Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa waktu terakhir, dalam peningkatan pelayanan birokrasi,


pemerintah mencanangkan untuk melaksanakan reformasi birokrasi. Hal
tersebut dapat terlihat dari terbitnya aturan-aturan mengenai bagaimana
pelaksanaan birokrasi dengan baik dan efisien. Seiring waktu, kita juga bayak
melihat kasus pelanggaran penyelenggaraan birokrasi yang tidak sesuai
dengan aturan yang telah dibuat. Persoalan etika dalam penyelenggaraan
birokrasi seringkali menjadi pertanyaan dalam kehidupan bernegara di
Indonesia.

Etika birokrasi berkaitan erat dengan moralitas dan mentalitas aparat


birokrasi dalam melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri yang
tercermin dalam fungsi pokok pemerintahan: fungsi pelayanan,
pengaturan/regulasi dan fungsi pemberdayaan masyarakat. Etika penting
dalam birokrasi, Praktek penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia
dewasa ini masih penuh dengan ketidakpastian biaya, waktu dan cara
pelayanan (Agus Dwiyanto, dkk., 2002 dalam Dt. Maani 2010).

Melihat realita yang terjadi saat ini, masih banyak aparat di lapangan
yang etika kerjanya perlu dipertanyakan,

Aturan demi aturan terus dibuat tapi hasil atau terapan dari aturan itu
tidak begitu berjalan sesuai dengan keinginan pada saat membuatnya.
Demikian pula, ditengah gelora pembangunan dunia ketiga, persoalan
persoalan etis yang berkenaan dengan interaksi antara neggara dan
masyarakat, antara para pejabat pemerintah, aministrator, dan birokrat dengan
warga negara. Itu semua membuktikan betapa pentingnya masalah masalah
etis dan moral dalam proses administrasi negara. Dalam sejarah telah dapat
disaksikan begitu banyak kisah negara negara yang gagal meningkatkan
kemakmuran masyarakat karena banyaknya penyelewengan atau negara
negara yang hancur karena pemerintahan yang korup.

Dengan melihat berbagai kemungkinan akibat korupsi hingga yang


paling buruk, tampaklah bahwa setiap saat korupsi bisa berubah menjadi
mahkluk buas dan rakus, tak kenal batas, sehingga siap meluluhlantakan
segala nilai-nilai moral-spiritual, dan tak lagimengenal umpamanya nilai-nilai
tanggung jawab pada kepentingan umum. Korupsi bisa terjadi di negara
berkembang maupun maju, tetapi terdapat pula negara yang berhasil
mengerem korupsi atau relatif dapat mencegah akibat-akibat korupsi lebih
jauh. Kesulitan utama bagi suatu negara dalam meredakan orupsi ialah
apabila itu sendiri telah menjadi bagian dari sejarah masyarakat yang
bersangkutan. Didalam sistem sosial yang masih terpengaruh sisa-sisa
feodalisme, upeti menjadi sumber utama korupsi yang sukar diubah.1

Bahaya korupsi sudah sangat meluas dalam kehidupan masyarakat yang


dari kalangan atas sampai dengan kalangan yang paling bawah. Oleh arena itu
cara untuk mencegah korupsi adalah dengan melakukan hal-hal yang positif
dan selalu sadar akan hukum, serta harus di bantu dengan etika dan ahklak
yang baik. Serta jadikan ketentuan –ketentuan peraturan perundang-
undangan sebagai pedoman atau pegangan untuk melakukan setiap usaha dan
kegiatan aparatur pemerintahan.

Lengkap tidaknya peraturan perundang-undangan bukan menjadi alasan


untuk menentukan baik buruknya pengelolaan keuangan negara. Sepanjang
adanya itikad baik dari pemimpin untuk membenahi pengelolaan keuangan
suatu institusi walaupun peraturan tidak lengkap dan tidak memadai akan
selalu membuahkan perbaikan. Karna iktikad baik adalah modal dasar yang
dilandasi oleh asas-asas dan prinsip-prinsip yang telah diterima secara
universal. oleh masyarakat dalam pergaulan hidup. Dan begitu pula asas-asas
dan prinsip-prinsip dalam pengelolaan keuangan negara tidak seluruhnya
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.2

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah mengenai


masalah korupsi yang mana sekarang ini sudah banyak menjerat para birokrat
dalam pemerintahan, makalah ini juga mengupas mengenai moral dan etika
dalam Administrasi Negara yang sudah menjadi pokok permasalahan dalam
makalah ini, juga sedikit mengenai pengaruh yang menimbulkan korupsi di
indonesia, dan upaya upaya yang akan dilaksanakan dalam mengatasi
masalah korupsi.

