Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Penumpukan Asam Laktat terhadap Terjadinya Kelelahan

Desy Dwi Engki Pradata/2017135


Jessica Rapa Sowang/2017122
Felicia Jesslyn Kurniajaya/102017166
Gabriel M/102017214
Meilnessa Karina D/2017174
Nadya Alexia Iskandar/2017160
Krisna Fernanda S/102017103
Maudy Putri 102017126
Firman Riscky/20171207
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara no. 6, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 11510
E-mail : felicia.2017fk166@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari, tubuh kita akan selalu bergerak yang berarti otot-otot
kita juga berkontraksi setiap saat. Kontraksi otot tersebut membutuhkan ATP sebagai energi.
Energi yang dibutuhkan bisa diperoleh dari berbagai sumber, contohnya glukosa, glikogen,
asam lemak, dan kreatin fosfat. Semuanya melalui berbagai tahapan hingga bisa digunakan
dalam bentuk ATP. Dalam pembentukan ATP tersebut dibutuhkan proses glikolisis dimana
ada dua kondisi yaitu aerob dan anaerob. Proses glikolisis pada kondisi anaerob akan
menghasilkan sisa metabolisme berupa asam laktat. Pada makalah ini akan dibahas
bagaimana mekanisme kontraksi otot, mekanisme penyediaan energi, proses glikolisis, dan
bagaimana pengaruh penumpukan asam laktat terhadap kelelahan terus menerus yang terjadi.

Kata kunci : Asam laktat, glikolisis, otot somatik, kontraksi

Abstract

In doing daily activities, our body will always move which means our muscles also contract
at any time. Such muscle contraction requires ATP as energy. The energy required can be
obtained from various sources, for example glucose, glycogen, fatty acids, and creatine
phosphate. All through various stages until it can be used in the form of ATP. In the
formation of ATP is needed glycolysis process where there are two conditions: aerob and
anaerob. The process of glycolysis in anaerobic conditions will result in residual metabolism
of lactic acid. In this paper we will discuss how the mechanism of muscle contraction, the
mechanism of energy supply, the process of glycolysis, and how the effect of the
accumulation of lactic acid on the continuous fatigue that occurs.

Keywords: Lactic acid, glycolysis, somatic muscle, contraction

Pendahuluan

Pada kehidupan sehari-hari, banyak sekali gerakan yang telah dilakukan oleh tubuh
baik gerakan yang tidak disadari (involuntary) maupun gerakan yang disadari (voluntary).
Gerakan-gerakan ini merupakan hasil dari kontraksi dan relaksasi otot. Khusus untuk gerakan
yang disadari dilakukan oleh otot rangka (otot somatik), contohnya berjalan, berlari,
mengangkat beban, berbicara dan sebagainya. Sedangkan untuk gerakan yang tidak disadari
dilakukan oleh otot polos dan otot jantung. Kerja otot-otot ini dipengaruhi oleh energi yang
terdapat di dalam tubuh, yaitu dalam bentuk ATP. Energi dalam tubuh dihasilkan dari proses
glikolisis aerob dan anaerob.

Namun, tidak jarang terjadi kelelahan otot akibat aktivitas yang terlalu dipaksakan
hingga menyebabkan terjadinya kejang otot atau terjadi kelelahan terus menerus. Kelelahan
ini terjadi karena adanya penumpukan asam laktat di dalam tubuh, Penumpukan ini berawal
dari tubuh yang kekurangan energi (ATP) saat melakukan aktivitas atau gerakan sehingga
tubuh menggunakan proses glikolisis anaerob yang menghasilkan sisa metabolisme berupa
asam laktat yang lebih banyak daripada ATP yang dihasilkan. Maka, pada makalah ini akan
dijelaskan bagaimana pengaruh penumpukan yang terjadi terhadap kelelahan yang terjadi
terus menerus setelah melakukan kegiatan yang terlalu berat dan bagaimana proses
metabolisme yang terjadi pada saat menghasilkan energi yang akan dipakai untuk melakukan
aktivitas.

