kegunaan) bagi
pengembangan lebih lanjut (Danim, 2002: 179-180).Dalam penelitian
kualitatif, objektivitas dipertentangkan dengansubjektivitas. Data yang
didasarkan atas pengalaman atau pengamatanseorang individu dianggap
bersifat subiektif. Data hanya dapat dianggap objektif bila diperoleh
berdasarkan kesamaan hasil pengamatan sejumlahpeneliti dan dapat
dicek kebenarannya oleh orang lain. Dalam penelitiankuantitatif,
objektivitas data antara lain dapat diperoleh melalui eksperimen,yang
dapat dilakukan berulang-ulang dalam kondisi yang sama.
Hasil eksperimen tidak dipengaruhi oleh pribadi si peneliti.Peneliti
sepenuhnya "netral".Dalam penelitian kualitatif, tidak dapat dilakukan
eksperimen.Jumlah responden pun biasanya sangat terbatas. Penelitian
sering( lanjut edit) dilakukan oleh satu orang sehingga mudah mendapat
tuduhan subjektivitas. Bila penelitian dilakukan oleh satu tim, unsur
subjektivitas akan berkurang. Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus
berusaha sedapatmungkin memperkecil faktor subjektivitas.Ia harus
menjauhi segalakemungkinan bias atau prasangka pada dirinya yang
disebabkan oleh latar belakang hidup dan pendidikan, agama, kesukuan,
status sosial, dan sebagainya. Metode penelitian kualitatif menganggap
bahwa hasil suatu penelitian akan objektif bila dibenarkan atau
dikonfirmasi oleh penelitilain (Nasution, 2003: 110-111).
Uji validitas dan reliabilitas penelitian kualitatif disebut
jugakeabsahan data sehingga instrumen atau alat ukur yang digunakan
akuratdan dapat dipercaya.Keabsahan data ini tentunya melalui
sebuahinstrumen atau alat ukur yang sah dalam penelitian kualitatif.
Kendatidalam penelitian kualitatif peneliti sebagai instrumen kunci, alat
lain yangdigunakan pun harus valid dan reliabel. Sebetulnya, baik
instrument penelitian kuantitatif maupun kualitatif,memiliki tujuan
yang sama, yakni menggali data yang akurat dan benarsehingga dapat
memecahkan masalah dalam suatu penelitian. Akurasidata kedua
metode ini (kuantitatif dan kualitatif) sangat diperlukan.Jadi, uji
validitas dan reliabilitas itu, baik penelitian kuantitatif maupun
kualitatif, sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian yangsesuai
dengan kondisi dan situasi fakta dan data di lapangan.