1
Wahyudi Kumorotomo,Etika Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Hlm 247
2
Surachmin dan Suhandi Cahaya, Strategi dan Teknik Korupsi, SINAR GRAFIKA. Jakarta,
2011, hlm. 110
Penulis akan menjelaskan tentang bagaimana caranya dalam mengelola
Administrasi Negara yang baik, yang bijaksana tentunya. Artinya seorang
pejabat pemerintah yang akan mengambil suatu kebijakan, tidak hanya
menentukan kelompok sasaran yang akan memperoleh manfaat dari
kebijakan tersebut tetapi juga kelompok yang lainnya juga harus ditentukan.

Ketatalaksanaan pemerintahan adalah sistem kerja dalam rangka


penyelesaian suatu pekerjaan yang didalamnya memuat tata kerja dan
prosedur kerja. Ketatalaksanaan sebagai upaya penetaan atau pengaturan
secara tertib dan teratur mengenai cara cara pelaksanaan seluruh tugas dan
fungsi dalam berbagai bidang kegiatan pemerintahan merupakan salah satu
aspek yang penting dalam penyelenggaraan Administrasi Negara.[4]3

C. Batasan Masalah

Dalam proses penulisan makalah ini penulis akan menjelaskan tentang


etika dari pada pejabat yang menjalankan tugas dan fungsinya dalam bidang
Administrasi negara. Ada beberapa masalah yang akan di bahas dalam
makalah ini yang tentunya akan berkaitan dengan etika dan moral, serta
permasalahan yang timbul karna tidak adanay etika dan moral seperti
terjadinya korupsi.

Selain itu ada juga akan di bahas mengenai pengaruh dan akibat dari
pada korupsi itu sendiri. Di indonesia sekarang itu kasus korupsi sudah
menjadi rahasia umum yang mana para pelaku korupsi itu addalah pejabat
yang bekerja dalam sistem pemerintahan khususnya dalam bidang
Administrasi negara. Selain itu penulis juga akan membahas mengenai cara
atau upaya upaya dalam mengatasi masalah yang sekarang ini kita hadapi
yaitu mengenai masalah korupsi dan juga mengenai sistem pemerintahan
yang baik, demi mengoptimalkan pembangunan dan penyelesaian kegiatan
pembangunan nasional, disini juga penulis akan membahas mengenai
kebijakan-kebijakan serta upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah korupsi.

D. Rumusan Masalah

3
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,Sistem Administrasi Negara Republik
Indonesia. Penerbit PT TOKO GUNUNG AGUNG. Jakarta. 1997. Hlm.1.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan
permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini dan akan menjadi bahan
belajar bagi penulis dan bagi siapa saja yang membutuhkan pengetahuan
yaitu sebagai berikut:

1. Berapa urgenkah etika bagi Birokrat ?


2. Upaya apa saja yang diperlukan untuk mengatasi masalah dalam bidang
Pelayanan Publik ?

E. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah :


1. Untuk mengetahui mengenai Seberapa pentingkah hukum tentang moral
bagi Administrasi Negara.
2. Untuk mengetahui mengenai Upaya untuk mengatasi masalah dalam
bidang pelayanan Publik.

F. Kegunaan Penulisan

Penulisan makalah ini akan di pergunakan sebagai bahan belajar bagi


penulis dan sebagai bahan bacaan bagi para pembaca, guna mengetahui
bagaimana peranan dan fungsi dari para pejabat negara yang bertugas dalam
bidang pengelolaan Administrasi negara yang baik.

