Anda di halaman 1dari 13

a. Mengapa dilakukan pemeriksaan terhadap sampel makanan, sisa muntahan dan tinja?

b. Bagaimana mekanisme kerja oralit

MEKANISME AKSI
- Meningkatkan absorpsi air dan elektrolit '- mengganti elektrolit yang hilang '- karena
mengandung basa (alkalising agent), maka dapat mencegah asidosis.5 '- karena sedikit hipo-
osmolar, maka Oralit dapat mencegah kemungkinan terjadinya induksi diare osmosis.3

c. Mengapa sebagian siswa tak kunjung sembuh setelah diberi oralit? Cara penanganan dan
penyebab dari kondisi yang tidak membaik
Hampir semua dari kita tentu pernah merasakan bagaimana rasanya sakit diare. Diare termasuk
penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease). Diare menurut WHO adalah
keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi 3X atau lebih perhari dengan atau tanpa darah
atau lendir dalam tinja. Penyakit diare bisa menyerang tubuh kita hingga beberapa hari. Bahkan jika
sudah masuk fase akut atau parah, bisa sampai 3-14 hari. Penyakit diare bermacam-macam antara
lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter,
dan Escherichia coli ) serta infeks oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti Kriptosporidiosis,
Mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo(CMV) yang merupakan
penyebab kolitis. Penyebab lain : diare juga dapat menyebabkan efek samping dari anti biotik yang
di gunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile ).

Diare juga dapat di sebabkan oleh ketidak mampuan mencerna produk susu (intoleransi laktosa),
oleh masalah pankreas, atau oleh stres emosional. Pada stadium akhir infeksi HIV, diare di
perkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi,
serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang
berhubungan dengan HIV. Diare yang lebih satu bulan di curigai adalah salah satu ciri gejala
penyakit HIV/AIDS. Selain gejala sariawan di mulut, pembesaran getah bening di kelenjar leher dan
ketiak tetapi sebagian besar Odha harus menghadapi diare – mencret, berkai-kali, BAB secara terus
menerus akibat sistem pencernaan yang tidak sehat – pada beberapa titik dalam kehidupan mereka
dan untuk beberapa dari kita ‘masalah BAB’ ini adalah bagian dari hidup sehari-hari. Bahwa Odha
lebih mungkin mengalami diare 7x dalam seminggu di bandingkan orang HIV – negatif, dan bahwa
diare berdampak pada mutu hidup secara bermakna dan efek samping pada kesehatan akibat diare
berat – dehidrasi, kurang gizi dan bahkan kegagalan pengobatan ART karena malabsorpsi (kegagalan
penyerapan ) kronis – artinya perlu perhatian secara mendesak.

Beberapa cara penggulangan diare antara lain :

1. Jaga hidrasi dengan elektrolit yang seimbang. Ini merupakan cara paling sesuai di kebanyakan
kasus diare, bahkan disentri

2. Mencoba makan lebih sering tapi dengan porsi yang lebih sedikit, prekuensi teratur, dan jangan
makan atau minum terlalu cepat.

3. Cairan intravenous

4. Terapi rehidrasi oral : Meminum solusi gula/garam.

5. Menjaga kebersihan dan isolasi

Penyebab ketidak-normalan tersebut bermacam-macam. Diantaranya adalah :

 Racun dari makanan atau minuman.


 Rasa yang merangsang usus dan menyebabkan iritasi, seperti rasa asam dan pedas.
 Infeksi, baik oleh virus maupun bakteri.
 Makanan yang sulit dicerna, seperti daging setengah matang. Bahkan pada beberapa
orang yang kekurangan enzim laktase, biasanya anak-anak, susu dapat menyebabkan
diare.
 Ketidak seimbangan flora usus. Hal ini terjadi misalnya karena minum antibiotik.
 Kecemasan, stres dan lain sebaginya.
d. Gejala keracunan yang lebih spesifik?

e. Derajat dehidrasi pada orang diare? Apa resiko diare yang terlalu pekat?
Ada 3 derajat dehidrasi pada diare:
f. Mekanisme dan cara penanganan keracunan pada infeksi dan intoksikasi?