1. Uji Validitas
Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti
sesuai dengan kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan tentang
dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi.
Validitasdibedakan menjadi 2, yaitu validas internal dan validitas
eksternal.Validitas internal merupakan ukuran kebenaran data yang
diperolehdengan instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-
sungguhmengukur variabel yang sebenarnya.Bila ternyata tidak, data
yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran seperti yang diharuskan
dalampenelitian, dan dengan sendirinya hasil penelitian tidak dapat
dipercaya. Dalam penelitian kualitatif, validitas internal
menggambarkan konseppeneliti dengan konsep yang ada pada
partisipan.Kelemahan dalamvaliditas internal dapat ditimbulkan oleh
berbagai faktor, antara lain (a) perubahan waktu, situasi dan
pematangan; (b) pengaruh pengamat/peneliti; (c) seleksi dan regresi; (d)
mortalitas; (e) kedangkalan kesimpulan (Nasution, 2003: 105).
Validitas internal mengusahakan tercapainya
aspekkebenaran atau the truth value hasil penelitian sehingga dapat
dipercaya,atau menurut istilah penelitian naturalistik memunyai
credibility ataukredibilitas (Nasution, 2003: 108).
Validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi, yakni
sampaimanakah generalisasi yang dirumuskan berlaku bagi kasus-kasus
lain diuar penelitian. Bila ternyata generalisasi yang ditemukan dalam
penelitiandapat digunakan oleh misalnya seorang guru di tempat lain
dan situasi lain,berarti hasil penelitian memunyai validitas eksternal.
Penelitian kuantitatifsering bertujuan memperoleh
generalisasi.Generalisasi itu hanya berlakubagi populasi penelitian dan
didasarkan pada sampling yang biasanyadiseleksi secara acak atau
random.Penelitian kualitatif tidak melakukansampling acak, juga tidak
mengadakan pengolahan statistik untukmempertahankan generalisasi
dan validasi eksternal.
Validitas eksternal antara lain harus memungkinkan perbandingan
dengan hasil studi dan untuk dapat diadakan perbandingan oleh peneliti
lain, harus ada deskripsi dan definisi yang jelas tentang tiap komponen
seperti konsep yang dikembangkan,ciri-ciri populasi, sampling, situasi
lokasi, unit analisis, dan sebagainyasehingga dapat dipahami orang lain
sesuai dengan pemahaman penelitisendiri. Kekaburan dalam hal ini
mengurangi sifat keilmiahan studi itu(Nasution, 2003: 107).
Pada penelitian kualitatif, jumlah sampel yang biasanya kecil
tidakmenguntungkan dalam mengadakan generalisasi yang dapat
dipercayai sepenuhnya.Kepercayaan dapat ditingkatkan bila penelitian
dilakukandalam beberapa lokasi.Apa yang ditemukan dalam suatu
kelompok belumtentu berlaku bagi kelompok lain sehingga perlu
mempelajari beberapakelompok lain sampai tercapai taraf ketuntasan
dan diperoleh kesamaankesimpulan mengenai suatu gejala atau konsep
(Nasution, 2003: 107).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan apakah penelitian
itu dapat diulangi atau direplikasi oleh peneliti lain. Bila ia
menggunakan metodeyang sama, apakah hasilnya akan sama. Jadi,
reliabilitas menunjukkanadanya konsistensi, yakni memberikan hasil
yang konsisten atau kesamaan hasil sehingga dapat dipercaya.Syarat
reliabilitas yang dikenakan padapenelitian kuantitatif tidak mungkin
diberlakukan bagi penelitiankualitatif.Situasi dalam kehidupan yang
nyata tak dapat diulangi.Setiapsituasi pada hakikatnya unik dan tidak
dapat direkonstruksi sepenuhnyaseperti semula.Setiap peneliti memberi
laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri-sendiri. Demikian pula
dalam pengumpulan data,pencatatan hasil observasi dan wawancara
terkandung unsur-unsurindividualistik. Proses penelitian sendiri selalu
bersifat personalistik dantidak ada dua peneliti akan menggunakan dua
metode yang sama persis(Nasution, 2003: 108).
Reliabilitas dalam penelitian kualitatif harus diartikan
sebagai penelitian yang dapat dipercaya dan dilaksanakan dengan penuh
kejujuran.Ini berarti bahwa semua materi penelitian seperti catatan data
lapangan,fotografi, dan dokumen harus bisa dicek akurasinya, baik
dalam hal prosespembuatannya maupun materinya sendiri (Danim,
2002: 191).
Reliabilitas ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: (a)
statusdan kedudukan peneliti di kalangan anggota kelompok yang
diselidikiserta hubungan pribadinya dengan partisipan; (b) pilihan
informan; (c)situasi dan kondisi sosial yang memengaruhi informasi
yang diberikan; (d)definisi konsep yang dikembangkan dan dirumuskan
dapat berbeda-bedamenurut tiap-tiap peneliti dan dengan sendirinya
mempersulit kemung-kinanreplikasi; (e) metode pengumpulan dan
analisis data yang tidak diuraikandengan jelas dan perinci akan
mempersulit replikasi (Nasution, 2003: 108-109).
Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan atau kebenaran
hasilpenelitian, ada berbagai cara yang dapat dilakukan, yakni: (a)
Memperpanjang Tujuan triangulasi adalah mengecek kebenaran data
tertentu denganmembandingkannya dengan data yang diperoleh dari
sumber lain, padaberbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang
berlainan, dandengan menggunakan metode yang berlainan. Triangulasi
dapat jugadilakukan dengan membandingkan antara hasil dua peneliti
atau lebih,serta dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya
observasi,wawancara dan dokumen.Triangulasi tidak sekadar menilai
kebenarandata, tetapi juga menyelidiki validitas tafsiran kita mengenai
datatersebut. Maka itu, triangulasi harus bersifat reflektif; (d)
Membicarakannyadengan orang lain; (e) Menganalisis kasus negative
(kasus yang tidak sesuaidengan hasil penelitian hingga saat tertentu); (f)
Menggunakan referensi;
(g) Mengadakan member check. Maksudnya, agar informasi yang
kitaperoleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa
yangdimaksud oleh informan (Nasution, 2003: 114-118).
Di bawah ini akan dibicarakan bagaimana suatu penelitian
dapatdikonfirmasi dengan cara audit trail. Trail artinya jejak yang dapat
dilacakatau diikuti oleh pemburu; audit artinya pemeriksaan pembukuan
olehseorang ahli untuk memeriksa ketelitian pembukuan dan kemudian
mengkonfirmasi dan menjamin kebenarannya, bila ternyata memang
benar. Untuk melakukan pemeriksaan ini, peneliti harus
menyediakanbahan-bahan sebagai berikut: (a) data mentah, seperti
catatan lapangansewaktu mengadakan observasi dan wawancara, hasil
rekaman bila ada,dokumen, dan lain-lain yang diolah dalam bentuk
laporan lapangan; (b) hasil analisis data berupa rangkuman, hipotesis
kerja, konsep-konsep, dan sebagainya; (c) hasil sintesis data seperti
tafsiran, kesimpulan, definisi,literatur data, tema, pola,hubungan dengan
literatur, dan laporan akhir;(d) catatan proses yang digunakan, yakni
tentang metodologi, desain,strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha
agar hasil penelitian tepercayaserta usaha sendiri melakukan audit trail
(Nasution, 2003: 119-120).
BUKU 7 : METODE PENELITIAN SOSIAL

PENULIS : Dr. Ulber Silalahi, MA

RELIABILITASI DAN VALIDITAS UKURAN

Hasil pengukuran dan data yang diperoleh dengan menggunakan ukuran


tersebut dapat digunakan dalam penelitian jika memiliki kesahihan ukuran (validity
of a measure) dan keandalan ukuran (reliability of a measure). Ini berarti bahwa
jika data diperoleh dari satu instrumen atau teknik pengumpulan data kita perlu
mengetahui apakah data secara benar mengindikasi perilaku yang diukur. Apakah
instrumen atau alat ukur yang digunakan berulang-ulang untuk mengukur gejala
yang sama pada responden yang sama memberikan hasil yang sama, dan apakah
instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu gejala telah
mengukur gejala yang ingin diukur, tidak mengukur gejala lain? Menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut berarti kita menilai apakah instrument yang kita
gunakan reliable atau andal atau valid atau sahih. Menggunakan ukuran yang
reliabel atau andal dan valid atau sahih penting agar data empiris yang dikumpulkan
merupakan gambaran dari kejadian-kejadian empiris yang darinya data tersebut
diperoleh. Reliabilitas memusatkan perhatian pada masalah konsistensi
pengukuran, sedangkan validitas lebih menekankan pada ketetapan pengukuran .

