Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

IMUNISASI DASAR LENGKAP DAN IMUNISASI MR


PADA BALITA DI POSYANDU BALITA DUSUN III WANI 2

Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Supriyadi Kamari Kiki Lisnawati
Chandra Setiawan Chikita
Givari Saleh Rahman R.Mahali
Siti Ummaiah Dini Kurnia
Nena Hepriyana Dwi Prasetyo
Nur Hidayah Lilis Hariyati
Melisha Batjo Nur Arpaninta
Dewi Magna Silvana
Moh. Rafli I Made Andika
Rendi Krisdayanti Husain
Tri Dwi Mujayanti Siti Nurlatifa Hi.Daud
Rahmat Ezan Putra Ni Kadek Windari
Novitasari Anissa Fatma Safira
Nur Siska Nova Wahyunita

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI D-IVKEPERAWATAN
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DAN
IMUNISASI RUBELLA PADA BALITA

Mata ajar : Keperawatan Komunitas


Pokok Bahasan :Imunisasi Dasar Lengkap dan Imunisasi Rubella
Hari/tanggal : Jumat, 14 September 2018
Waktu : 09.00 WITA - selesai
Sasaran : Orang tua yang memiliki bayi
Tempat : Posyandu Balita Dusun III Desa Wani 2

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orang tua dapat mengetahui imunisasi
dasar lengkap dan Imunisasi Rubella yang harus diberikan kepada bayinya
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapakan Orang Tua dapat :
1. Memahami tentang pengertian, tujuan, manfaat dan kontraindikasi imunisasi.
2. Memahami tentang jenis dan efek samping imunisasi dasar lengkap dan imunisasi
rubella
3. Memahami tentang waktu pemberian imunisasi dasar lengkap dan imunisasi rubella
C. Materi
Materi penyuluhan terlampir :
1. Pengertian Imunisasi
2. Tujuan Imunisasi
3. Manfaat Imunisasi
4. Kontraindikasi pemberian imunisasi
5. Jenis dan efek samping Imunisasi dasar lengkap dan imunisasi rubella
6. Jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap dan imunisasi rubella
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Lansia
1 5 Menit Pembukaan :
1) Membuka kegiatan dengan 1) Menjawab Salam
mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri 2) Mendengarkan dan
3) Menjelaskan tujuan dari memperhatikan
penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
2 10 Menit Pelaksanaan :
1) Menjelaskan Pengertian Imunisasi. 1) Mendengarkan dan
2) Menjelaskan Tujuan Imunisasi. memperhatikan
3) Menjelaskan Manfaat Imunisasi. 2) Bertanya
4) Menjelaskan Kontraindikasi
pemberian imunisasi.
5) Menjelaskan Jenis dan efek
samping Imunisasi dasar lengkap
dan imunisasi rubella.
6) Menjelaskan Jadwal pemberian
imunisasi dasar lengkap dan
imunisasi rubella.
7) Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
3 5 Menit Penutup
1) Meminta orang tua untuk 1) Bersama presenter
menjelaskan kembali atau menyimpulkan materi
menyebutkan : 2) Menjawab pertanyaan
2) Pengertian Imunisasi 3) Mendengarkan dan
3) Tujuan Imunisasi memperhatikan
4) Manfaat Imunisasi 4) Menjawab salam
5) Kontraindikasi pemberian
imunisasi
6) Jenis dan efek samping Imunisasi
dasar lengkap dan imunisasi
rubella
7) Jadwal pemberian imunisasi dasar
lengkap dan imunisasi rubella
8) Mengucapkan terima kasih dan
mengucapkan salam
G. Pengorganisasian
Pembawa acara : Dwi Prasetyo
Pemateri : Melisha Batjo
Observer : Novitasari
Fasilitator : - Moh.Rafli
- Tri Dwi Mujayanti
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
b. Media dan alat memadai
c. Setting sesuai dengan kegiatan
d. Suasana tenang dan tidak ada yang hilir mudik
2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung diharapkan warga dapat mengikuti seluruh kegiatan
b. Selama kegiatan berlangsung diharapkan warga aktif
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh pada saat
evaluasi.
I. Pengorganisasian dan Uraian Tugas
1. Pembawa acara
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Menutup acara penyuluhan.
2. Pemateri
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta.
4. Observer
Uraian tugas :
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai
dengan rencana penyuluhan.
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DAN
IMUNISASI RUBELLA PADA BALITA