Secara umum penyakit-penyakit karena patogen asal pangan dapat digolongkan


menjadi dua kelompok, yaitu infeksi dan intoksikasi. Infeksi adalah penyakit asal pangan
yang paling banyak diketahui dan telah lama dipelajari. Infeksi terjadi karena masuknya
patogen hidup seperti virus, bakteri, protozoa, cacing melalui bahan pangan. Patogen yang
berhasil bertahan melalui asam lambung dan mencapai usus akan berusaha untuk memulai
komunitas barunya dengan berbagai mekanisme yang dimiliki oleh masing-masing patogen
tersebut. Beberapa bakteri sebenarnya tidak tahan dengan pH lambung, akan tetapi jika
terdapat dalam jumlah besar pada makanan atau terlindung oleh kandungan lemak yang
tinggi pada makanan, maka sebagian dari bakteri yang berhasil mencapai usus akan berusaha
hidup, dan pada saat yang bersamaan mengganggu kesehatan inang (manusia) yang
ditumpanginya dengan berbagai cara. Sedangkan untuk intoksikasi adalah penyakit yang
disebabkan oleh masuknya toksin melalui bahan pangan ke dalam tubuh. Toksin dalam bahan
pangan dapat berupa toksin secara alami terdapat dalam bahan pangan tersebut, toksin yang
dihasilkan bakteri atau kapang, toksin lingkungan, atau toksin dari penggunaan pestisida.
Peristiwa intoksikasi oleh produk bakteri berbeda dengan mekanisme terjadinya
infeksi. Dalam hal intoksikasi pangan oleh toksin bakteri, maka bakterinya tidak harus
terdapat dalam bahan pangan. Beberapa jenis bakteri yang tumbuh dan berkembang biak
dalam makanan dapat membentuk toksin dan ketika makanan tersebut ditelan maka toksin
tersebut dapat mengganggu kesehatan. Toksin yang dihasilkan bakteri dapat berupa toksin
emetik (seperti yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus ),
toksin penyebab diare ( B. cereus ), sampai kepada toksin yang menyerang sistem syaraf
seperti botulin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum.
Botulin adalah toksin bakteri yang paling mematikan yang dapat terbentuk pada
makanan kalerng yang tidak diproses dengan benar atau dengan pemanasan yang cukup.
Bakteri penghasil toksin ini banyak terdapat di tanah, dan mungkin mencemari hasil
pertanian maupun peternakan. Sifat bakteri ini yang anaerob obligat mengakibatkannya dapat
tumbuh dan berkembang biak dalam makanan kaleng. Oleh karenanya proses pengalengan
panas yang benar umumnya dilaksanakan berdasarkan konsep 12 D artinya mampu
membunuh 10 12 sel C. botulinum , jumlah yang terlalu tinggi untuk mungkin terdapat dalam
bahan makanan.
Intoksikasi dapat pula disebabkan oleh berbagai toksin kapang (mikotoksin) yang
terbentuk dalam bahan pangan yang dicemari oleh kapang yang sehari-hari sering disebut
sebagai jamur. Biji-bijian yang tidak dipanen pada waktu yang tepat, dikeringkan secara asal-
asalan atau disimpan dengan baik mungkin mengundang pertumbuhan kapang. Jika tersedia
gizi, air dan suhu yang tepat maka kapang tersebut membentuk metabolit sekundernya berupa
toksin. Toksin kapang, yang umumnya bukan merupakan protein ini, sangat tahan panas dan
diperlukan suhu yang amat tinggi seperti 150-200 o C untuk memusnahkannya. Salah satu
mikotoksin yang paling banyak diketahui karakeristiknya adalah aflatoksin yang dihasilkan
oleh Aspergillus flavus.
Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan untuk menangani kasus keracunan
makanan:
a. Pemberian obat anti muntah & diare.
b. Bila terjadi demam dapat juga diberikan obat penurun panas.
c. Antibiotika jarang diberikan untuk kasus keracunan makanan. Karena pada beberapa kasus,
pemberian antibiotika dapat memperburuk keadaan. Hanya pada kasus tertentu yang spesifik,
antibiotika diberikan untuk memperpendek waktu penyembuhan.
d. Bila mengalami keracunan makanan karena jamur atau bahan kimia tertentu (pestisida).
Penanganan yang lebih cepat harus segera diberikan, termasuk diantaranya pemberian cairan
infus, tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa ataupun pemberian penangkal racunnya
seperti misalnya karbon aktif. Karena kasus keracunan tersebut sangat serius, sebaiknya
penderita langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Mekanisme Intoksikasi Bakteri Clostridium botulinum
Bakteri Clostridium botulinum ditemukan dimana-mana, dalam tanah, sedimen didasar laut,
usus dan kotoran binatang. Clostridium botulinum adalah bakteri anaerobik, gram positif,
membentuk spora, berbentuk batang dan relatif besar. Spora bakteri dapat terhirup atau termakan,
atau dapat menginfeksi luka terbuka. Walaupun demikian bakteri dan sporanya tidak berbahaya.
Gejala botulism disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri tersebut. Toksin botulism
merupakan toksin yang berbahaya, dengan dosis mematikan 200-300 pg/kg, yang berarti bila
melebihi 100 gram dapat membunuh setiap manusia didunia (Bayrak and Tilky, 2006).
Clostridium botulinum menghasilkan suatu intoksikasi klasik. Pertumbuhan organisme ini
dalam bahan pangan menghasilkan racun yang cukup kuat dan bersifat mematikan. Gejala gejala
keracunan akan tamapak dalam jangka waktu 24-72 jam setelah makan racun tersebut dan sebagai
tanda pertama adalah lesu, sakit kepala dan pusing. Diare akan terjadi pada permulaan tetapi
akhirnya penderitaan tidak dapat buang air (konstipasi). Sistem syaraf pusat terganggu dan terjadi
pula gangguan pada penglihatan, pada akhirnya slit berbicara yang disebabkan kelumpuhan pada
otot tenggorokan. Kematian dapat terjadi oleh karena pusat pernafasan mengalami kelumpuhan.
Tingkat kematian sangat tinggi (kira kira 50%) dan hal ini dapat dikurangi jika antitoksin dapat segera
diberikan (Buckle et al., 1987).
Clostridium botulinum memiliki waktu inkubasi sekitar 12-36 jam atau lebih lama atau lebih
pendek. Gejala-gejala yang timbul adalah gangguan pencernaan akut yang diikuti oleh pusing-pusing
dan muntah-muntah, bisa juga diare, lelah, pening dan sakit kepala. Gejala lanjut konstifasi, double
dision, kesulitan menelan dan berbicara, lidah membengkak dan etrtutup, beberapa otot lumpuh,
dan kelumpuhan bisa menyebar ke hati dan salutan pernafasan. Kematian bisa terjadi dalam waktu
tiga sampai enam hari. Bahan pangan yang potensial dicemari oleh Clostridium botulinum adalah
makanan kaleng dengan pH > 4-6 (Siagian, 2002).