Secara metodologis, pertanyaan pertama membicrakan tentang reliabilits


atau keandalan, sedangkan pertanyaan kedua membicarakan tentang validitas atau
kesahihan. Baik reliabilitas (apakah pengukuran reliabel atau andal?) dan validitas
(apakah pengukuran valid atau sahih?) menents ukan kualitas pengukuran. Ini
penting untuk meminimasi error pengukuran hingga error pengukuran dapat
ditoleransi sebab mengukur gejala sosial tidak semantap mengukur gejala fisik
sehingga kesalahan pengukuran (measurement error) dalam gejala sosial relatif
besar. Oleh sebab itu, untuk pengukuran gejala sosial dan untuk mengetahui hasil
pengukuran yang sebenarnya, tipe kesalahan atau error pengukuran, baik lack of
face validity maupun lack of reliability, harus selalu diperhitungkan.

RELIABILITAS UKURAN

Sinonim dengan reliabilitasatau keandalan adalah keterpercayaan


(dependability), stabilitas atau kemantapan (stability), konsistensi (concistency),
prediktabilitas (predictability), dan ketepatan atau akurasi (accuracy) dari suatu
ukuran. Keandalan orang, misalnya, adalah orang yang perilakunya konsisten,
stabil, dapat dipercayai, dan dapat diprediksi. Apa yang dia akan lakukan besok dan
minggu selanjutnya akan konsisten dengan apa yang dia lakukan hari ini dan apa
yang dia lakukan minggu lalu. Orang yang tidak reliabel atau andal, sebaliknya,
adalah orang yang perilakunya sangat berubah-ubah, sering tidak dapat diprediksi.
Kadang-kadang, dia melakukan ini dan kadang-kadang dia melakukan itu.

Jika set objek yang sama diukur berkali-kalidengan alat ukur yang sama,
apakah kita akan memperoleh hasil yang sama dan apakah hasil ukuran yang
diperoleh dengan menggunakan alat ukuran tertentu merupakan ukuran sebenarnya
dari objek tersebut? pertanyaan ini berhubun gan dengan reliabilitas atau keandalan
pengukuran yaitu derajat sejauhmana ukuran menciptakan respons yang sama
sepanjang waktu dan lintas situasi. Satu pengukuran adalah relibel atau andal jika
pengukuran tidak berubah bila konsep yang diukur kembali konstan dalam nilai.
Keandalan adalah ketepatan atau akurasi instrument pengukur. Bordens dan
Abbott mendefinisikan reliabilitas sebagai berikut, “the reliability of a measure
concerns its ability to produce similira results when repeated measurements are
made under identical conditions”.

Keandalan juga dapat dipahami dari dua pertanyaan berikut. Pertama: jika
kita mengukur himpunan objek yang sama berulang-ulang dengan instrument yang
sama atau mirip, akankah kita mendapatkan hasil yang sama atau serupa pula?
Pertanyaan ini menyiratkan suatu definisi keandalan dalam kaitannya dengan
kemantapan (stability), keterpercayaan (dependability), dan keteramalan
(predictability). Inilah definisi yang paling sering diberikan dalam pembahasan
elementer tentang keandalan. Kedua: apakah ukuran-ukuran yang diperoleh dari
satu instrumen pengukur adalah ukuran yang “sebenarnya” untuk sifat yang diukur
itu? Definisi ini berkaitan dengan ketepatan atau akurasi. Kedua ancangan atau
definisi ini ddapat diringkaskanpadatkan dalam dua kata, yakni stabilitas (stability)
dan kejituan (accuracy). Bagi Burns, sinonim untuk reliabilitas adalah
dependability, stability, consistency, predictability, dan accuracy.

Keandalan suatu alat ukur berarti mempelajari korespondensi atas hasil dari
suatu alat ukur jika dilakukan pengukuran ulang dengan menggunakan alat ukur
yang sama untuk mengukur gejala yang sama pada responden yang sama. Dalam
suatu penelitian tentang sikap masyarakat terhadap kebijakan pembayaran pajak
TV, misalnya, peneliti menggunakan ukuran yang sama pada kelompok responden
yang sama pada waktu yang berbeda. Hasil pengukuran pertama menunjukkan
bahwa, pada waktu pengukuran yang pertama, 50 persen responden mengatakan
setuju, 30 persen tidak memberi jawaban, dan 20 persen mengatakan tidak setuju.
Pada pengukuran kedua maupun ketiga menunjukkan distribusi hasil pengukuran
yang sama atau relatife sama dengan hasil pengukuran pertama. Di sini, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa alat ukur tentang sikap yang digunakan adalah reliabel
atau andal. Sebaliknya, jika peneliti menemukan 70 persen responden setuju, 20
persen tidak memberi jawaban, dan 10 persen menjawab tidak setuju pada waktu
pengukuran kedua, alat ukur tersebut relative tidak reliabel atau andal.