Selanjutnya makalah ini sebagai bahan penilaian dalam hal melakukan


tugas yang diberikan oleh Dosen Etika Profesi. Dan juga sebagai proses
pembelajaran bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap sistem
pemerintahan di Indonesia yang disajikan dalam makalah ini sebagai bahan
pertimbangan antara teori dan praktik dalam sistem Administrasi Negara.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan landasan teori yang


berbicara mengenai etika dalam pemerintahan khususnya dalam bidang
Administrasi Negara. Penulis menggunakan dua referensi dalam menulis makalah
ini yaitu buku yang berbicara mengenai etika dan mengenai sistem dalam
Adminisrtasi yang baik.
Untuk pertama kalinya korupsi menjadi istilah yuridis dalam penguasa
Militer PRT / PM / 06 / 1957 tentang pemberantasan korupsi. Di dalam peraturan
ini, korupsi diartikan sebagai “ perbuatan-perbuatan yang merugikan keuangan
dan perekonomian negara”. Selanjutnya dirumuskan pula tindakan-tindakan yang
dapat dikategorikan sebagai korupsi. Pertama setiap perbuatan yang dilakukan
oleh siapapun juga untuk kepentingan sendiri.Kedua setiap perbuatan yang
dilakukan oleh seorang pejabat yang menerima gaji atau upah dari keuangan
negara ataupun dari suatu badan yang menerima bantuan dari negara atau daerah.4

Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian tindak pidana korupsi berbeda-


beda, diantaranya berpendapat bahwa korupsi adalah penyimpangan dari tugas
formal dalam kedudukan resmi pemerintah, bukan hanya jabatan eksekutif tetapi
juga legislatif, parpol, auditif, BUMN / BUMD hingga dilingkungan pejabat
sektor swasta. Menurut kamus bahasa Indonesia korupsi adalah penyelewengan
atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan
pribadi atau orang lain.5

B. Uraian Teori

Jika orang mendengar istilah korupsi, biasanya yang tergambar ialah adanya
seorang pejabat tinggi yang dengan rakus menggelapkan uang
pajak, mengumpulkan komisi, atau menggunakan uang negara lainnya bagi
kepentingan pribadi. Korupsi sebagian besar dikaitkan dengan penggelapan
sejumlah uang atau hal-hal yang bersifat material. Sesungguhnya pengertian
korupsi yang seperti ini sudah jauh lebih sempit dari pada pengertian awalnya.
Korupsi berasal dari kata latincorrumpere, corruptio, atau corruptus. Arti harfiah

4
Wahyudi Kumorotomo, 2008, Op_Cit, Hlm. 207-208
5
Surachmin dan Suhandi Cahaya, 2011, Op_Cit, hlm. 10.
dari kata ini adalah penyimpangan dari kesucian, tindakan tak bermoral,
kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran, atau kecurangan.6
Istilah korupsi di Indonesia pada mulanya hanya terkandung dalam
khazanah perbincangan umum untuk penyelewengan –penyelewengan yang
dilakukan pejabat-pejabat negara. Namun, karena pemerintah sendiri memandang
bahwa masalah ini bisa melongrong kelancaran tugas-tugas pemerintah dan
merugikan ekonomi negara, maka dirumuskan peraturan khusus tentang korupsi
sehingga pengertiaan korupsi kemudian tidak saja menjadi istilah dalam
perbincangan-perbincangan ringan tetapi juga dalam perbincangan masalah-
masalah kenegaraan.7

Tugas umum Pemerintahan adalah kegiatan yang secara rutin dilakukan


oleh Pemerintah pada umumnya dalam rangka pemberian pengayoman dan
pelayanan untuk mewujudkan ketertiban, ketentraman, dan kesejahteraan seluruh
rakyat. Dalam rangka fungsi pengayoman dan pelayanan tersebut tercakup tugas
pokok perumusan dan penetapan kebijaksanaan nasional. Dalam hubungannya
dengan tugas pembangunan, Pemerintah beerkewajiban dan mengutamakan
keterkibatannya dalam pemberian pengarahan, bimbingan dan penciptaan iklim
yang menggairahkan masyarakat untuk membangun serta menumbuhkembangkan
prakarsa, kreativitas, oto-aktifitas dan partisipasi masyarakat untuk membangun.