1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. (Proverawati, 2010).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit (Proverawati, 2010).
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Alimul, 2009).
3. Manfaat Imunisasi
a. Untuk Anak: Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga: Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit.
c. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
d. Untuk Negara: Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara. (Proverawati, 2010)
4. Kontraindikasi Imunisasi
a. Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak

terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38 oC
merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak.
b. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS,
sedangkan
c. vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
d. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang
sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi
sudah sehat (Proverawati, 2010)
5. Jenis Imunisasi
a. Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya.Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak. Dalam
imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu :
1) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein
pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-
komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan
bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.
2) Pengawet/stabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar
vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah
tumbuhnya mikroba. Bahan- bahan yang digunakan seperti air raksa atau antibiotik
yang biasa digunakan.
3) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang
digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya telur, protein serum, bahan
kultur sel.
4) Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem
imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen
dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka
semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
b. Imunisasi Pasif
Merupakan suatau proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat
immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapatkan bayi dari ibu melalui plasenta)
atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba sudah masuk dalam
tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada
bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari
ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap
campak.(Proverawati,2010).
6. Jenis Vaksin Lima Imunisasi Lengkap
a. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan
dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.TBC yang berat contohnya
adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC
tulang.Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir
sebelum umur 3 bulan.Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan. Efek
samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan,
limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.
1) Reaksi : Bengkak, kemerahan pada lokasi suntikan dan timbulbekas
luka
2) Pengobatan : Dibiarkan saja sampai 7 hari kering
b. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk
cair.Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.Imunisasi hepatitis ini
diberikan melalui intramuscular.
1) Reaksi : Nyeri pada daerah suntikan dan timbul kemerahan danbiasanya
tidak diserta dengan demam.
2) Pengobatan : Kompres dingin pada area suntik
c. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.Kandungan
vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4
dosis.Imunisasi polio diberikan melalui oral.Belum ditemukan adanya efek samping
imunisasi polio.
d. Pentabio
Saat ini program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisai
adalah penggunakaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai Vaksin Pentavalen.Vaksin
ini merupakan gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib.Sebelumnya kombinasi ini
hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo). Sesuai dengan
kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah berberapa jenis penyakit, antara
lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak
(meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib
(Haemophylus influenzae tipe b). Vaksin pentavalen merupakan gabungan dari 5 jenis
vaksin dalam satu sediaan. Kelima vaksin tersebut meliputi :
1) Difteri –> Kuman yang menyebabkan penyakit difteri, menyerang salura
pernapasan, menimbulkan lapisan putih di tenggorokan dengan efek dapat
menyumbat saluran nafas, dan toksinnya dapat mengganggu kerja jantung.
2) Pertusis –> kuman penyebab penyakit batuk rejan atau batuk 100 hari dengan
ciri khas batuk beruntung
3) Tetanus –> kuman penyebab penyakit tetanus, yaitu kekakuan seluruh tubuh
termasuk otot pernapasan sehingga menyebabka kematian akibat gagal nafas
4) Hepatitis B –> virus penyabab peradangan pada hati dimana keadaan
kronis dapat menyebabkan kerusakan hati (sirosis hepatis) dan kanker hati
(hepatoma). haemophilus influenza tipe B –> kuman penyebab radang paru-
paru (pneumonia) dan radang otak (meningitis) terbanyak pada anak-anak Kenapa
Haemophillus Influenzae type b (Hib)?
Hal ini antara lain disebabkan beberapa kenyataan epidemiologi berikut :