Suatu alat ukur memiliki reliabilitas atau keandalan atau dapat dipercaya
jika hasil pengukuran dari alat ukur tersebut Stabil atau konsisten. Artinya, hasil
pengukurannya tidak berubah-ubah dan dapat diandalkan karena penggunaan alat
ukur tersebut berulang-ulang tetap akan memberikan hasil yang relatif sama.
Apabila satu alat pengukiur dipakai lebih dari satu kali untuk mengukjur fenomena
atau masalah yang sama dan hasil pengukuran atau data yang diperoleh secara
konsisten relative sama, alat pengukur tersebut dapat dikatakan reliabel atau andal.
suatu alat ukur dianggap reliabel atau andal jika hasil pengukuran berulang-ulang
dari suatu gejala yang diukur dengan alat ukur itu tidak berubah dalam kondisi yang
konstan. Antara hasil pengukuran yang pertama dan hasil pengukuran berikutnya
atau kedua senantiasa hasilnya sama, konsisten, tetap, dan tepat. Alat ukur yang
reliabel atau andal juga memberi ketepatan atau akurasi. Suatu ukuran yang akurat
adalah ukuran yang cocok dengan objek yang diukur. Jika alat ukur menghasilkan
ukuran yang satbil atau konsisten dan akurat, alat ukur tersebut dapat mengukyur
secara cermat dan tepat.

Hasil pengukuran terhadap gejala sosial atau angka yang diperoleh


(obtained scorre) selalu merupakan kombinasi antara hasil pengukuran yang
sesungguhnya (true scorre) ditambah dengan kesalahan pengukuran (measurement
error). Atau X0=Xt+Xe. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel atau
andal alat pengukur; makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliable atau
andal alat pengukur tersebut. Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat
diketahui antara lain dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan
kedua. Bila angka korelasi (r) dikuadratkan disebut “koefisien determinasi” yang
merupakan petunjuk besarnya hasil pengukuran yang sebenarnya. Makin tinggi
angka korelasi, makin rendah kesalahan pengukuran. Misalkan, ditemukan korelasi
antara pengukuran pertama dan kedua sebesar r=0,90 sehingga koefisien
determinasi adalah (0,90)2 atau 0,90x0,90=0,81. Hasil pengukuran ini kemudian
dikalikan 100% sehingga 0,81x100%=81%. Artinya, hanya 81% hasil pengukuran
yang sebenarnya.

MENGUJI STABILITAS RELIABILITAS

Tingkat reliabilitas atau keandalan ukuran dapat diuji, baik stabilitas


maupun konsistensinya. Ada dua metode yang digunakan untuk menguji stabilitas
keandalan pengukuran, yakni metode korelasi pengukuran ulang (the test-retest
correlation method) atau coefficient of stability atau test-retest reliability dan
metode korelasi bentuk alternatif (alternative-form correlation method) atau
coefficien of equivalence atau parallel-form method. Sedangkan, metode yang
digunakan untuk menguji konsistensi keandalan pengukuran ialah metoda korelasi
belah dua (split-half correlation method) atau metode korelasi subsampel
(subsample correlation method) dan metode konsistensi internal (internal
consistency method) atau coefficient of internal consistency atau interitem
concictency reliability.

METODE KORELASI TEST-RETEST

Bila reliabiltas diukur berdasarkan metode test-retest, satu koefisien


stabilitas diperoleh. Oleh sebab itu, metode ini disebut juga koefisien stabilitas
(coefficient of stability). Metode korelasi test-retest sebagai metode untuk
mengetahui tingkat stabilitas keandalan instrument pengumpul data dilakukan
dengan menghitung korelasi antara dua kali pengukuran terhadap objek yang sama
dengan menggunakan satu alat ukur yang sama dan dilaksanakan secara berturut-
turut pada kelompok yang sama. Kepada responden yang sama diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam alat ukur sebanyak dua kali dalam selang
waktu. Secara ideal, hasil pengukuran pertama dan hasil pengukuran kedua harus
sama, dalam arti menunjukkan korelasi yang tinggi.

Masalah kritis dalam mengukur reliabilitas dengan menggunakan test-retest


correlation adalah menentukan selang waktu yang “paling tepat” untuk
mengadakan pengukuran yang kedua sehingga tidak akan ada pengaruh ingatan dan
juga tidak terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan perubahan pada fenomena
yang diukur atau objek maupun subjek penelitian atau responden pada saat
dilakukan pengukuran yang kedua. Jika waktu antara atau selang waktu antara
pengukuran pertama dan pengukuran kedua terlalu dekat, jawaban-jawaban yang
diberikan pada pengukuran pertama masih diingat oleh responden dan hal itu akan
memengaruhi respondensehingga dia akan cenderung memberikan “jawaban yang
sama” pula pada pengukuran yang kedua. Dengan demikian, sudah dapat diduga
bahwa reliabilitas alat pengukur akan tinggi sebab hasil pengukuran pertama akan
relatif sama dengan hasil pengukuran kedua. Karena relatif sama, korelasi antara
hasil pengukuran pertama dan kedua akan tinggi pula.

Sebaliknya, jika selang waktu antara dua pengukuran cukup panjang, ada
kemungkinan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur atau responden telah
mempunyai pandangan yangh lain terhadap objek yang diukur atau aspek yang
dipersonalkan dalam indikator tertentu sehingga terjadi pula perubahan pada
jawaban pada pengukuran kedua. Jika hal ini terjadi sudah dapat diduga bahwa
tingkat reliabilitas alat ukur rendah. Oleh sebab itu, selang waktu antara pengukuran
pertama dengan pengukran kedua sebaiknya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu
jauh. Umumnya, selang waktu yang dianggap memenuhi persyaratan adalah kira-
kira 20 hari.