Kegalauan pikiran Rousseau mengenai relefansi moralitas bagi kemajuan


seni dan ilmu pengetahuan bisa dipahami jika kita melihat latar belakang sejarah
pada waktu itu. Pada permulaan abad ke-18, seni dan budaya di Prancis sudah
demikian maju jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Sikap-sikap
masyarakat tidak lagi terbelenggu oleh fatalisme dan ajaran-ajaran dogmatis.
Rasionalitas dijunjung tinggi dimana-mana. Namun, ditengah terdapat kenyataan
lain yang begitu kontradiktif . sementara itu ketidakadilan pemungutn pajak
tampak demikian mencolok. Kaum ningrat dibebaskan dari pajak, sedangkan
rakyat kecil yang umumnya kaum petani dikena pajak yang begitu tinggi. Maka
jelaslah bahwa kemajuan seni, ilmu pengetahuan , dan teknologi sama sekali tidak
dapat dijadikan sebagai jaminan atas kemajuan di bidang moralitas.8

Landasan hukum terhadap masalah Tindak Pidana Korupsi di Indonesia


diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut.

6
Wahyudi Kumorotomo,Etika Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2008,
hlm. 206.
7
Ibid, Hlm 207
8
Ibid, Hal 1-2
1. TAP MPR Nomor XI/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tanggal 29 Maret 1971 tentang
Pemberantas Tindak Pidana Korupsi (telah dicabut dan diganti dengan
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999) khusus berlaku untuk kasus-kasus
lama sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas Korusi, Kolusi, Nepotisme.

Kita tahu bahwa di negara Indonesia begitu banyaknya peraturan yang


mengatur mengenai tindak pidana Korupsi, tapi begitu banyak pula tindakan
Korupsi yang dilakukan oleh aparatur Pemerintahan. Peraturan yang dibuat sudah
memiliki kualitas yang sangat bagus dan mempunyai sangsi yang bisa dibilang
begitu berat, tapi selalu saja tindakan Korupsi tetap ada. Apa yang sebenarnya
dimaksud dengan Korupsi itu ? menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Korupsi
adalah penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau perusahaan dan
sebagainya untuk kepentingan pribadi atau orang lain.

Di dunia Internasional pengerian Korupsi berdasarkan Black Law


Dictionary. Suatu perbuatan yang dilakukan dengan sebuah maksud untuk
mendapatkan beberapa keuntungan yang bertentangan dengan tugas resmi dan
kebenaran-kebenaran lainnya. “ suatu perbuatan dari sesuatu yang resmi atau
kepercayaan seseorang yang mana dengan melanggar hukum dan penuh kesalahan
memakai sejumlah keuntungan untuk sirinya sendiri atau orang lain yang
bertentangan dengan tugas dan kebenaran-kebenaran lainnya.9

9
Surachmin dan Suhandi 2011. Op_Cit Hlm. 10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Urgensi Etika Bagi Birokrasi

Kegalauan pikiran Rousseau mengenai relefansi moralitas bagi


kemajuan seni dan ilmu pengetahuan bisa dipahami jika kita melihat latar
belakang sejarah pada waktu itu. Pada permulaan abad ke-18, seni dan
budaya di Prancis sudah demikian maju jika dibandingkan dengan negara-
negara lainnya.

Sikap-sikap masyarakat tidak lagi terbelenggu oleh fatalisme dan


ajaran-ajaran dogmatis. Rasionalitas dijunjung tinggi dimana-mana.
Namun, ditengah terdapat kenyataan lain yang begitu kontradiktif .
sementara itu ketidakadilan pemungutan pajak tampak demikian
mencolok. Kaum ningrat dibebaskan dari pajak, sedangkan rakyat kecil
yang umumnya kaum petani dikena pajak yang begitu tinggi. Maka
jelaslah bahwa kemajuan seni, ilmu pengetahuan , dan teknologi sama
sekali tidak dapat dijadikan sebagai jaminan atas kemajuan di bidang
moralitas.

