Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Usus manusia secara umum terdiri atas usus besar dan usus halus. Segmen
pada usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum merupakan
bagian pertama dari usus setelah lambung. Duodenum akan diikuti oleh bagian
usus yang panjang yang disebut jejunum. Jejunum diikuti oleh ileum yang
merupakan bagian akhir dari usus halus yang akan menghubungkan usus halus
dengan usus besar.1 Apabila bagian dari usus ini gagal untuk berkembang pada
fetus akan mengakibatkan terjadinya sumbatan pada usus. Kondisi ini disebut
dengan atresia intestinal.2
Atresia intestinal merupakan obstruksi yang sering terjadi pada neonatus
yang baru lahir. Atresia intestinal dapat terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran. Atresia
intestinal dapat terjadi pada berbagai tempat pada usus halus. 50% kasus atresia
intestinal terjadi pada duodenum dengan 57% perempuan dan 43% laki-laki. 46%
kasus terjadi pada jejunoileal dengan 61% laki-laki dan 39% perempuan.3
Atresia Duodenum adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya
duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan
yang akan ke usus. Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus
yang biasa ditemui didalam ahli bedah pediatrik.1 Atresia Duodenal atresia terjadi
pada 1 dari 1000 kelahiran. Beberapa penelitian juga menyebutkan insiden dari
duodenal atresia mencapai 1 dari 2000 kelahiran sampai 1 dari 40.000 kelahiran.3
Dasar embriologi terjadinya atresia duodenum disebabkan karena
kegagalan rekanalisasi duodenal pada fase padat intestinal bagian atas dan
terdapat oklusi vascular di daerah duodenum dalam masa perkembangan fetal.4
Setengah dari semua bayi baru lahir dengan atresia duedenal juga mempunyai
anomali kongenital pada sistem organ lainnya. Lebih dari 30% dari kasus kelainan
ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down. Adapun kelainan lain yang dapat
ditemui diantaranya pancreas annulare (23%), Penyakit jantung congenital (22%),
malrotasi (20%), atresia esophagus (8%) dan lainnya (20%).1 Laporan lain
menyebutkan bahwa atresia duodenum berkaitan dengan prematuritas (46%),
maternal polyhidramnion (33%), downsyndrome (24%), pankreas annulare (33%)
dan malrotasi (28%).5

1
2

Keterlambatan diagnosis dan tatalaksana mengakibatkan bayi dapat mengalami


asfiksia, dehidrasi, hiponatremia dan hipokalemia yang diakibatkan muntah-
muntah.4

Anda mungkin juga menyukai