Untuk menghitung korelasi hasil pengukuran yang pertama dengan hasil


pengukuran yang kedua dapat digunakan uji statistika dengan teknik uji korelasi.
Akan tetapi, pilihan teknik korelasi yang tepat ditentukan oleh tingkat ukuran atau
skala variabel ataupun jenis data yang diperoleh. Yang dikorelasikan adalah total
seluruh indicator dari hasil pengukuran pertama denga total skor seluruh indicator
dari hasil pengukuran kedua untuk tiap kasus responden. Bila angka hasil korelasi
antara pengukuran pertama dan kedua melebihi angka kritik dalam tabel nilai
(misalnya tabel nilai r untuk teknik korelasi product moment), korelasi tersebut
signifikan. Artinya, hasil pengukuran pertama dan kedua relatif konsisten. Dengan
demikian, alat pengukur yang digunakan adalah reliabel atau andal. Akan tetapi,
jika angka korelasi yang diperoleh di bawah angka kritis dalam tabel, hasil
pengukuran pertama dan kedua tidak konsisten atau tidak signifikan dan karenanya
alat pengukur tesebut dianggap tidak reliabel atau andal.

Secara ringkas, prosedur untuk penentuan test-retest reliability secara


mendasar adalah sebagai berikut:

1. Lakukan uji untuk tiap kelompok.


2. Setelah beberapa waktu berlalu, lakukan uji yang sama untuk
kelompok yang sama.
3. Korelasi dua set skor.
4. Evaluasi hasil.

METODE KORELASI BENTUK PARALEL

Metode bentuk parallel juga disebut korelasi bentuk alternative sebagai


metode untukl menguji stabilitas keandalan alat ukur dilakukan dengan membuat
dua jenois alat pengukur yang mengukur aspek atau gejala yang sama. Kedua jenis
alat pengukur tersebut harus ekuivalen sehingga teknik ini disebut juga coefficient
of equivalence. Pelaksanaan pengukuran dilakukan berturut-turut terhadap gejala
yang sama dengan kelompok yang sama dengan menggunakan dua jenis alat ukur
dan dianggap ekuivalen. Masalahnya, dengan menggunakan metode ini,
kecenderungan perbedaan respons atau jawaban pada dua alat ukur antara lain
disebabkan perbedaan indicator yang dijadikan sebagai ukuran. Akan tetapi, selain
tidak ada kemungkinan jawaban pada pengukuran kedua dipengaruhi jawaban
pengukuran pertama, kedua pengujian dapat dilakukan pada saat yang sama
sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya perubahan respons dalam selang
waktu.

Untuk menghitung tingkat reliabilitas alat pengukur dilakukan dengan


mengkorelasikan skor total seluruh indicator hasil pengukuran dengan
menggunakan alat ukur jenis pertama dengan skor total seluruh indicator hasil
pengukuran dengan menggunakan alat pengukur jenis kedua untuk tiap-tiap
responden. Angka korelasi yang diperoleh merupakan indeks reliabilitas alat ukur
yang telah disusun, sedangkan tingkat signifikannya harus di[periksa dan
dibandingkan dengan daftar tabel korelasi yang digunakan. Kemudian, koefisien
korelasi yang diperoleh merupakan ukuran dari ekuivalen kedua alat ukur atau hasil
pengukuran. Secara singkat, tahap-tahap atau posedur menentukan bentuk
ekuivalen atau bentuk parallel adalah sangat sederhana:

1. Administrasi hasil satu bentu test untuk satu kelompok.


2. Pada sesi yang sama, administrasi bentuk kedua dari uji untuk
kelompok yang sama.
3. Korelasi dua set skore
4. Evaluasi hasil.

MENGUJI KONSISTENSI RELIABILITAS

Metode Split-Half

Metode korelasi belah dua disebut metode korelasi subsampel atau koefisien
konsistensi internal digunakan untuk mengukur konsistensi keandalan alat
pengukur dengan menggunakan satu alat pengukur untuk mengukur objek yang
sama dan pada waktu yang sama. Agar diperoleh reliabilitas yang baik, indicator-
indikator alat pengukur yang mengukur aspek yang sama harus disusun sebanyak
mungkin sebab banyak jumlah item yang digunakan untuk mengukur suatu aspek,
semakin dapat diperoleh reliabilitas dari suatu alat ukur yang digunakan.

Jika alat ukur atau instruksi pengukuran berupa pertanyaan-pertanyaan telah


disusun, alat ukur tersebut diberiakn kepada sekelompok orang (respenden) untuk
memberi respons terhadap item-item alat ukur. Setelah pengukuran selesai,
kemudian dicari reliabilitas alat ukur. Indicator-indicator yang tidak valid atau sahih
dipisahkan atau dibuang, sedangkan yang valid atau sahih disusun kembali dalam
satu daftar urutan. Alat pengukur dengan indicator yang valid atau sahih dibelah
atau dibagi dua. Belahan pertama dan kedua harus equivalent. Pembelahan alat ukur
menjadi dua belahan yang equivalen dapat juga dilakukan sebelum pengukuran
yang dilaksanakan. Kemudian, kedua belahan alat ukur tersebut diberikan kepada
kelompok atau responden yang sama pada waktu yang sama. Untuk membagi
indicator alat pengukur menjadi dua bagian, dapat dilakukan dengan cara berikut:

1. Pemilihan indicator untuk belahan pertama dan atau belahan kedua


dilakukan secara random (acak) sederhana atau sistematik atau
membagi berdasarkan nomor genap untuk belahan pertama dan
nomor ganjil untuk belahan kedua.
2. Indikator yang masuk dalam belahan atau bagian yang pertama
harus mempunyai jumlah indicator yang relative sama dengan
indicator dalam belahan kedua.