Demikian pentingnya kedudukan Moralitas atau hukum Moral bagi


manusia sehingga dalam banyak hal kemajuan peradaban suatu bangsa
dapat diukur sejauh mana individu-individu dalam bangsa tersebut dapat
menjunjung tinggi nilai-nilai Moralitas. Mengenai pentingnya hukum-
hukum Moral bagi kehidupan manusia.
1. Hukum Moral sangat vital bagi Manusia
2. Hukum Moral bersifat Rasional dan Objektif.
3. Moralitas terdiri dari Hukum-hukum Universal.

Istilah dan pengertian yang dipakai dalam uraian diatas masih


mencampuradukkan istilah-istilah Moral, Etika, Moralitas, atau Hukum
Moral. Etika berasala dari bahasa Yunani:Ethos, yang artinya kebiasaan
atau watak, sedangkan Moral berasal dari bahasa Latin: mos
(jamak: mores) yang artinya cara hidup atau kebiasaan. Dari istilah itu
muncul pula istilah morale atau moril, tetapi artinya sudah jauh sekalii
dari pengertian asalnya. Moril berarti semangat atau dorongan batin.
Secara epistemologis, pengertian Etika dan Moral memiliki kemiripan.
Namun, sejalan dengan perkembngan ilmu dan kebiasaan
dikalangan cendikiawan, ada beberapa pergeseran arti yang kemudian
membedakannya. Etika cenderung dipandang sebagai suatu cabang ilmu
dalam filsafat yang mempelajari nilai-nilai baik dan buruk bagi manusia.
Dan Moral adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan
tindakan-tindakan yang baik sebagai “kewajiban “ atau “Norma”.10

B. Upaya Mengatasi Masalah Etika dalam Pelayanan Publik

Tingkat korupsi yang begitu tinggi dalam pengelolaan anggaran terjadi


secara berkesinambungan tanpa dapat dicegah oleh para pengendali dan
pengawas keuangan negara dikarenakan adanya beberapa penyebabnya yang
mendasar dan komprehensif.

Korupsi tersebut telah direncanakan sejak awal proses perencanaan


anggaran oleh masing-masing unit kerja pengelola kegiatan bekerja sama dan
melalui unit kerja perencanaan dan keuangan yang kemudian dilegalisir oleh
pemimpin instansi dengan sadar yang dituangkan dalam usulan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Perencanaan korupsinya dilakukan dengan
teknik yang sederhana yaitu untuk anggaran belanja menggelembungkan
(mark up)kegiatan baik kuantitas maupun kualitas mark up harga. Pengadaan
barang dan jasa, dimana harga barang dicantumkan lebih tinggi dari harga
pasaran disertai pula dengan kualitas barang yang lebih rendah dari standar.11

Dengan perencanaan korupsi yang matang dan berjalan mulus akan


menghasilkan korupsi kelas paus atau mega korupsi, otak pelakunya tidak
saja melibatkan si pengelola kegiatan mulai dari pelaksana sampai
pengambilan keputusan, tetapi juga melibatkan pihak penyedia anggaran
(Ditjen Anggaran) atau Biro Keuangan/BAPPEDA pada Pemerintahan
Provinsi atau Bagian Keuangan/BAPPEDA pada Pemerintahan
Kabupaten/Kota.12

Pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi publik melibatkan


banyak pihak. Oleh sebab itu, wajar apabila rumusan kebijakan merupakan
hasil kesepakatan antara warga pemilih para pemimpi politik, teknokrat,
birokrat, atau administrator, serta para pelaksana dilapangan. Akan tetapi,
administrasi publik pertanggungjawaban mengandung tiga konotasi yaitu:
1. Pertanggungjawaban Sebagai Akuntabilitas.
2. Pertanggungjawaban Sebagai sebab-akibat.

10
Wahyudi Kumorotomo, 2008. Op_Cit, Hlm. 9
11
Surachmin dan Suhandi Cahaya, 2011, Op_Cit hlm. 39-45.
12
Ibid. Hlm. 41
3. Pertanggungjawaban Sebagai Kewajiban.