2.4 Mekanisme Intoksikasi Bakteri Staphylococcus aureus


Keracunan karena bahan pangan yang tercemar Staphylococcus aureus kebanyakan
berhubungan dengan produk bahan pangan yang telah dimasak terutama yang dikelola oleh
manusia seperti daging dan ayam yang telah dimasak, udang kupas yang dimasak, ham, bacon, lunch
meats dan produk-produk susu seperti kue-kue krim, custard pies dan keju. Gejala-gejala keracunan
bahan pangan yang tercemar oleh Staphylococcus areus adalah bersifat intoksikasi. Pertumbuhan
organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun interoksin, dimana apabila termakan dapat
mengakibatkan serangan mendadak yaitu kekejangan pada perut dan muntah-muntah yang hebat.
Diare dapat juga terjadi. Pertumbuhan organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun yang
cukup kuat dan bersifat mematikan. Untuk menghasilkan enterotoksin yang cukup dalam produk
untuk bersifat meracuni dibutuhkan kira-kira 106 sel/g (Buckle et al., 1987).
Beberapa jenis enterotoksin dari Staphylococcus aureus stabil pada suhu mendidih,
berkembang biak di dalam makanan yang tercemar dan menghasilkan toksin. Keracunan makanan
relative lebih sering tersebar luas dan merupakan salah satu jenis intoksikasi akut akibat makanan
yang paling sering terjadi di Amerika serikat. Yang berperan sebagai reservoir adalah manusia,
kadang-kadang sapi dengan infeksi kelenjar susu berperan sebagai reservoir dan juga dapat anjing
dan burung. Penularan terjadi karena mengkonsumsi produk makanan yang mengandung
enterotoksin Staphylococcus. Makanan yang sering tercemar adalah makanan yang sering diolah
dengan tangan, yang tidak segera dimasak dengan baik ataupun karena proses pemanasan atau
penyimpanan yang tidak tepat. Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan tercemar
sampai dengan timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai dengan 8 jam,
biasanya berkisar antara 2-4 jam (Kandun, 2000).

