kurang, kontraksi yang terus-menerus; meningkat; atau berlangsung dalam waktu lama, asam laktat
yang meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang berkurang.
Telah diketahui bahwa kelelahan otot merupakan ketidakmampuan otot untuk berkontraksi
secara cepat dan kuat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan otot. Berikut adalah
pembahasan tentang penyebab-penyebab dari kelelahan otot tersebut:
1. Pengososan ATP-CP
ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk resintesa protein secepatnya. Jika
ATP dan PC digunakan untuk kontraksi terus maka terjadi pengosongan fosfagen intraselular
sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain itu ada peningkatan konsentrasi ion H+ di dalam
intraselular yang diakibatkan penumpukan asam laktat.
Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama (30 menit – 4 jam). Karena
pengosongan glikogen demikian hebat, maka menyebabkan kelelahan kontraktil. Faktor lain
penyebab kelelaha, antara lain:
Terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat telah lama
dicurigai. Penumpukan asam laktat pada intramuscular dengan menurunnya puncak tegangan
(ukuran darikelelahan pabila rasio asam laktat pada otot merah dan otot putih meningkat,
puncak tegangan otot menurun. Jadi bisa diartikan bahwa besarnya kelelahan pada serabut-
serabut otot putih berhubungan dengan besarnya kemampuan mereka untuk membentuk asam
laktat. Pendapat bahwa penumpukan asam laktat menyertai didalam proses kelelahan
selanjutnya diperkuat oleh fakta dimana dua mekanismesecara fisiologi yang karenanya asam
laktat menghalang-halangi fungsi otot. Kedua mekanisme tersebut tergantung kepada efek
asam laktat pada pH intra selular atau konsentrasi ion hydrogen (H). Dengan meningkatnya
konsentrasi ion H menghalangi proses rangkaian eksitasi, oleh menurunnya sejumlah Ca yang
Karena ATP merupakan sumber energi secara langsung untuk kontraksi otot, dan PC
mengakibatkan kelelahan. Bahwa kelelahan tidak berasal dari rendahnya fosfagen didalam
otot . Penelitian terhadap otot katak yang dipotong pada otrot sartoriusnya. Sebagai contoh,
telah diingatkan bahwa selama kegiatan kontraksi, konsentrasi ATP didaerah miofibril
mungkin lebih berkurang daripadadalam otot keseluruhan. Oleh karena itu, ATP menjadi
terbatas didalam mekanisme kontraktil, walaupun hanya terjadi penurunan yang moderat dari
jumlah total ATP didalam otot. Kemungkinan yang lain adalah bahwa hasil energi didalam
pemecahan ATP lebih sedikit dari jumlah ATP yang tersedia didalam batas-batas untuk
kontreaksi otot. Alasan dari penurunan ini mungkin dihubungkan dengan peningkatan
konsentrasi ion H dalam jumlah kecil sampai besar didalamintraseluler, dan merupakan
Seperti halnya dengan asam laktat dan kelelahan , hubungan sebab akibat antara
pengosongan glikogen ototdan kelelahan otot tidak dapat ditentukan dengan tegas . Faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan kelelahan selama periode latihan yang lama .
hati. Kelelahan otot lokal disebabkan karena pengosongan cadangan glikogen otot.
Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya enzim fosforilase,
fosfat anorganik melepaskan sisa glukose non mereduksi ujung dalam satu persatu untuk
menghasilkan D-glukose fosfat 1-fosfat. Proses glikogenolisis merupakan proses pemecahan
glikogen yang berlangsung lewat jalan yang berbeda, tergantung pada proses yang
mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar, tetapi jarang
apabila ada molekul tersebut dipecah secara sempurna. Meskipun pada hewan, glikogen tidak
pernah kosong sama sekali. Inti glikogen tetap ada untuk bertindak sebagai aseptor bagi
glikogen baru yang akan disintesis bila diperoleh cukup persediaan karbohidrat. Sekitar 85%
D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk glukose bebas.
Proses pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya untuk memulihkan
glukosa di dalam darah (glikogenolisis) atau dengan bekerja bersama ginjal, mengkonversi
metabolit non karbohidrat seperti laktat, gliserol dan asam amino menjadi glukosa. Upaya
untuk mempertahankan glukosa dalam konsentrasi yang memadai di dalam darah sangat
penting bagi beberapa jaringan tertentu, glukosa merupakan bahan bakar yang wajib tersedia,
misalnya otak dan eritrosit.
