1.
APR
14
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
Tangan mengepal
Berteriak
2. Diagnosa Keperawatan :
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1: teknik nafas
dalam
4. Tindakan Keperawatan :
Diskusikan dengan klien akibat negative (kerugian) cara yang dilakukan pada diri
sendiri, orang lain/keluarga, dan lingkungan
Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik : teknik
napas dalam
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak. Perkenalkan nama saya Tiwi, panggil saja Suster Tiwi. Saya adalah
mahasiswa dari POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III.
Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak
Nama Bapak siapa dan suka dipanggil apa? Baiklah mulai sekarang saya akan panggil Bapak
Jono saja, ya”
b. Evaluasi/validasi
“kalau boleh tahu, sudah berapa lama Bapak Jono di sini ? ApakahBapak Jono masih ingat
siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Bapak saat ini? Saya lihat Bapak sering
tampak marah dan kesal, sekarang Bapak masih merasa kesal atau marah ?”
c. Kontrak :
Topik
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang membuat Bapak Jono
marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Pak?”
Waktu
Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 15 menit saja?
Tempat
Bapak senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Bapak merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara di teras ruangan ini saja ya, Pak”
Tujuan
Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif yaitu dengan latihan
fisik 1 : teknik nafas dalam dan tidak menimbulkan kerugian untuk diri sendiri maupun
orang lain.
2. Fase Kerja
“Nah, sekarang coba Bapak ceritakan,Apa yang membuat Bapak Jono merasa marah? ”
Apakah sebelumnya Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
“Lalu saat Bapak sedang marah apa yang Bapak rasakan? Apakah Bapak merasa sangat
kesal, dada berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan ingin
mengamuk? ”
“Apakah dengan cara itu marah/kesalBapak dapat terselesaikan? ” Ya tentu tidak, apa
kerugian yang Bapak Jono alami?”
“Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Bapak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah Bapak dapat tersalurkan.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu? Namanya teknik napas dalam”
”Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan, maka Bapak berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan
–lahan melalui mulut”
“Ayo Pak coba lakukan apa yang saya praktikan tadi, bapak berdiri atau duduk dengan
rileks tarik nafas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. “
“ Nah.. Bapak Jono tadi telah melakukan latihan teknik relaksasinafas dalam, sebaiknya
latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul Bapak sudah terbiasa melakukannya”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif
Obyektif
”Coba Bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak marah, lalu apa yang Bapak
rasakan dan apa yang akan Bapak lakukan untuk meredakan rasa marah”. Coba
tunjukan pada saya cara teknik nafas dalam yang benar.
Topik :
“ Nah, Pak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih ada cara yang
bisa digunakan untuk mengatasi marah Bapak. Cara yang ke-2 yaitu dengan teknik
memukul bantal .
Waktu :
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana kalau 15 menit lagi
saja?
Tempat :
“Kita latihannya dimana, Pak? Di teras ruangan ini saja lagi , Pak”. “ok, Pak.
Geplaas 14th April 2013 deur tiwi sapitrii
Laai