2.5 Mekanisme Infeksikasi Bakteri Salmonella sp


Salmonella sp. Merupakan bakteri berbahaya yang dapat mencemari susu. Bakteri tersebut
dikeluarkan dari saluran pencernaan hewan atau manusia bersama dengan feses. Oleh karena itu,
produk yang berasal dari peternakan rentan terkontaminasi Salmonella sp. Patogenesis Salmonella
sp. Saat ini belum diketahui dengan pasti, namun dapat menimbulkan infeksi bersifat invasive
dengan cara menembus sel-sel epitel usus dan merangsang terbentuknya sel-sel radang. Salmonella
sp. Juga berpotensi menghasilkan toksin yang bersifat tidak tahan panas (Suwito, 2010).
Keracunan pangan karena Salmonella terutama berhubungan dengan daging sapi dan ayam
yang baru dimasak yang oleh karena sesuatu hal telah dimasak kurang sempurna dan salah
pengelolaannya sebelum dikonsumsi. Siklus dari penularan keracunan bahan pangan yang tercemar
Salmonella dapat digambarkan seperti berikut :

Organisme-organisme dikeluarkan ke dalam alam sekeliling melalui kotoran (faeces) dimana bahan
pangan dan air akan tercemar olehnya dengan perantara udara. Rantai penularannya adalah:
manusia – bahan pangan (air) – manusia. bakteri-bakteri ini sangat infektif, yaitu hanya dengan
sejumlah kurang dari 100 sel cukup untuk menimbulkan penyakit. Oleh karena dosisi infeksinya
cukup rendah, maka umumnya tidak diperlukan perkembangbiakan sel dalam bahan pangan untuk
menjadi berbahaya, walaupun perkembangbiakan dapat terjadi. Salmonella penyebab gastroentritis
ditandai dengan gejala-gejala yang umumnya nampak 12-36 jam setelah makan bahan pangan yang
tercemar. Gejala-gejala tersebut adalah berak-berak, sakit kepala, muntah-muntah dan demam dan
dapat berakhir 1-7 hari. Tingkat kematian kurang dari 1%, tetapi jumlah ini meningkat pada anak-
anak, orang tua atau orang yang lemah. Tempat terdapatnya mikroorganisme ini adalah pada alat-
alat pencernaan hewan, burung baik yang sudah diternakan atau yang masih liar (Buckle et al.,
1987).

2.6 Mekanisme Infeksikasi Bakteri Bacillus cereus


Bakteri ini adalah gram positif berbentuk batang, bergerak, dapat membentuk spora,
bersifat fakultatif anaerob dan tersebar secara luas dalam tanah dan air. Sampai akhir akhir ini
bakteri tersebut tidak digolongkan sebagai patogenik, akan tetapi sejumlah keracunan karena bahan
pangan yang berhubungan dengan daging, susu, rempah dan nasi goreng ditemukan tercemar oleh
banyak sel sel bacillus cereus. Survei tentang kejadian yang sehubungan dengan organisme ini dalam
bahan pangan menunjukan suatu frekuensi yang tinggi pada bahan pangan kering seperti serealia,
rempah rempah dan susu bubuk (tepung susu). Susu yang sudah dipasteurisasi dapat juga
mengandung bacillus cereus. Kemampuan membentuk spora memungkinkan mikroorganisme ini
tetap hidup pada operasi pengolahan dengan pemanasan. Gejala gejala dari keracunan baha pangan
yang tercemar oleh bakteri ini termasuk diare, sakit perut dan kadang muntah muntah, tetapi ini
belum jelas apakah ini merupakan suatu bentuk keracunan bahan pangan yang bersifat intoksikasi
atau infeksi (Buckle et al., 1987).
Infeksi oleh bakteri ini ditandai dengan adanya serangan mendadak berupa mual, muntah-
muntah, ada juga disertai dengan kolik dan diare. Lamanya sakit umumnya tidak lebih dari 24 jam
dan jarang sekali menimbulkan kematian. Ada 2 jenis enterotoksin yang dikenal, pertama yaitu
enterotoksin tahan panas (heat stable) yang menyebabkan muntah-muntah, dan jenis lainnya adalah
enterotoksin yang tidak tahan panas (heat labile) yang menyebabkan diare. Bacillus cereus ada
dimana-mana di dalam tanah dan dilingkungan sekitar, biasanya ditemukan pada bahan makanan
mentah, makanan kering, dan makanan olahan. Cara penularannya adalah karena mengkonsumsi
makanan yang disimpan pada suhu kamar setelah dimasak, yang memungkinkan kuman
berkembangbiak. Kejadian luar biasa (KLB) yang disertai muntah-muntah sering terjadi setelah
makan nasi yang disimpan pada suhu kamar sebelum dipanaskan kembali. Masa inkubasi berkisar
antara 1 sampai dengan 6 jam, sedangkan pada distribusi penyakit dimana gejala yang menonjol
adalah diare masa inkubasi berkisar 6 sampai 24 jam (Kandun, 2000).