Proses dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asam laktat.
Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dinamakan jalur Embeden-
Meyerhof. Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi dalam dua
fase. Pada fase pertama glukosa diubah menjadi triosafosfat dengan proses fosforilasi. Fase
kedua dimulai dari proses oksidasi triosafosfat hingga terbentuk asam laktat. Perbedaan
antara kedua fase ini terletak pada aspek energi yang berkaitan dengan reaksi-reaksi dalam
kedua fase tersebut.
Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui piruvat setelah glikolisis. Pada organisme
aerobik, glikolisis menyusun hanya tahap pertama dari keseluruhan degradasi aerobik
glukosa menjadi CO2 dan H2O. Piruvat yang terbentuk kemudian dioksidasi dengan
melepaskan gugus karboksilnya sebagai CO2, untuk membentuk gugus asetil pada asetil
koenzim A. Lalu gugus asetil dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O oleh siklus asam
sitrat, dengan melibatkan molekul oksigen. Lintas inilah yang dilalui piruvat pada hewan
aerobik sel dan tumbuhan.
Glukosa dimetabolisasi menjadi piruvat dan laktat di dalam semua sel mamalia melalui
lintasan glikolisis. Glukosa merupakan substrat yang unik karena glikolisis bisa terjadi dalam
keadaan tanpa oksigen (anaerob), ketika produk akhir glukosa tersebut berupa laktat.
Meskipun demikian, jaringan yang dapat menggunakan oksigen (aerob) mampu
memetabolisasi piruvat menjadi asetil koenzim A, yang dapat memasuki siklus asam sitrat
untuk menjalani proses oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O dengan melepasan energi
bebas dalam bentuk ATP, pada proses fosforilasi oksidatif.
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh
adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah
memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai
pembangun tubuh.
Glukoneogenesis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain
glikogenolisis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk
menghindari simtoma hipoglisemia. Pada lintasan glukoneogenesis, sintesis glukosa terjadi
dengan substrat yang merupakan produk dari lintasan glikolisis, seperti asam piruvat, asam
suksinat, asam laktat, asam oksaloasetat, terkecuali:
Fosfopiruvat + Piruvat kinase + ADP → Piruvat + ATP
Fruktosa-6P + Fosfofrukto kinase + ATP → Fruktosa-1,6-BPt + ADP
Glukosa + Heksokinase + ATP → Glukosa-6P + ADP
Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase
mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat digunakan untuk sintesis glukosa.
Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel tersebut, maka proses glukoneogenesis
berlangsung melalui tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan
suatu reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim dan organel sel (mitokondrion), yang
diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.
LIPOLISIS
Trigliserida diangkut melalui darah ke jaringan yang sesuai (adiposa, otot, dll) oleh
lipoprotein seperti VLDL (Very-Low-Density Lipoprotein-). Trigliserida hadir pada VLDL
menjalani lipolisis oleh lipase selular jaringan target, yang menghasilkan gliserol dan asam
lemak bebas. Asam lemak bebas dilepaskan ke dalam darah kemudian tersedia untuk
penyerapan selular. Asam lemak bebas tidak segera diambil oleh sel dapat mengikat albumin
untuk transportasi ke jaringan sekitarnya yang membutuhkan energi. Serum albumin adalah
pembawa utama asam lemak bebas dalam darah. Gliserol juga memasuki aliran darah dan
diserap oleh hati atau ginjal di mana ia diubah menjadi gliserol 3-fosfat dengan gliserol
kinase enzim. Hati gliserol 3-fosfat diubah sebagian menjadi dihydroxyacetonephosphate
(DHAP) dan kemudian gliseraldehida 3-fosfat (GA3P) untuk bergabung kembali dengan
glikolisis dan glukoneogenesis jalur.
Sementara lipolisis adalah trigliserida hidrolisis (proses dimana trigliserida dipecah),
esterifikasi adalah proses dimana trigliserida terbentuk. Esterifikasi dan lipolisis, pada
dasarnya, pembalikan dari satu sama lain.
Proses Glukoneogenesis
Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Disini asam
laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yang
disebut glukoneogenesis (pembentukan gula baru).
