Anda di halaman 1dari 3

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KELELAHAN OTOT

Telah diketahui bahwa kelelahan otot merupakan ketidakmampuan otot untuk berkontraksi secara cepat dan kuat.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan otot. Berikut adalah pembahasan tentang penyebab-penyebab dari
kelelahan otot tersebut:

1. Pengososan ATP-CP
ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk resintesa protein secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan
untuk kontraksi terus maka terjadi pengosongan fosfagen intraselular sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain itu
ada peningkatan konsentrasi ion H+ di dalam intraselular yang diakibatkan penumpukan asam laktat.

2. Pengosongan simpanan glikogen otot


Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama (30 menit – 4 jam). Karena pengosongan glikogen
demikian hebat, maka menyebabkan kelelahan kontraktil. Faktor lain penyebab kelelaha, antara lain: rendahnya
tingkat glukosa darah yang menyebabkan pengosongan glikogen hati, pengosongan cadangan glikogen otot,
menyebabkan kelelahan otot local, dehidrasi dan kurangnya elektrolit, menyebabkan temperatur meningkat.

3. Akumulasi “LACTIC ACID”


Akumulasi asam laktat akan menumpuk di otot dan di pembuluh darah.Menyebabkan konsentrasi H+ meningkat dan
pH menurun.Ion H+ menghalangi proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca2+ yang dikeluarkan dari retikulum
sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat Ca2+ oleh troponin. Ion H+ juga akan menghambat
kegiatan fosfo-fruktokinase.

------------------

Faktor Penyebab Kelelahan umum (general fatigue)


1. Tidak cukup tidur= Umumnya orang dewasa membutuhkan tujuh hingga delapan jam sehari untuk tidur. Kurang tidur
dapat menyebabkan cepat lelah.
2. Kekurangan energi= Porsi makan yang sedikit dapat menyebabkan kelelahan, namun menyantap makan yang salah
juga dapat berakibat tidak baik bagi kesehatan. Diet seimbang dan pola makan teratur dapat membantu menjaga
stabilitas gula darah dan mencegah timbulnya rasa lelah ketika gula darah menurun.
3. Anemia= Anemia merupakan penyebab utama kelelahan bagi wanita pada umumnya. Mengeluarkan darah selama
menstruasi dapat menyebabkan kekurangan zat besi. Sel-sel darah merah sangat diperlukan tubuh karena mereka
membawa oksigen ke jaringan dan organ, terutama otak.
4. Depresi = Banyak yang berpikir depresi hanyalah gangguan emosi. Namun, ternyata hal ini juga berhubungan dengan
gejala fisik. Salah satu gejala fisik yang paling umum adalah kelelahan, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan.
5. Kebanyakan kafein= Mengonsumsi kafein dalam dosis wajar dapat meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi.
Namun, terlalu banyak kafein dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan kejang. Berdasarkan
penelitian, mengonsumsi kafein terlalu banyak juga dapat menyebabkan kelelahan pada beberapa orang.
6. Penyakit jantung= Jantung yang bekerja dengan tidak baik dapat menyebabkan tubuh mudah lelah walaupun hanya
melakukan aktivitas yang ringan.
7. Diabetes= Penderita diabetes umumnya memiliki kadar gula darah tinggi, tetapi gula darah ini tetap berada dalam
aliran darah dan tidak masuk ke dalam sel-sel sehingga tidak dapat diubah menjadi energi. Apabila sel-sel gagal dalam
memproduksi energi maka dapat menimbulkan kelelahan karena tubuh membutuhkan sejumlah energi untuk
melakukan aktivitas ringan sekalipun.
8. Dehidrasi= Kelelahan bisa menjadi pertanda bahwa tubuh mengalami dehidrasi. Meskipun tubuh melakukan aktivitas
yang ringan, tubuh tetap membutuhkan air untuk bekerja dengan baik dan tetap tenang. Tanda-tanda orang dehidrasi
ialah kehausan.

----------------

kadar glukosa darah pada keadaan puasa

Selama puasa, kadar glukosa darah menurun, insulin menurun dan kadar glucagon meningkat. Perubahan hormone –
hormone ini menyebabkan hati menguraikan glikogen (glikogenolisis) dan membentuk glukosa melalui proses
glukoneogenesis sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan.