g. Bagaimana cara merusak bakteri, virus dan jamur?


h. Penyebab infeksi bakteri, virus dan jamur?
i. Perbedaan gejala antara toksisitas infeksi dan intoksikasi dan cara penanganannya?
j. Karakteristik, konsep dan durasi infeksi antara bakteri, virus dan jamur?
k. Fungsi oralit? Dapat menghambat enzim, enzim apa yang dimaksud?
l. Bakteri yang menginfeksi pencernaan?

1. Staphylococcus

Staphylococcus sebenarnya adalah bakteri tidak berbahaya dan umum ditemukan dalam tubuh
manusia. Namun, terdapat beberapa spesies Staphylococcus yang menyebabkan infeksi seperti
Staphylococcus aureus yang menyebabkan penyakit kulit serius.

2. Streptococcus

Bakteri lain yang umum ditemukan pada tubuh manusia adalah Streptococcus.

Beberapa spesies bakteri ini menyebabkan berbagai penyakit seperti pneumonia, radang
tenggorokan, meningitis, serta fasciitis necrotizing.

Streptococcus adalah bakteri Gram-positif berbentuk bola. Mereka tumbuh dalam rantai atau
berpasangan.

3. Haemophilus influenzae

Bakteri ini sebelumnya dikenal sebagai Bacillus influenzae atau bacillus Pfeiffer. Haemophilus
influenzae adalah bakteri Gram-negatif berbentuk batang.

Organisme ini umumnya merupakan bakteri aerobik, tetapi dapat bertahan sebagai anaerob
fakultatif.

Haemophilus influenzae adalah patogen oportunistik yang dapat bertahan dalam inang tanpa
menyebabkan infeksi.

Namun, ketika sistem kekebalan tubuh melemah, bakteri ini mampu menginfeksi dan menyebabkan
penyakit.

Haemophilus influenzae dikenal menyebabkan berbagai penyakit seperti meningitis bakteri,


pneumonia, selulitis, osteomyelitis, arthritis menular, infeksi telinga, konjungtivitis, dan sinusitis
pada anak-anak.

4. Escherichia coli
Bakteri ini merupakan penghuni sistem pencernaan dan dapat menyebabkan diare berat dan
keracunan makanan.

E. coli merupakan bakteri Gram-negatif berbentuk batang dan menghuni usus bagian bawah semua
hewan berdarah panas, termasuk manusia.

Strain E.coli umumnya tidak berbahaya, namun strain tertentu dapat menyebabkan keracunan
makanan.

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi E. coli diantaranya adalah gastroenteritis, meningitis, infeksi
saluran kemih, septikemia, dll.

5. Helicobacter pylori

Ini adalah bakteri paling umum yang menyebabkan radang perut.

Helicobacter pylori adalah balteri Gram-negatif. Penyakit yang disebabkannya antara lain gastritis,
ulkus lambung, serta terkait dengan perkembangan kanker perut serta ulkus duodenum.

6. Salmonella

Bakteri yang ditularkan melalui makanan ini menyebabkan diare dan keracunan makanan.

Salmonella adalah bakteri Gram-negatif berbentuk batang dan memiliki alat gerak berupa flagela.

Bakteri ini ditemukan pada hewan berdarah dingin dan berdarah panas, termasuk manusia.