Pada dasarnya glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa dari senyawa-senyawa bukan
karbohidrat, misalnya asam laktat danbeberapa asam amino. Proses glukoneogenesis
berlangsung terutama dalam hati.
Walaupun proses glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa, namun bukan kebalikandari
proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak reversible, artinya
diperlukan enzim lain untuk kebalikannya.
• Glukosa + ATP → heksokinase Glukosa-6-Posfat + ADP
• Fruktosa-6-posfat + ATP fosforuktokinase → fruktosa 1,6 diposfat + ADP
• Fosfoenol piruvat + ADP piruvatkinase → asam piruvat + ATP
Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversible tersebut, maka proses glukoneogenesis
berlangsung melalui tahap reaksi lain, yaitu :
Fosfoenolpiruvat dibentuk dari asam piruvat melalui pembentukan asam oksaloasetat.
a. asam piruvat + CO2+ ATP + H2O asam oksalo asetat +ADP + Fosfat + 2H+
b. oksalo asetat + guanosin trifosfat fosfoenol piruvat +guanosin difosfat + CO2
Reaksi (a) menggunakan katalis piruvatkarboksilase dan reaksi(b) menggunakan
fosfoenolpiruvat karboksilase. Jumlah reaksi (a) dan (b) ialah : asam piruvat + ATP + GTP +
H2O fosfoenol piruvat + ADP +GDP + fosfat+ 2H+
Fruktosa-6-fosfat dibentuk dari fruktosa-1,6-difosfat dengan cara hidrolisisoleh enzim
fruktosa-1,6-difosfatase.
fruktosa-1,6-difosfat + H2O ↔ fruktosa-6-fosfat + fosfat.
Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glikosa-6-fosfat dengan katalisglukosa-6-
fosfatase.glukosa-6-fosfat + H2O ↔ glukosa + fosfat
Selama puasa, kadar glukosa darah menurun, insulin menurun dan kadar glucagon
meningkat. Perubahan hormone – hormone ini menyebabkan hati menguraikan glikogen
(glikogenolisis) dan membentuk glukosa melalui proses glukoneogenesis sehingga kadar
glukosa darah dapat dipertahankan.
Glukosa (mg/dL)
Glukosa, 700 g/hari iv 100
Puasa 12 jam 80
Kelaparan 3 hari 70
Kelaparan 5-6 minggu 65
Stimulasi glikogenolisis
Dalam beberapa jam setelah makan makanan tinggi karbohidrat glukagon meningkat.
Hormone ini berikatan dengan reseptor di permukaan sel dan mengaktifkan adenilat siklase,
menyebabkan kadar cAMP di dalam sel hati meningkat. cAMP kemudian mengaktifkan
protein kinase A, yang melakukan fosforilasi dan inaktivasi glikogen sintase. Karenanya,
sintesis glikogen menurun.
Pada saat yang sama, protein kinase A merangsang penguraian glikogen melalui mekanisme
dua-langkah. Protein kinase A melakukan fosforilasi dan mengaktifkan fosforilasi kinase.
Enzim ini kemudian melaukan fosforilasi dan mengaktifkan glikogen fosforilase.
Stimulasi glukoneogenesis
Empat jam setelah makan, hati menyalurkan glukosa ke dalam darah tidak saja melalui proses
glikogenesis tetapi juga melalui glukoneogenesis. Perubahan hormone menyebabkan jaringan
perifer mengeluarkan precursor yang menyediakan karbon untuk glukoneogenesis khususnya
laktat, asam amino dan gliserol.
Perangsangan lipolisis
Perubahan hormone yang terjadi selama puasa merangsang penguraian triasilgliserol jaringan
adiposa. Akibatnya, terjadi pelepasan asam lemak dan gliserol ke dalam darah. Gliserol
berfungsi sebagai sumber karbon pada glukoneogenesis. Asam lemak menjadi bahan bakar
utama dalam tubuh dan dioksidasi menjadi CO2 dan H20 oleh berbagai jaringan. Asam
lemak juga dioksidasi menjadi asetil KoA didalam hati. Namun, dalam hal ini, sebagian besar
asetil KoA tidak masuk ke dalam siklus ATK, tetapi diubah menjadi bahan keton yang
kemudian masuk ke dalam darah dan berfungsi sebagai bahan bakar tambahan. Oksidasi beta
dari asam lemak di hati menghasilkan ATP yang diperlukan untuk menjalankan
glukoneogenesis.