Mekanisme Kontraksi Otot Somatik

Otot merupakan jaringan paling besar di dalam tubuh dimana menduduki 40% massa
tubuh pada manusia dewasa muda. Ada 3 jenis otot yang terdapat di dalam tubuh, yaitu otot
polos, otot jantung, dan otot rangka. 1 Otot polos ditemukan di dinding organ dan saluran
berongga. Kontraksi otot polos yang involuntary berfungsi untuk mengatur perpindahan
darah melalui pembuluh darah, makanan melalui saluran cerna, udara melalui saluran
pernapasan, dan urine keluar tubuh. Sedangkan otot jantung hanya terdapat di dinding
jantung yang kontraksinya memompa darah yang penting dalam mempertahankan kehidupan
ke seluruh tubuh. Berbeda halnya dengan otot rangka, otot ini melekat pada tulang. Kontraksi
otot rangka yang voluntary berfungsi untuk menggerakkan tulang yang dilekatinya,
memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik, contohnya mengunyah dan
menelan makanan, memindahkan tubuh, menari, berbicara, dan sebagainya.1,2

Otot rangka adalah otot yang disarafi oleh sistem saraf somatik sehingga sering juga
disebut sebagai otot somatik. Kontraksi pada otot somatik berawal dari adanya rangsangan
yang diterima oleh impuls saraf yang mengakibatkan terjadinya sebuah potensial aksi yang
tiba di tombol terminal sehingga merangsang pelepasan asetilkolin, yang berdifusi menembus
celah dan memicu potensial aksi di serat otot. Dengan adanya potensial aksi tersebut,
menyebabkan perubahan dua struktur membranosa di dalam serat otot yang berperan penting
dalam terjadinya kontraksi ini, yaitu pembentukan tubulus transversus (tubulus T) oleh
membran permukaan yang masuk ke dalam serat otot dan pelepasan kalsium dari retikulum
sarkoplasma. Karena membran tubulus T bersambungan dengan membran permukaan,
potensial aksi di membran permukaan juga menyebar turun menelusuri tubulus T, dengan
cepat menyalurkan aktivitas listrik permukaan ke bagian tengah serat. Adanya potensial aksi
lokal di tubulus T memicu perubahan permeabilitas retikulum sarkoplasma. Hal ini memicu
pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma ke dalam sitosol.2,3

Setelah keluar dari retikulum sarkoplasma, Ca2+ akan berikatan dengan troponin C
yang mengakibatkan tropomiosin berubah bentuk, secara fisik memindahkannya menjauh
dari posisi menghambatnya. Hal ini membuka tempat ikatan pada aktin untuk jembatan silang
miosin. Jembatan ikatan miosin memiliki dua tempat khusus, yaitu tempat untuk mengikat
aktin dan tempat untuk mengikat ATPase yang merupakan tempat enzimatik yang dapat
mengikat pembawa energi Adenosin Trifosfat (ATP) dan memecahkannya menjadi Adenosin
Difosfat (ADP) dan Fosfat inorganic (Pi) yang dalam prosesnya akan menghasilkan energi.
Energi yang dihasilkan disimpan di dalam jembatan silang untuk menghasilkan miosin
berenergi tinggi. Ketika jembatan miosin berikatan dengan aktin, energi akan dilepaskan
sehingga terjadi pembebasan Pi dari jembatan silang dan diikuti dengan dibebaskannya ADP
dari jembatan silang tersebut. Ketika Pi dan ADP dibebaskan dari miosin, tempat ATPase
miosin bebas untuk mengikat molekul ATP lain dan hal ini mengurangi afinitas pengikatan
antara kepala miosin dan aktin sehingga memungkinkan jembatan silang terlepas. ATP yang
baru melekat kemudian diuraikan oleh ATPase miosin, memberi tenaga kepada jembatan
silang sehingga siap untuk memulai siklus lainnya.2