Adapun tingkat reliabilitas alat pengukur dengan menggunakan metode ini


dilakukan dengan mencari skor total untuk masing-masing belahan untuk tiap kasus
atau responden. Kemudian, mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan
skor total belahan kedua untuk semua kasus, misalnya dengan menggunakan uji
korelasi product moment. Angka hasilkorelasi yang diperoleh dari kedua belah alat
pengukur tersebut akan menghasilkan coefficient of internal consistency dari alat
pengukur. Tingkat signifikan harus diperiksa dan dibandingkan dengan daftar tabel
korelasi yang digunakan. Prosedur yang digunakan untuk menentukan split-half
reliability adalah sebagai berikut:

1. Administrasi hasil uji total untuk satu kelompok.


2. Bagi hasil uji menjadi dua yang sebanding.
3. Hitung masing-masingskor subjek pada dua bagian.
4. Korelasi dua set skor.
5. Tetapkan formula korelasi spearman-brown sebagai berikut:

nrn
rn 
1  (n  1)rn

Di mana n adalah rasio dari length of the desired test to the length of the
present test (length didefinisikan sebagai jumlah item-item-uji), dan rn adalah the
al-ready obtained reliability.

METODE INTERITEM CONSISTENCY

Metode interitem consistency, disebut juga konsistensi internal ukuran


(internal consistency of measures), dijelaskan oleh Sekaran sebagai berikut:

The internal consistency of measures is indicative of the homogeneity of the


items in the measure that tap the contruct. In other words, the items should
“hang together as a set” and be capable of independently measuring the
same concept such that the respondents attach the same overall meaning to
each of the items.

Metode ini menguji konsistensi respons dari responden untuk semua


indicator dalam satu alat ukur atau mencari reliabilitas keseluruhan indikator
sebelum dibelah. Kemudian, alat ukur tersebut dibelah dan selanjutnya
membandingkan angka korelasi alat pengukur yang dibelah dengan angka korelasi
alat pengukur sebelum dibelah. Disini, angka korelasi alat pengukur yang dibelah
harus lebih rendah dibandingkan dengan angka korelasi yang diperoleh jika alat
pengukur tidak dibelah.

Sehubungan dengan hal itu, data yang dikumpulkan dari lapangan


diharapkan “sama” atau mengandung presisi dengan kenyataan empiris. Artinya,
skor atau nilai kesatuan dari gejala empiris yang didapat sama dengan nilai kesatuan
dalam variabel teoritis yang diharapkan. Untuk itu, instrument pengukur yang
digunakan yaitu variabel operasional yang diberi kategori respons harus valid atau
sahih dan reliabel atau andal. Hubungan antara keduanya dapat dikatakan sebagai
berikut:

1. Sebuah uji yang sahih selalu andal. Artinya, jika suatu alat ukur mengukur
apa yang hendak diukur, menurut ketentuannya alat ukur tersebut harus
dapat diandalkan.
2. Sebuah alat ukur yang tidak sahih mungkin atau mungkin tidak andal.
Artinya, jika kita membuat sebuah alat ukur untuk mengukur gejala atau
variabel X, dalam kenyataannya alat ukur tersebut mungkin mengukur
gejala atau variabel Y. dalam hal ini, kita mungkin memperoleh sebuah alat
ukur yang tidak sahih mengukur gejala atau variabel X, tetapi sahih
mengukur gejala atau variabel Y. jika alat ukur sahih mengukur sesuatu,
alat ukur itu juga harus dapat diandalkan.
3. Sebuah alat ukur yang andal mungkin atau mungkin tidak sahih. Artinya,
sebuah alat ukur bisa dibuktikan keandalannya, tetapi kita tidak tahu pasti
bila hal itu sahih sebagai alat ukur untuk mengukur perangkat individu atau
kelompok tertentu.
4. Sebuah alat ukur yang tidak andal tidak pernah sahih. Artinya, karena
syarat yang diperlukan untuk kesahihan adalah keandalan, sebuah alat
pengukur yang tidak dapat diandalkan tidak mempunyai kesahihan untuk
mengukur apapun.

Jadi, jika alat ukur tidak sahih dan tidak andal, data yang diperoleh dengan
menggunakan alat ukur tersebut sudah pasti tidak sahih dan tidak andal.
Selanjutnya, hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan yang dibuat juga tidak
sahih dan tidak andal. Data yang diperoleh dengan semua instrumen di bidang sosial
mengadung galat pengukuran (measurement error). Seberapa besar galat dalam
pengukuran yang dikandung oleh suatu instrument pengukur, sebesar atau sejauh
itu pulalah instrument yang bersangkutan bersifat tak andal atau data ynag
dihasilkan oleh instrument-instrumen tersebut tidak dapat diandalkan.

VALIDITAS UKURAN
Apakah instrument pengukurt mengukur apa yang ingin saya ukur?
Pertanyaan ini berkaitan dengan validitas atau kesahihan pengukuran yang
menunjuk pada sejauh mana pengukuran secara akurat merefleksikan pokok isi
ukuuran. Validitas adalah sejauh mana perbedaan dalan skor pada suatu unstrumen
( item-item dan kategori respons yang diberikan kepada suatu variabel khusus)
mencerminkan kebenaran pperbedaan antara individu-individu, kelompok-
kelompok, atau situasi-situasi dalam karakteristik (variabel) yang di ketemukan
untuk ukuran. Bailey mengatakan:

The validity of a measuring instrument may be defined as the extent to which


differences in scores on it reflects true differences among individuals on the
characteristic that we seek to measure, rather than constant or random
errosit.