a) Haemophilus Influenzae tipe b (Hib) merupakan suatu bakteri gram negatif dan
hanya ditemukan pada manusia
b) Penyebaran melalui percikan ludah (droplet)
c) Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi Hib adalah usia 4 – 8 bulan
d) Sebagian besar orang yg mengalami infeksi tidak menjadi sakit, tetapi menjadi
karier
e) Prevalensi karier cukup tinggi (>3% ), sehingga kemungkinan kejadian
meningitis dan pneumonia akibat Hib, biasanya juga tinggi.
Vaksin Pentavalen diberikan saat anak berusia 2, 3 dan 4 bulan. Kemudian
dilanjutkan ketika anak berusia 1,5 tahun, yang kita kenal sebagai imunisasi
booster (lanjutan). Sebagaimana imunisasi lainnya, Imunisasi Pentavalen bisa
didapatkan secara gratis di semua Posyandu, Puskesmas atau fasilitas kesehatan
pemerintah lainnya.
a) Reaksi : Demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan
selama 1-2 hari
b) Pengobatan : Kompres dingin pada area suntik, dan obat penurun
panas
e. DPT
Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus.Vaksin DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis.Pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan
organ-organ tubuh membuat zat anti.Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat
anti yang cukup.Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat.Efek ringan misalnya
terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam.Efek berat misalnya
terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi
kejang, encephalopathy, dan syok. Reaksi dan penanganan sama dengan imunisasi
pentabio.
f. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.Kandungan
vaksin ini adalah virus yang dilema hkan.Frekuensi pemberian imunisasi campak
adalah 1 dosis.Imunisasi campak diberikan melalui subkutan.Imunisasi ini memiliki
efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas (Alimul, 2009).
1) Reaksi : Biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadidemam ringan dan
sedikit bercak merah pada pipidi bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan,
atau pembengkakan pada tempatpenyuntikan
2) Pengobatan : Kompres dingin pada area suntik, dan obat penurun panas.
g. Rubella
Rubella adalah penyakit saluran nafas (ringan) yang biasanya disertai ruam, namun
mempunyai akibat serius bagi bayi yang belum lahir. Rubella atau campak jerman
adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan toga virus. Rubella
merupakan virus RNA, terselubung penyebab penyakit yang kadang-kadang disebut
“campak 3 hari” atau “campak jerman”.
Gejala-gejala Rubella:
1) Demam
2) Sakit kepala
3) Hidung tersumbat atau pilek
4) Tidak nafsu makan
5) Mata merah
6) Pembengkakan kelenjar limfa pada telinga dan leher
7) Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan yang awalnya muncul diwajah lalu
menyebar ke badan, tangan dan kaki. Ruam ini umumnya berlangsung selama 1-3
hari.
8) Nyeri pada sendi, terutama pada penderita remaja wanita
Begitu terinfeksi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 5 hari hingga
satu minggu. Penyakit Rubella berupa penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila
menulari pada ibu hamil trimester I atau awal kehamilan dapat menyebabkan kecacatan
bayi yang dilahirkan meliputi:kerusakan jaringan otak, gangguan pendengaran, katarak
kongenital.
7. Jadwal Imunisasi
a. BCG
1) Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan
pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.
2) Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun).
3) Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
4) Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah
komplikasinya.
5) Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif
b. HB (Hepatitis B)
1) Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir.
2) Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi
hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon
imun optimal, interval imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2
bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
3) Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi
hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali
pemberian.
c. Hib (Haemophylus influenzae tipe b)
1) Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi
hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon
imun optimal, interval imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2
bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
2) Kemudian dilanjutkan ketika anak berusia 1,5 tahun, yang kita kenal sebagai
imunisasi booster (lanjutan).
3) Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi
hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali
pemberian.
d. Polio
1) Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3.
(1.OPV, hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan).
2) Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
3) Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval
antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
4) IPV diberikan 2 tetes per-oral. IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin
IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV)
e. DPT(Difteri, Pertusis, Tetanus)
1) Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh
diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik
diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4
bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
2) Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun
ulangan.
3) Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu
DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
f. Campak
Campak. Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara
subkutan dalam, pada umur 9 bulan. (IDAI, 2008).
g. Rubella
Jadwal pemberian imunisasi MMR dilakukan pada saat seorang anak berusia antara 15-
18 bulan dan pemberian imunisasi MMR tambahan dilakukan pada saat anak berusia 6
tahun. Pemberian imunisasi MMR dilakukan dengan interval atau jarak pemberian
minimal 6 bulan setelah pemberian imunisasi dasar campak (pada saat anak berusia 9
bulan) dan minimal 1 bulan sebelum pemberian imunisasi lain. Apabila seorang anak
sudah mendapatkan imunisasi MMR pada saat anak tersebut berusia 15-18 bulan dan
imunisasi MMR tambahan pada saat anak berusia 6 tahun, maka pemberian imunisasi
dasar campak tambahan pada saat anak berusia 5-6 tahun tidak perlu diberikan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul.2009.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika.

IDAI.2008.Pedoman Imunisasi Di Indonesia.Jakarta: Satgas Imunisasi.

Marimbi, Hanum.2010.Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar


Pada Balita.Yogyakarta:Nuha Medika.

Proverawati, Atikah.2010.Imunisasi dan Vaksinasi.Yogyakarta:Nuha Offset.

Anda mungkin juga menyukai