Biar bagaimanapun program-program pembangunan yang merupakan


tugas utama negara bukan hanya Menyangkut segi-segi ekonomis tetapi juga
menyangkut segi yang paling dasar dari manusia adalah segi Moralitas.
Apabila acuan Moral tidak disertakan dalam menilai proses dan hasil
pembangunan, niscaya kita akan terjebak dengan anggapan bahwa usaha-
usaha yang absah maupun yang jahat itu sama saja jika ternyata
menguntungkan secara ekonomis. Maka salah satu cara untuk mencegah
nafsu Korupsi dari sisi psikologis adalah dengan mensosialisasikan nilai-nilai
Moral kepada pejabat-pejabat diseluruh jenjang Administrasi negara,
terutama yang menyangkut ideologi pengendalian diri. Dan dalam konsepsi
P4, gagasan pengendalian diri inilah yang memang menjadi pangkal tolak
penghayatan dan pengamalan Pancasila.

Dengan demikian, sikap hidup manusia yang mampu mengendalikan


diri dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
1. kepentingan pribadinya tetap diletakkan dalam kerangka kesadaran
kewajiban sebagai mahkluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
2. kewajiban terhadap masyarakat dapat dirasakan lebih besar dari
kepentingan pribadinya.

Begitu banyak teori yang digunakan untuk memberantass korupsi di


Indonesia dengan di bantu oleh berbagai lapisan lembaga yang berwenang,
tapi yang namanya Korupsi tetap saja bermunculan dan berkeliaran di Negara
ini. Kenapa Korupsi sampai sekarang tidak bisa diberantas ? begitu banyak
peraturan perUndang-Undangan yang berbicara mengenai tindak pidana
Korupsi dan seperti apa pencegahannya, tapi itu merupakan sesuatu yang sia-
sia.

Korupsi sudah begtu menjamur dalam kehidupan bermasyarakat


sehingga pemerintah sampai membuat suatu lembaga khusus untunk
menangani masalah Korupsi. Tapi tetap saja Korupsi selalu ada. Tampaklah
bahwa perkembangan situasi politik, sosial, dan budaya serta dinamika
masyarakat turut memengaruhi opini masyarkar tentang sistem pemerintahan
yang ideal. Akan tetapi, diatas semua Itu masih dapat ditemukan dasar-dasar
bagi sistem pemerintahan secara umum dianggap sebagai sistem
pemerintahan yang bik. Walaupun interprestasi dan pendapat individual
memengaruhi wujud pemerintahan yang didambakan oleh massyarakat,
namun landasan pemikiran yang dilandasi oleh sebagaian besar masyarakat
akan dapat dipakai sebagai pedoman. Tujuan rakyat dalam membentuk
negara ialah untuk dipergunakan sebagai sarana guna mencapai cita-cita yang
lebih tinggi yang semua itu terkandung dalam tujuan negara.13

Dengan demikian, tugas, fungsi dan peranan administrasi negara dalam


pembangunan adalah identik dengan tugas, fungsi serta peranan Pemerintah
negara itu sendiri, dan dilaksanakan oleh aparatur negara. Memperhatikan
tugas dan fungsi administrasi negara tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
keberhasilan pembangunan nasional sebagian besar ditentukan oleh
kemampuan administrasi negara. Keseluruhan kebijaksanaan dan strategi
baru jelas harus kita terjemhakan dalam sistem administrasi negara dan
rangkaian peraturan perundang-undangan yang menunjangnya. Kita harus
mempersiapkan jajaran administrasi negara dan rangkaian peraturan
perundang-undangan nasional yang tepat agar mampu secara terencana dan
teratur menghadapi peluang dan tantangan baru itu.14

Kita masih sering melihat di sebuah instansi Pemerintahan masih ada


beberapa yang sering meminta uang pelicin sebagai pendorong untuk
melakukan sesuatu lebih cepat dan itu sering dimintai oleh para pejabat itu
sendiri. Penulis sendiri pernah mengalami hal semacam itu, ketika penulis
meminta salinan putusan untuk pembuatan Tugas Akhir para pejabat instansi
tersebut meminta uang atau hadiah. Awalnya penulis hanya memberikan
Rp.20.000 tapi dari pejabat tersebut mengatakan mau atau tidak putusannya ?
dan dia meminta uang sebesar Rp. 50.000 . Ini merupakan suatu tindakan
yang dimana akan memicu timbulnya tindak pidana Korupsi. Dari hal seperti
ini maka sudah termasuk dalam tindakan Korupsi.