Menurut Bailey, validitas mengandung dua bagian: (1) bahwa instrument


pengukuran adalah mengukur secara actual konsep dalam pertanyaan, dan bukan
beberapa konsep lain; dan (2) bahwa konsep dapat diukur secara akurat. Oleh sebeb
itu, instrument pengukur dikatakan sahih atau valid apabila mengukur apa yang
hendak diukur dan mampu mengungkap data tentang karakteristik gejala yang
diteliti secara tepat. Sebuah alat ukur dikatakan sahih ketika ia mengukur apa yang
kita katakana akan diukur. Jika suatu alat ukur dimaksudkan untuk mengukur sifat-
sifat atau karakteristik dari gejala X, alat pengukur dikatakan sahih pada saat alat
ukur tersebut benar-benar mengukur sifat atau karakteristik dari gejala X. jika alat
ukur tersebut mengukur sifat atau karakteristik gejala X, alat pengukur tersebut
dikatakan tidak sahih.

Uraian diatas berhubungan dengan ketelitian dan kecermatan. Suatu


instrument pengukut dikatakan teliti atau cermat jika memiliki kemampuan
menunjukan secara cermat dan teliti ukuran besar atau kecilnya gejala yang ingin
diukur. Misalkan, hasil pengukuran yang menunjukan sangat puas atas
pekerjaanmya adalah betul orang yang sangat puas atas pekerjaannya; jika hasil
penelitian menunjukN 25% masyarakat indonesia berada dibawah garis
kemiskinan, data tersebur sahih atau valid jika dari populasi masyarakat Indonesia
ada sebanyak 25% berada dibawah garis kemiskinan. Hal itu juga berhubungan
dengan ketepatan pengukuran . satu instrument pengukur dapat dikatakan tepat jika
instrument pengkur tersebut dengan tepat tertuju pada sasaran penelitian . jika ingin
mengukur beraat badan, misalnya, harus menggunakan instrument pengukur untuk
mengukur berat, yaitu timbangan. Mengukur tinggi harus menggunakan instrumen
pengukur yang tepat untuk mengukur tinggi, yaitu meter. Kalau mengukur tinggi
digunakan instrumen pengukur penggaris, penggaris bukanlah instrument
pengukur yang tepat untuk mengukur tinggi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Validitas

Kedua faktor yang memengaruhi validitas instrument pengukur, yaitu faktor


internal dan faktor eksternal. Faktor internal berada dalam alat ukur itu sendiri. Ini
berhubungan dengan proses perancangan instrumen pengukur, yaitu apakah telah
mengikuti langkah-langkah atau prosedur yang tepat. Tentang hal ini, ada dua hall
yang harus diperiksa. Pertama berhubungan dengan operasionalisasi variabel, yaitu
mengurai variabel menjadi teoritis (tingkat abstrak) menjadi variabel operasional
tingkat empiris yang disebut indikator. Disini, perlu diperhatikan agar subvariabel
dan variabel operasional atau indikator dicakup oleh definisi operasional dari
variabel. Kedua,berhubungan dengan ketepatan penentuan skala pengukuran untuk
variabel atau indikator-indikator yang diukur. Faktor kedua atau faktor eksternal,
yaitu faktor yang berada diluar instrumen pengukur. Hal ini penting diperhatikan
sebeb meskipun instrument pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data
secara internal dianggap valid atau sahih, data yang didapat belum tentu valid. Atau
sahih Karena dipengaruhi faktor eksternal. Adapun faktor eksternal yang dapat
mengurangi kesahihan data antara lain karena:

1. Faktor pengumpul data. Sejauh mana pengumpul data atau pewawancara


benar-benar mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam instrumen
pengukur dan apakah pengumpul data mengerti dan memahami masalah dan
tujuan penelitian atau makna dari tiap instrumen pengukur?
2. Faktor unit observasi. Apakah unit observasi atau responden siap secara
fisik dan psikologis pada waktu diwawancara dan apakah mereka memiliki
sikap objektivitas dalam emberikan respons terhadap instrument pengukur?
Jka responden merasa bebas, rela, dan tidak ada tekanan untuk menjawab
pertanyaan, misalnya, akan menghasilkan data yang lebih sahih
dibandingkan dalam situasi sebaliknya.
3. Faktor pelaksanaan. Pelaksanaan atau penerapan instrumen pengukur untuk
mengumpulkan data, sebagaimana digariskan dalam definisi operasional
dan variabel operasional,menentukan tingkat kesahihan atau keabsahan data
yang didapat. Mikisalnya, dalam proses pengajuan pertanyaan dan
pencatatan respons yang tidak tepat akan membuat data yang didapat tidak
sahih atau abash.

Tipe Validitas

Kesahihan sebuah ukuran bisa didefinisikan dari beberapa perspektif yang


berbeda. Ada tiga persoektif yang juga merupakan tipe validitas pengukuran yang
digunakan dalam penelitian sosial, yakni construct validity, content
validity(kadang-kadang disebut face validity atau logical validity), dan criterion
validity( kadang-kadang disebut paragmatic validity, concurrent validity,
predictive validity). Setiap jenis kesahihan menunjukan cara berbeda dalam
menafsirkan sejauh mana derajat sebuah alat ukur mengukur apa yang akan diukur.

Validitas Konstruk

Validitas konstruk bertitik tolak dari konstruksi konsep atau variabel.


Memahami validitas konstruk dapat dibimbing dengan pertanyaan: Apakah
variabel operasional atau indikator yang telah dikembangkan dalam instrument
pengukur merupakan bagian dari variabel yang ingin diukur berdasarkan definisi
operasional yang dikemukakan? Apakah definisi operasional yang digunakan searti
dengan definisi teoritis dari variabel yang diukur? Jika jawaban dari pertanyaan
diatas adalah “ya”, instrument pengukur memiliki validitas konstruk, sebaliknya
jika jawabannya “tidak”, instrument pengukur tersebut tidak memiliki validitas
konstruk.