Gambar 1. Mekanisme Kontraksi Otot Somatik

Mekanisme Penyediaan Energi

Energi yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan berbeda-beda. Energi yang
dibutuhkan untuk melakukan kerja yang ringan akan berbeda dengan energi yang dibutuhkan
untuk kerja yang berat. Sebagai contoh energi yang dibutuhkan untuk berjalan akan berbeda
dengan energi yang dibutuhkan untuk berlari. Maka, penyediaan energi yang dibutuhkan
akan dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu energi untuk kerja ringan, sedang, dan berat.
Sumber energi dalam tubuh biasanya berasal dari glikogen, asam lemak, dan kreatin fosfat.
Ketiga sumber energi cadangan ini terdapat di otot dan akan siap dipecahkan oleh enzim-
enzim yang ada kapanpun dibutuhkan oleh tubuh.4,5
Gambar 2. Proses glikogenesis

Sarkoplasma otot rangka mengandung banyak glikogen, yang terdapat dalam granula
yang terletak dekat dengan pita I. Pembebasan glukosa dari glikogen bergantung pada
glikogen fosforilase yang dapat diaktifkan oleh Ca2+, epinefrin, dan AMP. Proses yang biasa
terjadi dalam menguraikan glikogen dan asam lemak menjadi glukosa adalah melalui
fosforilasi oksidatif dimana proses ini terjadi pada keadaan aerob dan dalam kondisi otot
sedang relaksasi. Berbeda halnya dengan glikogen dan asam lemak, kreatin fosfat mencegah
deplesi cepat ATP dengan cara menyediakan fosfat berenergi tinggi yang dapat digunakan
untuk membentuk kembali ATP dari ADP. Kreatin fosfat dibentuk dari ATP dan kreatin pada
saat otot beristirahat dan kebutuhan akan ATP tidak terlalu besar. Enzim yang mengatalisis
fosforilasi kreatin adalah kreatin kinase (CK).5
Gambar 3. Keterkaitan katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Proses Glikolisis

Proses glikolisis adalah proses yang bertujuan untuk mengubah glukosa menjadi ATP.
Proses pengubahan glukosa menjadi ATP ini dibedakan menjadi dua, yaitu glikolisis aerob
dan glikolisis anaerob. Glikolisis aerob adalah proses yang dilakukan ketika tubuh memiliki
pasokan O2 yang cukup dan biasanya terjadi pada kondisi tubuh yang sedang berisitirahat.
Pada proses ini, karbohidrat akan diubah menjadi gula sederhana yang disebut glukosa. Di
saat beraktivitas atau otot berkontraksi, glukosa akan diubah menjadi ATP dalam proses
fosforilasi oksidatif. Sedangkan glukosa yang tersisa akan diubah menjadi glikogen dan
disimpan di hati serta otot. Pada glikolisis aerob, ATP yang dihasilkan sangat banyak yaitu 34
ATP. Produksi ATP pada keadaan aerob didapatkan paling banyak melalui fosforilasi
oksidatif.6
Gambar 4. Proses Glikolisis

Berbeda dengan proses aerob, proses anaerob adalah proses yang dilakukan ketika
tubuh tidak memiliki pasokan O2 yang cukup, biasanya terjadi setelah tubuh melakukan
aktivitas yang berat dimana dibutuhkan ATP yang sangat banyak hingga pasokan O2 yang
ada di dalam tubuh tidak cukup. Namun, pada glikolisis anaerob ini ATP yang dihasilkan
sangat sedikit yaitu hanya 2 ATP. Karena ATP yang dihasilkan sangat sedikit, maka glukosa
yang digunakan akan lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Hasilnya akan
terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan terjadinya kelelahan otot.3-5
Gambar 5. Perbedaan proses glikolisis aerob dan anaerob

Penumpukan Asam Laktat

Pada saat otot melakukan kerja yang berat, proses glikolisis anaerob terjadi karena
pasokan O2 berkurang. Glikolisis anaerob memiliki 2 keunggulan dibandingkan glikolisis
aerob, yaitu dapat membentuk ATP tanpa keberadaan O2 dan jalur ini dapat berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan glikolisis aerob. Namun, pemakaian glikolisis aerob
memiliki 2 konsekuensi. Pertama, proses glikolisis anaerob kurang efisien karena hanya
menghasilkan 2 ATP untuk setiap molekul glukosa yang dihasilkan, sementara glikolisis
aerob dapat menghasilkan 34 ATP dari setiap molekul glukosa. Kedua, produk akhir
glikolisis anaerob yaitu asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat sementara pada
glikolisis aerob asam piruvat diubah menjadi oksigen, karbondioksida, dan 34 ATP. Hal ini
menyebabkan penumpukan asam laktat pada otot. Akumulasi asam laktat yang tinggi
menimbulkan nyeri otot yang dirasakan ketika seseorang melakukan olahraga intens. Para
peneliti percaya bahwa terkurasnya cadangan energi dan turunnya pH otot akibat akumulasi
asam laktat berperan dalam munculnya kelelahan otot. Karena itu, olahraga anaerobik
intensitas berat dapat dipertahankan hanya dalam waktu singkat, berbeda dari kemampuan
tubuh melakukan aktivitas aerob tipe daya tahan yang dapat berlangsung lama.3,6
Pembahasan Skenario

Seorang perempuan berusia 34 tahun yang bekerja sebagai pedagang kue keliling
mengeluh lemas dan lelah pada sekujur tubuhnya sejak 1 minggu yang lalu. Dan dari
anamnesa diketahui bahwa ini bukan pertama kalinya perempuan tersebut merasakan gejala
ini. Lemas dan lelah yang dirasakan perempuan tersebut diduga akibat adanya penimbunan
asam laktat di dalam tubuhnya. Penimbunan ini disebabkan karena kerja otot yang terlalu
dipaksakan mengingat pekerjaan perempuan tersebut sebagai pedagang kue keliling dimana
dituntut harus terus berjalan kaki. Hal ini mengakibatkan otot-otot yang terdapat pada
ekstremitas inferiornya mengalami kontraksi secara terus menerus. Hal ini jika tidak
diimbangi dengan istirahat yang cukup maka akan mengakibatkan kelelahan yang terus
menerus. Setiap berkontraksi, otot membutuhkan ATP yang didapatkan dari proses glikolisis
yang mana membutuhkan O2 yang cukup. Jika kebutuhan O2 tidak terpenuhi, maka akan
dilakukan glikolisis anaerob yang akan mengakibatkan terjadinya penimbunan asam laktat
hingga kelelahan terus menerus.

Kesimpulan

Berdasarkan skenario 5, bisa dilihat bahwa kelelahan berkepanjangan yang dirasakan


perempuan tersebut disebabkan karena penimbunan asam laktat yang terjadi karena telah
melakukan aktivitas berat sehingga ototnya berkontraksi terus menerus dimana membutuhkan
ATP yang melebihi hasil glikolisis aerob. Untuk memenuhi kebutuhan ATP tersebut,
tubuhnya melakukan glikolisis anaerob yang menghasilkan sisa metabolisme berupa asam
laktat.
Daftar Pustaka

1. Gunawan A. Mekanisme dan mekanika pergerakan otot. Integral. Oktober 2008; 6(2):
58-71.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia. Ed 8. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;
2014.h.277-89.
3. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Ed 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008.h.77-89.
4. Murray Robert K, Granner Daryl K, Rodwell Victor W. Biokimia harper. Edisi 27.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC ;2009. h. 704-6.
5. Cowin JE. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h.320-1.
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.h.65-88.

Anda mungkin juga menyukai