Peraturan yang terus dibuat oleh instansi yang berwenang untuk


mengatasi masalah dalam bidang administrasi tersebut hanya dianggap
sebagai suatu aturan yang biasa. Teori yang banyak berbicara mengenai
Tindak Korupsi dan bagaimana mengatasinya itu hanya sebagai bunga
kehidupan, karna praktek dan teori tidak sejalan beriringan. Teori hanya
tinggal teori, dan Praktek mempunyai banyak cara untuk melaksanakan
perbuatan itu.

Teori yang sering kita pelajari tidak akan sama dengan praktek di
lapangan, karna di lapangan segala cara akan dilakukan demi suatu
kebutuhan. Teori mengenai Moral telah banyak dipelajari, mengenai Etika,
tapi semua itu tidak begitu membantu untuk hilangnya suatu masalah dalam
administrasi negara. Hamya sebagian yang sadar akan hal itu, dan itu hanya

13
Wahyudi Kumorotomo, 2008, Op_Cit, Hlm. 318.
14
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1997,. Op_Cit, Hlm. 260.
terjadi pada golongan yang sangat kecil. Penerapan suatu kebijakan dari
seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam suatu instansi, karna kebijakan
tidak hanya di ucapkan dan harus dilaksanakan agar orang di sekitar kita
sadar dan mau melakukan perubahan. Tidak semua praktek di lapangan
berdasarkan teori yang di pelajari. Tapi, sering menggunakan cara yang lebih
mudah untuk menyelesaikan masalah, baik itu cara yang baik maupun cara
yang tidak baik. Seperti dalam teori tidak adanya uang pelicin untuk
menyelesaikan masalah, tetapi dalam praktek uang pelicin sering digunakan
sebagai sarana penyelesaian masalah dalam instansi pemerintahan.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari masalah yang sudah penulis kemukakan dalam makalah ini maka
ada beberapa kesimpulan yang penulis dapat dalam menjalankan sebuah
instansi pemerintahan, baik dalam teori maupun dalam praktek.
1. Eika dalam menjalankan roda pemerintaha itu sangat di butuhkan,baik
dari kalangan paling bawah sampai kalangan yang paling teratas. Moral
merupakan sesuatu yang menurut penulis sama seperti (obat anti virus),
yang bisa menangkal akan terjadinya suatu tindakan yang tidak
diinginkan oleh banyak orang. Moral merupakan sesuatu yang paling
dasar dari diri manusia yang kadang tidak muncul pada diri sseseorang
tanpa di ajarkan atau di latih. Artinya moral seseorang kadang kalah
dengan nafsu yang begitu besar, maka perlu adanya pelatihan atau
semacamnya.
2. Dalam pelayanan publik sering terjadi hal hal yang tidak diinginkan oleh
beberapa orang, seperti tindakan yang merugikan keuangan Negara dalam
menangani masalah-masalah seperti ini perlu adanya sesuatu yang bisa
untuk mengantisipasinya yaitu seperti Moral dan Etika sebaga upaya-
upaya yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam mengambil kebijakan.

B. Saran

Saran dari penulis adalah lebih mengedepankan Etika dalam pelayanan


public agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan keuangan Negara. Pendidikan
tentang kesadaran hak orang lain lebih di utamakan, Sebagai seorang pemimpin
dalam sebuah instansi khususnya dalam instansi Pemerintahan harus lebih jeli dan
lebih teliti dalam mengambil suatu kebijakan. Karna kadang sering kebijakan dari
seorang pimpinan ini yang membuat bawahannya bebas dalam melakukan
tindakan yang merugikan orang lain, serta pimpinan sendiri mengambil kebijakan
sesuai dengan keinginannya yang tidak berdasarkan peraturan-peraturan dalam
Undang-Undang maupun peraturan dalam instansi tersebut.
DAFTAR RUJUKAN

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Sistem Administrasi Negara


Republik Indonesia. Penerbit PT Toko Gunung Agung. Jakarta. 1997.

Surachmin dan Suhandi Cahaya, Strategi dan Teknik Korupsi, Sinar Grafika.
Jakarta, 2011.

Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2008.

Anda mungkin juga menyukai