Ada kaitan erat antara validitas konstruk dan operasionalisasi variabel.


Sebagai contoh, seorang peneliti ingin mengukur konsep kepuasan kerja. Pertama-
tam, peneliti mencari apa yang menjadi kerangka konsep kepuasan kerja dan
melalui kerangka konsep kerja tersebut peneliti dapat menyusun variabel
operasional atau indikator konsep tersebut. untuk mencari kerangka konsep dapat
ditempuh dengan cara: pertama mendefinisikan konsep, baik definisi teoritis
maupun definisi operasional. Salah satu definisi dari konsep keuasan kerja ialah
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Perasaan terhada p pekerjaan tersebut
dinyatakandengan rasa menyenangkan-tidak menyenangkan atau positif-negatif.
Kemudian, disusun instrument pengukur konsep kepuasan kerja, misalnya
menggunakan job descriptive index(JDI), sebagaimana dikembangkabn oleh Smith,
Kendal, dan Hulin.

Berdasarkan JDI, kepuasan kerja berhubungan dengan perasaan seseorang


terhadap: pekerjaan itu sendiri, supervise, upah, rekan sekerja dan promosi. Kelima
aspek ini merupakan dimensi atau subvariabel kepuasan kerja. Aspek pertama
berhubungan dengan faktor internal pekerjaan, sedangkan empat aspek lain
berhubungan dengan faktor eksternal pekerjaan. Kemudian, setiap dimensi tersebut
dioperasionalkan lagi dan masing-masing subvariabel/dimensi memiliki dua
variabel operasional atau indikator. Jika perasaan tiap komponen dan indikator
adalah menyenangkan, sudah jelas bahwa orang tersebut memiliki kepuasan kerja
sehingga konstruk seperti ini memiliki validitas.

Validitas Isi

Untuk membimbing kearah pemahaman validitas isi(juga disebut validitas


muka)dapat diajukan pertanyaan:apakah isi dari suatu instrument pengukur(bahan,
substannya) merupakan representasi dari isi universum dari sifat-sifat yang ingin
diukur atau cukup merupakan sebuah sampel saja?apakah muatan atau substansi
ukuran ini mewakili (representative untuk) muatan atau semesta muatan yang
berupa sifat yang sedang hendak diukur? Sehubungan dengan pertanyaaan diatas,
validitas muka ( validitas isi, validitas muatan) adalah keterwakilan sampel
(memadai-tidaknya sampel) yang terdapat dalam muatan suatu instrument
pengukur.

Validitas isi dari suatu alat ukur ditentukan oleh sejauh mana isi instrument
pengukur mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.
Oleh Karena itu, validitas isi memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukan
sejumlah item yang merepresentasi konsep. Makin banyak item atau indikator yang
mewakili konsep atau variabel yang diukur, semakin besar tingkat validitas isi.
Sebagai contoh, seorang peneliti ingin mengukur tingkat kepuasan kerja karyawan
dengan menggunakan Job Descriptive Index. Jika dalam kuesioner yang disusun
peneliti hanya memasukkan empat aspek saja dari lima aspek yang merupakan
kerangka konsep untuk mengukur kepuasan kerja atau memasukkan delapan item
dari sepuluh item kepuasan kerja, instrumen pengukur yang disusun tersebut tidak
memiliki validitas isi yang tinggi. Contoh lain, peneliti ingin mengukur tingkat
penguasaan mahasiswa atas materi kuliah Metode Penelitian Sosial yang diberikan
selama satu semester. Materi kuliah MPS telah ditentukan dalam Satuan Acara
Perkuliahan (SAP). Yang dipersoalkan adalah apakah soal ujian MPS sebagai
instrument pengukur telah mencakupi materi kuliah dalam SAP yang telah
disampaikan kepada mahasiswa? Jika “ya”, berarti soal ujian yang merupakan
instrument pengukur untuk mengetahui penguasaan materi kuliah MPS memiliki
validitas isi; dan jika tidak, ini bearti soal ujian tersebut tidak valid atau sahih dilihat
dari isinya. Jadi, mempersoalkan kesesuaian cakupan atau muatan materi soal ujian
sebagai instrument pengukur dihubungkan dengan muatan materi perkuliahan
berarti mempersoalkan validitas isi instrument pengukur.

Validitas Kriterion

Kesahihan kriterion atau prediktif atau konkuren didasarkan pada hubungan


yang teratur antara perilaku apa yang akan diramalkan oleh sebuah alat ukur atau
tes dan perilaku sebenarnya yang ditampilkan oleh individu atau kelompok. Sebagai
contoh kesahihan criterion, bila kita memperoleh sejumlah skor mengenai sikap
dari sekelompok orang yang menggambarkan tingkat diskriminasi terhadap
sejumlah anggota kelompok minoritas (menulis ungkapan tentang apa yang akan
dilakukan setiap orang jika berada dalam situasi yang menuntut adanya interaksi
dengan orang lain dari kelompok minoritas), hubungan antara sejumlah skor pada
alat pengukur dan perilaku sebenarnya pada subjek yang sama dalam situasi
interaksi yang konkret dengan orang dari kelompok minoritas akan memberi kita
bukti adanya kesahihan prediktif ukuran. Jika skor seorang subjek menunjukkan
perilaku diskriminasi terhadap minoritas dan bila subjek menunjukkan perilaku
diskriminasi terhadap anggota kelompok minoritas, hal ini menjadi bukti bahwa
alat ukur mengukur apa yang akan diukur.

Anda mungkin juga menyukai