Salmonella diketahui menyebabkan demam tipus, demam paratifoid, serta berbagai penyakit lain
yang ditularkan melalui makanan.

m. Bagaimana menguji sampel dan memperlakukan sampel? (apa saja yang diuji)

Jenis sampel antara lain :


1. Darah : sampel darah yang diambil dibagi 2, masing masing minimal 5 ml
2. Urin : Semua urin yang didapat harus diambil
3. Muntahan atau bilasan lambung : Semua cairan harus diambil
4. Sisa makanan
5. Sisa minuman
6. Bahan bahan makanan yang dicurigai
7. Air (Sumur, sungai, kolam, dll)
8. Organ organ hasil autopsy dari korban yang meninggal diperkirakan keracunan
pestisida.
Khusus untuk pengambilan specimen penderita kasus keracunan makanan harus dilakukan
secepatnya, karena beberapa mikroorganisme pathogen penyebab keracunan makanan
terdapat dalam mukosa usus hanya beberapa hari sesudah gejala penyakit timbul.
Dalam pengambilan sampel akibat keracunan, diperlukan juga barang bukti lainnya untuk
dapat mendukung hasil pemeriksaan laboratorium

CARA PENANGANAN SAMPEL / BAHAN :


Pengambilan dan pemilihan sampel/barang bukti yang dicurigai :
Sampel harus memenuhi syarat :
a. Sampel yang dicurigai betul betul dapat mengganggu kesehatan seseorang
bahkan dapat menimbulkan kematian.
b. Jumlahnya cukup banyak, terutama pada kasus keracunan kimia ataupun
keracunan bakteri.
Untuk pemeriksaan kimia:
1. Sampel padat sekurang kurangnya 25 gram (Untuk kasus keracunan bongkrek
sekurang kurangnya 50 gram)
2. Sampel cair sekurang kurangnya 40 – 50 ml
3. Sampel air sekurang kurangnya 1 liter.
Untuk pemeriksaan Mikrobiologi :
1. Sampel padat sekurang kurangnya 200 gram
2. Sampel cair sekurang kurangnya 200 ml
3. Sampel cair sekurang kurangnya 100 ml

Penyimpanan sampel / barang bukti yang dicurigai :


Mengingat bahwa tidak semua barang bukti dapat segera dibawa ke laboratorium (terlebih
tempat tempat yang jauh letaknya dari labolratorium ), serta menjaga supaya barang barang
tidak rusak, maka haruslah diperhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Penyimpanan spesimen / sampel dijaga agar tidakk tercemar atau terjadi
kontaminasi silang
b. Wadah barang bukti : (Lihat butir E.1. Alat).
c. Wadah haruslah cukup besar, kira kira 1/3 kali lebih besar dari jumlah barang
bukti
d. Untuk menjaga agar barang bukti tidak berubah atau dapat ditumbuhi kuman
kuman/jamur jamur yang dapat merubah atau mempengaruhi barang barang
bukti, maka ada 2 cara :
1. Diberi bahan pengawet :
a. Volume sebaiknya sama banyak atau bisa juga dengan perbandingan antara
sampel / barang bukti dan pengawet, yaitu 1 : 2.
b. Jenis jenis pengawet (lihat butir E.2 Reagen).
c. Sisa sisa bahan makanan dan minuman sebaiknya tanpa bahan pengawet,
yaitu dengan dibungkus/ditaruh dalam kantung plastic. Tertutup rapat supaya tidak
mendapat pengaruh luar yang dapat mengubah komposisi.
2. Atau ditaruh pada suhu 0 0C – 5 0C (Lemari es / termos es).
Catatan : Bila memakai bahan pengawet, harus pula dikirim contoh bahan
pengawet untuk pembanding. apabila perlu, konsul dengan dokter untuk
penggunaan bahan pengawet yang tepat )
e. Tutup harus betul betul rapat/tidak bocor
f. Sebaiknya tiap tiap jenis barang bukti ditaruh pada tempat tempat tersendiri dan jangan
dicampur dengan barang barang yang lain.
Spesimen urin: mulut uretra dibersihkan dengan sabun bilas sampai bersih
Labia minora dibersihkan dulu merenggangkannya pada waktu kencing dan dikeringkan
Sampel muntahan: muntahan yang dikeluar ditampung. Bila muntahan belum sempat
ditampung, gunakan tempat steril untuk mengumpulkan muntahan tsb atau ambil sisa
makanan sebagai sampel
Spesimen tinja : sampel berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan sampel dapat
diperoleh dari pemeriksaan colok dubur. Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih,
kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan
lebamudah dan bermulut lebar

Anda mungkin juga menyukai