Kadar glukosa darah pada berbagai tahapan puasa


Glukosa (mg/dL)
Glukosa, 700 g/hari iv 100
Puasa 12 jam 80
Kelaparan 3 hari 70
Kelaparan 5-6 minggu 65

Sumber; mark basic medical biochemistry: a clinical approach

 Stimulasi glikogenolisis

Dalam beberapa jam setelah makan makanan tinggi karbohidrat glukagon meningkat. Hormone ini berikatan dengan
reseptor di permukaan sel dan mengaktifkan adenilat siklase, menyebabkan kadar cAMP di dalam sel hati meningkat.
cAMP kemudian mengaktifkan protein kinase A, yang melakukan fosforilasi dan inaktivasi glikogen sintase. Karenanya,
sintesis glikogen menurun.

Pada saat yang sama, protein kinase A merangsang penguraian glikogen melalui mekanisme dua-langkah. Protein
kinase A melakukan fosforilasi dan mengaktifkan fosforilasi kinase. Enzim ini kemudian melaukan fosforilasi dan
mengaktifkan glikogen fosforilase.

Fosforilase mengkatalisis fosforolisis glikogen, menghasilkan glukosa 1-fosfat, yang diubah menjadi glukosa-6 fosfat.
Defosforilasi glukosa-6 fosfat oleh glukosa 6-fosfatase menghasilkan glukosa bebas yang kemudian masuk ke dalam
darah.

 Stimulasi glukoneogenesis

Empat jam setelah makan, hati menyalurkan glukosa ke dalam darah tidak saja melalui proses glikogenesis tetapi juga
melalui glukoneogenesis. Perubahan hormone menyebabkan jaringan perifer mengeluarkan precursor yang
menyediakan karbon untuk glukoneogenesis khususnya laktat, asam amino dan gliserol.

 Perangsangan lipolisis

Perubahan hormone yang terjadi selama puasa merangsang penguraian triasilgliserol jaringan adiposa. Akibatnya,
terjadi pelepasan asam lemak dan gliserol ke dalam darah. Gliserol berfungsi sebagai sumber karbon pada
glukoneogenesis. Asam lemak menjadi bahan bakar utama dalam tubuh dan dioksidasi menjadi CO2 dan H20 oleh
berbagai jaringan. Asam lemak juga dioksidasi menjadi asetil KoA didalam hati. Namun, dalam hal ini, sebagian besar
asetil KoA tidak masuk ke dalam siklus ATK, tetapi diubah menjadi bahan keton yang kemudian masuk ke dalam darah
dan berfungsi sebagai bahan bakar tambahan. Oksidasi beta dari asam lemak di hati menghasilkan ATP yang
diperlukan untuk menjalankan glukoneogenesis.

-----------

Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa
sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya enzim fosforilase, fosfat anorganik
melepaskan sisa glukose non mereduksi ujung dalam satu persatu untuk menghasilkan D-glukose fosfat 1-fosfat.
Proses glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat jalan yang berbeda, tergantung
pada proses yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar, tetapi jarang apabila ada
molekul tersebut dipecah secara sempurna. Meskipun pada hewan, glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Inti
glikogen tetap ada untuk bertindak sebagai aseptor bagi glikogen baru yang akan disintesis bila diperoleh cukup
persediaan karbohidrat. Sekitar 85% D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk glukose bebas.
Proses pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya untuk memulihkan glukosa di dalam darah
(glikogenolisis) atau dengan bekerja bersama ginjal, mengkonversi metabolit non karbohidrat seperti laktat, gliserol
dan asam amino menjadi glukosa. Upaya untuk mempertahankan glukosa dalam konsentrasi yang memadai di dalam
darah sangat penting bagi beberapa jaringan tertentu, glukosa merupakan bahan bakar yang wajib tersedia, misalnya
otak dan eritrosit.
Proses dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asam laktat. Serangkaian reaksi-reaksi
dalam proses glikolisis tersebut dinamakan jalur Embeden-Meyerhof. Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses
glikolisis dapat dibagi dalam dua fase. Pada fase pertama glukosa diubah menjadi triosafosfat dengan proses
fosforilasi. Fase kedua dimulai dari proses oksidasi triosafosfat hingga terbentuk asam laktat. Perbedaan antara kedua
fase ini terletak pada aspek energi yang berkaitan dengan reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut.
Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui piruvat setelah glikolisis. Pada organisme aerobik, glikolisis menyusun
hanya tahap pertama dari keseluruhan degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan H2O. Piruvat yang terbentuk
kemudian dioksidasi dengan melepaskan gugus karboksilnya sebagai CO2, untuk membentuk gugus asetil pada asetil
koenzim A. Lalu gugus asetil dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O oleh siklus asam sitrat, dengan melibatkan
molekul oksigen. Lintas inilah yang dilalui piruvat pada hewan aerobik sel dan tumbuhan.
Glukosa dimetabolisasi menjadi piruvat dan laktat di dalam semua sel mamalia melalui lintasan glikolisis. Glukosa
merupakan substrat yang unik karena glikolisis bisa terjadi dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob), ketika produk
akhir glukosa tersebut berupa laktat. Meskipun demikian, jaringan yang dapat menggunakan oksigen (aerob) mampu
memetabolisasi piruvat menjadi asetil koenzim A, yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk menjalani proses
oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O dengan melepasan energi bebas dalam bentuk ATP, pada proses fosforilasi
oksidatif.

Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh adalah menggunakan
lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya
protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh.
Glukoneogenesis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain glikogenolisis, untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada lintasan
glukoneogenesis, sintesis glukosa terjadi dengan substrat yang merupakan produk dari lintasan glikolisis, seperti asam
piruvat, asam suksinat, asam laktat, asam oksaloasetat, terkecuali:

Fosfopiruvat + Piruvat kinase + ADP → Piruvat + ATP


Fruktosa-6P + Fosfofrukto kinase + ATP → Fruktosa-1,6-BPt + ADP
Glukosa + Heksokinase + ATP → Glukosa-6P + ADP

Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase mengkatalisis reaksi yang
ireversibel sehingga tidak dapat digunakan untuk sintesis glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak
reversibel tersebut, maka proses glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama
glukoneogenesis merupakan suatu reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim dan organel sel (mitokondrion),
yang diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.

LIPOLISIS
Lipolisis (pron.: / lɨpɒlɨsɪs /) adalah pemecahan lipid dan melibatkan hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak
bebas, diikuti dengan degradasi menjadi unit asetil oleh oksidasi beta. Ini menghasilkan keton, yang ketika diproduksi
dalam jumlah besar digambarkan sebagai menyebabkan ketosis. Ini kemudian dapat digunakan oleh tubuh untuk
energi. Strip pengujian lipolisis digunakan untuk mendeteksi ketosis, terutama dalam diabetic ketoacidosis.

Hormon berikut menginduksi lipolisis: epinefrin, norepinefrin, ghrelin, hormon pertumbuhan, testosteron, dan
kortisol (Di mana kortisol membantu melepaskan lemak tubuh dan karbohidrat untuk sumber energi) ini memicu 7tm
reseptor (reseptor G protein-coupled), yang mengaktifkan adenilat siklase. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi
cAMP, yang mengaktifkan protein kinase A, yang kemudian mengaktifkan lipase ditemukan dalam jaringan adiposa.

Trigliserida diangkut melalui darah ke jaringan yang sesuai (adiposa, otot, dll) oleh lipoprotein seperti VLDL
(Very-Low-Density Lipoprotein-). Trigliserida hadir pada VLDL menjalani lipolisis oleh lipase selular jaringan target,
yang menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Asam lemak bebas dilepaskan ke dalam darah kemudian tersedia
untuk penyerapan selular. Asam lemak bebas tidak segera diambil oleh sel dapat mengikat albumin untuk
transportasi ke jaringan sekitarnya yang membutuhkan energi. Serum albumin adalah pembawa utama asam lemak
bebas dalam darah. Gliserol juga memasuki aliran darah dan diserap oleh hati atau ginjal di mana ia diubah menjadi
gliserol 3-fosfat dengan gliserol kinase enzim. Hati gliserol 3-fosfat diubah sebagian menjadi
dihydroxyacetonephosphate (DHAP) dan kemudian gliseraldehida 3-fosfat (GA3P) untuk bergabung kembali dengan
glikolisis dan glukoneogenesis jalur.

Sementara lipolisis adalah trigliserida hidrolisis (proses dimana trigliserida dipecah), esterifikasi adalah proses
dimana trigliserida terbentuk. Esterifikasi dan lipolisis, pada dasarnya, pembalikan dari satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai