Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

ISOLASI GLIKOGEN

OLEH :
KELOMPOK VII

ARDIYAH NURUL FITRI MARZAMAN


SUARNI
NASHA AL SAKINAH
SYAM FITRI
TAUFIQQURRAHMAN ISHAK

GOLONGAN JUMAT SIANG

MAKASSAR
2016
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam

tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Terbentuk dari mokekul

glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang lebih kompleks,

simpanan glikogen memilik fungsi sebagai sumber energi tidak hanya bagi kerja otot

namun juga merupakan sumber energi bagi sistem pusat syaraf dan otak.

Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama

yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada jaringan otot,glikogen

akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa otot sedangkan di dalam

hati glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari total massa hati.

Walaupun memiliki persentase yang lebih kecil namun secara total jaringan otot

memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar di bandingkan dengan glikogen hati.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami pemeriksaan glikogen pada sampel hati tikus

dan kadar glukosa pada sampel serum tikus secara kuantitatif

I.2.2 Tujuan Percobaan

Mengidentifikasi kandungan glikogen dan glukosa pada tikus puasa dan tidak

puasa menggunakan sampel jaringan hati dan serum dengan melakukan uji isolasi

glikogen dan pengukuran kadar glukosa serum.


I 2.3 Prinsip Percobaan

1. Prinsip glikogen

Mengidentifikasi kadar glikogen pada kondisi puasa dan tidak puasa dengan

penambahan KOH 60%untuk memecah membran sel pada jaringan hati, lalu

tambahkan aquadest kemudian dilakukan pemanasan, saring filtrat lalu tambahkan

KI etanol dan indikator PP (phenol phitialin), HCL 0,5 %, saring kemudian endapan

filtrat dikeringkan hingga mendapatkan berat glikogen dengan penetapan yang telah

ditentukan.

2. Prinsip glukosa

Mengidentifikasi adanya glukosa dengan glukosa ditambahkan dengan ATP

dengan bantuan enzim heksokinase mengkatalisis fosforilasi glukosa menjadi

glukosa 6-fosfatase oleh ATP. Kemudian G-6-P ditambah dengan NADP dengan

bantuan G-6-PDH menghasilkan glukonate-6-P dan NADPH dan hidrogen.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1. Glikogen

Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam

tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Terbentuk dari mokekul

glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang lebih kompleks,

simpanan glikogen memilik fungsi sebagai sumber energi tidak hanya bagi kerja otot

namun juga merupakan sumber energi bagi sistem pusat syaraf dan otak.(1)

Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama

yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada jaringan otot,glikogen

akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa otot sedangkan di dalam

hati glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari total massa hati.

Walaupun memiliki persentase yang lebih kecil namun secara total jaringan otot

memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar di bandingkan dengan glikogen hati.

Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat

digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan energi. Begitu

juga dengan hati yang dapat mengeluarkan glukosa apabila dibutuhkan untuk

memproduksi energi di dalam tubuh. Selain itu glikogen hati juga mempunyai

peranan yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh yaitu berfungsi untuk

menjaga level glukosa darah.

Sebagai sumber energi simpanan glikogen yang terdapat di dalam tubuh

secara langsung akan mempengaruhi kapasitas/ performa seorang atlet saat


menjalani program latihan ataupun juga saat pertandingan. Secara garis besar

hubungan antara konsumsi karbohidrat, simpanan glikogen dan performa olahraga

dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Konsumsi karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan simpanan glikogen

tubuh.

2. Semakin tinggi simpanan glikogen maka kemampuan tubuh untuk melakukan

aktivitas fisik juga akan semakin meningkat.

3. Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menurunkan/membatasi

kemampuan atlet untuk mempertahankan intensitas dan waktu latihannya.

4. Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menyebabkan atlet menjadi cepat

lelah jika dibandingkan dengan seorang atlet dengan simpanan glikogen tinggi.

5. Konsumsi karbohidrat setelah latihan/pertandingan akan mempercepat

penyimpanan glikogen yang kemudian juga akan mempercepat proses pemulihan

(recovery) seorang atlet.(1)

II.1.2. Metabolisme glikogen

Glukosa alami fosforilasi glukosa 6P, dikatalisa oleh enzim

Heksokinase (otot) dan Glukokinase (hepar). Glukosa 6P diubah menjadi glukosa 1

fosfat, dikatalisa oleh enzim fosfoglukomutase. Enzim ini alami fosforilasi dan gugus

fosfo ikut bagian dalam rx reversibel dimana glukosa 1,6 bifosfat adalah senyawa

perantara. Glukosa 1P bereaksi dengan UTP membentuk nukleotida aktif UDP Glc

yang dikatalisa oleh enzim UDP Glc Pirofosforilase. enzim P+glukosa 6P

enzim+glukosa 1,6 bifosfat enzim P+glukosa 1P UTP + glukosa 1P UDP Glc + Ppi.

Rx hidrolisis pirofosfo anorganik oleh enzim pirofosfatese anorganik akan menarik rx


ke kanan. Atom C1 pada glukosa aktif UDP Glc berikatan dengan C4 pada residu

glukosa terminal glikogen sehingga membebaskan UDP. Kerja enzim glikogen

sintase. Glikogen primer memicu rx ini. UDP Glc + (C6)n UDP + (C6)n+1 Molekul

primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer proses yang dikenal dengan

glikogenin. Penambahan residu glucosa pada rantai glikogen yang sudah ada

sebelumnya (molekul primer) terjadi pada ujung luar molekul yang bersifat non

reduksi sehingga cabang-cabang pada pohon glikogen akan memanjang begitu

terbentuk ikatan yang berturutan. Sampai dengan minimal 11 residu glucosa, maka

enzim Percabangan / Amilo transglukosidase) memindahkan bagian dari

rantai pada rantai sebelahnya untuk membentuk ikatan Percabangan tumbuh lebih

lanjut. Setelah jumlah residu terminal non reduksi maningkat jumlah total tempat

reaktif dalam molekul meningkat, sehingga mempercepat glikogenesis /

glikogenolisis. (2)

Penghalang Termodinamik Mencegah Pembalikan Sederhana Glikolisis

Krebs menegaskan bahwa penghalang energi merintangi pembalikan sederhana

reaksi glikolisis antara piruvat dan fosfoenolpiruvat, antara fruktosa 1,6-bisfosfat dan

fruktosa6-fosfat antara glukosa 6-fosfat dan glukosa, serta antara glukosa 1-fosfat

dan glikogen. Semua reaksi ini bersifat non-ekuilibrum dengan melepas banyak

energi bebas dalam bentuk panas dan karenanya secara fisiologis tidak reversibel.

Reakri-reaksi tersebut dielakkan oleh sejumlah reaksi khusus. (3)

a. Piruvat dan Fosfoenolpiruvat

Di dalam mitokondria terdapat enzim Piruvat karboksilase, yang dengan

adanya ATP, Vitamin B biotin dan CO2 akan mengubah piruvat menjadi

oksaloasetat. Biotin berfungsi untuk mengikat CO2 dari bikarbonat pada enzim
sebelum penambahan CO2 pada piruvat (Gambar 52-13). Enzim kedua,

fosfoenolpiruvat karboksinase, mengatalisis konversi oksaloasetat menjadi

fosfoenolpiruvat. Fosfat energi tinggi dalam bentuk GTP atau ITP diperlukan dalam

reaksi ini, dan CO2 dibebaskan. Jadi, dengan bantuan dua enzim yang mengatalisis

transformasi endergonik ini dan laktat dehidrogenase, maka laktat dapat diubah

menjadi fosfoenolpiruvat sehingga mengatasi penghalang energi antara piruvat dan

fosfoenolpiruvat. (3)

b. fruktosa 1,6-bisfosfat dan fruktosa 6-fosfat

Konversi fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, yang diperlukan

untuk mencapai pembalikan glikolisis, dikatalisis oleh suatu enzim spesifik, yaitu

fruktosa 1,6-bisfosfatase. Enzim ini sangat penting bila dilihat dari sudut pandang

lain, karena keberadaanya menentukan dapat-tidaknya suatu jaringan menyintesis

glikogen bukan saja dari piruvat tetapi juga dari triosafosfat. Enzim fruktosa 1,6-

bisfosfatase terdapat di hati dan ginjal dan juga telah diperlihatkan di dalam otot

lurik. Enzim tersebut diperkirakan tidak terdapat dalam otot jantung dan otot polos.

(3)

c. Glukosa 6-fosfat dan glukosa

Konversi glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh enzim fosfatase

yang spesifik lainnya, yaitu glukosa 6-fosfatase. Enzim ini terdapat di hati dan ginjal

tetapi tidak ditemukan di jaringa adipose serta otot. Keberadaanya memungkinkan

jaringan untuk menambah glukosa ke dalam darah.(3)

d. Glukosa 1-Fosfat dan Glukogen


Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat dilaksanakan oleh enzim

fosforilase Sintesis glikogen melibatkan lintasan yang sama sekali berbeda melalui

pembentukan uridin disfosfat glukosa dan aktivotas enzim glikogen sintase Enzim

yang penting ini memungkinkan pembalikan glikolisis memainkan peran utama di

dalam glukoneogenesis. Hubungan antara glukoneogenesis dan lintasan glikolisis.

setelah transminasi atau deaminasi, asam amino glukogenik membentuk piruvat

atau anggota lain siklus asam sitrat. Dengan demikian, reaksi yang diuraikan di atas

dapat menjelaskan proses konversi baik asam amino glukogenik maupun laktat

menjadi glukosa atau glikogen. Jadi, senyawa laktat membentuk piruvat dan harus

memasuki mitokondria sebelum konversi menjadi oksaloasetat serta konversi akhir

menjadi glukosa langsung. (3)

Propionat merupakan sumber utama glukosa pada hewan pemamah-biak,

dan memasuki lintasa glukogenesis utama lewat siklus asam sitrat setelah proses

konversi menjadi suksinil KoA. Propionat pertama-tama diaktifkan dengan ATP dan

KoA oleh enzim asil-KoA sintetase yang tepat. Propionil KoA, yaitu produk reaksi

ini, menjalani reaksi fiksasi CO2 untuk membentuk D-metilmaloni-KoA, dan reaksi ini

dikatalis oleh enzim propionil-KoA karboksilase. Reaksi fiksasi ini analog dengan

fiksasi CO2 dalam asetil-KoA oleh enzim asetil KoA karboksilase, yaitu sama-sama

membentuk derivat malonil dan memerlukan vitamin biotin sebagai koenzim.D-

Metilmalonil KoA harus diubah menjadi bentuk stereoisomernya, yakni L-

metilmalonil-KoA, oleh enzim metilmalonil-KoA rasemase, sebelum langsung

isomerisasi akhir senyawa tersebut menjadi suksinil KoA oleh enzim metilmalonil-

KoA isomerase yang memerlukan vitamin B12 sebagai koenzim. Definisi vitami B12

pada manusia dan hewan akan mengakibatkan ekskresi sejumlah besar metil

malonat (Basiduria metilmalonat)


Meskipun lintasan ke arah suksinat merupakan jalur utama metabolisme, propionat

dapat pula digunakan sebagai molekul yang mempersiapkan proses sintesis asam

lemak di jaringan adipose dan kelnjar payudara dengan jumlah atom karbon ganjil

pada molekul tersebut. Asam lemak C15 dan C17 terutama ditemukan di dalam

lemak hewan pemamah-biak. Dalam bentuk seperti itu, lemak tersebut merupakan

sumber asam lemak yang penting di dalam makanan manusia dan akhirnya akan

dipecah menjadi propionat di jaringan tubuh. Gliserol merupakan produk

metabolisme jaringan adipose dan hanya jaringan yang mempunyai enzim

pengaktifnya, gliserolkinase, yang dapat menggunakan senyawa gliserol. Enzim ini,

yang memerlukan ATP, ditemukan di hati dan ginjal di antara jaringan lainya. Gliserol

kinase mengatalis proses konversi gliserol menjadi gliserol 3-fosfat. Lintasan ini

berhubungan dengan tahap triosafosfat pada lintasan glikolisis, karena gliserol 3-

fosfat dapat dioksidasi menjadi dihidroksiaseton fosfat

Oleh NAD+ dengan adanya enzim gliserol 3-fosfat dehidrogenase. Hati dan ginjal

mampu mengubah gliserol menjadi glukosa darah dengan menggunakan enzim di

atas, beberapa enzim glikolisis dan enzim spesifik pada lintasan glukoneogenesis,

yaitu fruktosa-1,6-biofosfatase serta glukosa6-fosfatase. (3)

II.1.3. Penyakit Matabolisme Glikogen

1. Penyakit Penyimpanan Glikogen

Glikogen terbuat dari banyak molekul glukosa yang berikatan satu sama lain. Gula

glukosa adalah sumber utama energi tubuh untuk otot (termasuk jantung) dan otak.

Glukosa yang tidak dengan segera dipakai untuk tenaga disimpan sebagai

cadangan di hati, otot, dan ginjal dalam bentuk glikogen dan dilepaskan kalau

diperlukan oleh tubuh.


Ada banyak berbagai penyakit penyimpanan glikogen (juga disebut glikogenosis),

masing-masing dikenali dengan angka Roma. Penyakit ini disebabkan oleh

kekurangan yang diturunkan dari salah satu enzim yang esensial untuk memproses

glukosa menjadi glikogen dan memecah glikogen menjadi glukosa. Sekitar 1 dari

20.000 orang bayi mempunyai suatu bentuk penyakit penyimpanan glikogen. (4)

Beberapa penyakit ini menyebabkan sedikit gejala; yang lain fatal. Gejala spesifik,

usia dimana gejala mulai, dan keparahan mempengaruhi variasi di antara penyakit

ini. Untuk jenis II, V, dan VII, gejala utamanya adalah merasa lemah. Untuk jenis I,

III, dan VI, gejalanya adalah kadar gula rendah di darah dan perut membuncit

(karena kelebihan atau glikogen abnormal dapat memperbesar hati). Kadar gula

darah rendah menyebabkan rasa lemah, berkeringat, kebingungan, dan kadang-

kadang pingsan dan koma. Akibat lain bagi anak mungkin termasuk pertumbuhan

terhambat, sering infeksi, atau luka pada mulut dan usus. Penyakit penyimpanan

Glikogen cenderung menyebabkan asam urat, limbah, menumpuk di sendi (yang

bisa menyebabkan encok) dan di ginjal (yang bisa menyebabkan batu ginjal). Pada

jenis I penyakit penyimpanan glikogen, kegagalan ginjal biasa terjadi setelah

beberapa lama. (4)

Diagnosa spesifik dibuat ketika pemeriksaan kimiadari jaringan sampel, biasanya

otot atau hati, menentukan bahwa enzim tertentu hilang. Pengobatan tergantung

pada jenis penyakit penyimpanan glikogen. Bagi banyak orang, makan beberapa kali

sedikit makanan kaya karbohidrat menolong mencegah kadar gula darah turun. Bagi

orang yang mempunyai penyakit penyimpanan glikogen yang menghasilkan gula

darah rendah, kadar glukosa dipelihara dengan memberi tepung maizena mentah

setiap 4 sampai 6 jam. Kadang-kadang larutan karbohidrat diberikan melalui tabung


perut sepanjang malam untuk mencegah kadar kadar gula darah turun malam hari.

(4)

2. Galaktosemia

Galactosemia (kadar galactose darah tinggi) disebabkan dengan kekurangan salah

satu enzim yang diperlukan untuk memetabolisme galactose, gula yang ada dalam

lactose (gula susu). Metabolite menjadi banyak menjadi racun pada hati dan ginjal

dan juga merusak lensa mata, menyebabkan katarak. Bayi baru lahir dengan

galactosemia nampak normal pada mulanya tetapi dalam beberapa hari atau minggu

kehilangan selera makannya, muntah, menjadi kuning, mengalami diare, dan

berhenti bertambah besar secara normal. Fungsi sel darah putih terpengaruh, dan

infeksi serius bisa timbul. Jika pengobatan lambat, anak yang terkena tetap pendek

dan mengalami keterbelakangan mental atau mungkin mati. Galactosemia dapat

diketahui dengan pemeriksaan darah. Tes ini dilakukan sebagai tes skrining rutin

pada bayi baru lahir terutama bila seorang anggota keluarga diketahui mempunyai

gangguan ini. (4)

Galactosemia diobati dengan cara menghilangkan secara menyeluruh susu dan

produk susu - sumber galactose dari makanan anak yang terkena. Galactose juga

ada di beberapa buah-buahan, sayur, dan produk laut, seperti rumput laut. Dokter

tidak yakin apakah jumlah yang sedikit di dalam makanan ini menyebabkan masalah

dalam jangka panjang. Orang yang mempunyai gangguan harus membatasi

pemasukan galactose sepanjang hidup. (4)

Jika galactosemia dikenali sejak lahir dan diobati dengan baik, masalah hati dan

ginjal tidak berkembang, dan perkembangan jiwa normal. Tetapi, dengan

pengobatan yang tepat pun, anak dengan galactosemia sering mempunyai kuosien
kecerdasan lebih rendah (IQ) daripada saudara kandung mereka, dan mereka sering

mempunyai masalah bicara. Anak perempuan sering mempunyai indung telur yang

tidak berfungsi, dan hanya sedikit yang dapat menjadi hamil secara alami. Namun

untuk anak laki-laki, , mempunyai fungsi testicular normal.(4)

3. Intoleransi Fruktosa Turnan

Pada gangguan ini, badan kehilangan enzim yang mencerna fruktosa, gula yang ada

di gula meja (sucrose) dan banyak buah-buahan. Akibatnya, sebuah hasil

sampingan fruktosa menumpuk di badan, menghalangi pembentukan glikogen dan

konversinya ke glukosa untuk digunakan sebagai tenaga. Menggunakan sedikit saja

fruktosa atau sucrose menyebabkan kadar gula darah rendah (hypoglycemia),

berkeringat, kebingungan, dan kadang-kadang pingsan dan koma. Anak yang terus

makan makanan berisi fruktosa mengalami kerusakan ginjal dan hati, menghasilkan

penyakit kuning, muntah, pemburukan jiwa, pingsan, dan kematian. Gejala kronis

termasuk tidak mau makan, kegagalan untuk berkembang pesat, gangguan

pencernaan, kegagalan hati, dan kerusakan ginjal. (4)

Diagnosa dibuat kalau pemeriksaa kimia sampel jaringan hati ditemukan enzim

hilang. Pengobatan melibatkan mengeluarkan fruktosa (umumnya ditemukan di

buah-buahan manis), sucrose, dan sorbitol (tiruan gula) dari diet. Serangan akut

dirawat denganmemberi glukosa dengan infus; serangan yang lebih ringan

hypoglycemia diobati dengan tablet glukosa, yang sebaiknya dibawa oleh siapa saja

yang mempunyai keturunan intoleransi fruktosa. (4)

4. Penyakit Penyimpanan Glikogen


Merupakan kelompok gangguan yang diwariskan, yang ditandai fghjdengan

kurangnya mobilisasi glikogen atau deposisi bentuk-bentuk glikogen yang abnormal

sehingga mengakibatkan kelemahan otot dan bahkan kematian penderitanya. (5)

II.2. Uraian Bahan

1. Aquadest (6:96)

Nama resmi : Aqadestillata

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,00

Pemerian : cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

kegunaan : sebagai pelarut

2. Etanol (7:63)

Nama resmi : Acthanolum

Nama lain : Alkohol

RM : C2H5OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi


3. HCl (6:53)

Nama resmi : Acidum hydrochloridum

Nama lain : Asam klorida

RM/BM : HCl/36,46

Pemerian : cairan tidak berwarna, bau merangsang, berasap

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

4. Kalium Iodida (7:478)

Nama resmi : Kalium iodida

Nama lain : Kalii iodidum

RM/BM : KI/166,00

Pemerian : Hablur, transparan dan heksahedral

Kelarutan : Sangat mudah lart dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah terttup baik

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

5. KOH (6:689)

Nama resmi : Kalii hidroksida

Nama lain : Kalium hidroksida


RM : KOH

Pemerian : Masa berbentuk batang,sangat mudah meleleh.

Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi


BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan

III.1.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung reaksi, tabung sentrifuge, corong, pipet tetes, pipet volum, spoit, papan,

pisau bedah, gunting, glass arlogi, cawan porselin, oven, beker glass, glass ukur,

gegep dan penangas air.

III.1.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas saring,

benang godam, indikator PP (phenol phitialin), darah tikus, KI, etanol, KOH 60%,

aquadest, HCl 0,5%.

III.2. Cara Kerja

III.2.1. Isolasi Glikogen

Dilumatkan sampel jaringan hati sebanyak 3,53 gram dicampur dengan KOH 60%

sebanyak 7,6 ml dan diaduk selama 45 menit. Ditambahkan 4,1 ml air suling dan

didihkan selama 10 menit, lalu saring. Tambahkan 2 ml filtrate dengan 0,15 gram KI,

2,1 ml etanol, dan 1 tetes indikator PP (phenol phitialin). ditambahkan HCl 0,5%

setetes demi setetes hingga warna larutan hilang, lalu arung larutan dan saring

endapannya. Dikeringkan endapannya dalam oven 115 C selama 1 jam dan hitung

berat glikogennya.
III.2.2. Tes Glukosa

Darah tikus (puasa dan tidak puasa) yang telah didapatkan, di sentrifuge selama 15

menit denga kecepatan 3000 rpm. Serum dipipet kedalam serum sebanyak 10l

dengan menggunakan mikropipet. Ditambahkan reagen sebanyak 100 lalu

homogenkan. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 5 menit. Dibaca pada

alat humalyser dan dicatat hasil yang diperoleh.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1. Tabel Pengamatan

IV.1.1. Tes Glikogen

KELOMPO METODE PERLAKUA BERAT BERAT HASIL


HATI GLIKOGEN KUALITATIF
K N
1 Manual 1ml glukosa 1,2 gram >0,1 Orange
10%, makan kecoklatan
3 kali sehari (+)
2 Magnetic 1ml glukosa 1,1 gram 0,08 Merah
stirrer 10%, makan kecoklatan
3 kali sehari (+)
3 Manual 0,5ml 1,2 gram 0,2 Merah
glukosa 10%, kecoklatan
makan 3 kali (+)
sehari
4 Manual 0,5ml 1,5 gram 0,1 Kuning (-)
glukosa 10%,
makan 3 kali
sehari
5 Manual Puasa 8 jam 1,6 gram 0,03 Merah
kecoklatan
(+)
6 Manual Puasa 8 jam 1,2 gram 0,1 Merah
kecoklatan
(+)
7 Manual Puasa 24 1,9 gram 0,1 Jingga (-)
jam
IV.2. Reaksi

IV.2.1. Pemeriksaan glukosa darah

HK

Glukosa + ATP glukosa-6-phosphatase + ADP

GGP-DH

Glukosa-6-phosphate +NAD glukonate-6-phosphate +NADH+H

IV.2.2. Pembentukan glikogen

Glukosa

Sintase

UDPG (Uridin diphosphate glkosa )+ glukosa (glukosa) n+1


BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan proses isolasi glikogen dari

jaringan hati pada hewan coba mencit. Glikogen merupakan karbohidrat dalam

bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi.

Terbentuk dari molekul glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang

lebih kompleks, simpanan glikogen memiliki fungsi sebagai sumber energi tidak

hanya bagi kerja otot, namun juga merupakan sumber energi bagi sistem saraf pusat

dan otak.

Di dalam tubuh jaringan otak dan hati merupakan dua komponen utama yang

digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Di dalam hati glikogen akan

memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari total massa hati. Hatoi akan

mengeluarkan glukosa apabila dibutuhkan untuk memproduksi energi dalam tubuh.

Endapan hasil isolasi glikogen yang ditetesi dengan HCl bertujuan untuk

menghidrolisis glikogen sehingga membantu pada saat proses homogenisasi yang

akhirnya kadar glikogen hati dapat ditentukan.

Menurut pustaka bahwa pada mencit yang tidak puasa kadar glikogen hati

lebih besar daripada mencit puasa. Hal tersebut dikarekanakan pada saat sebelum

diambil hatinya kandungan glukosa pada tubuhnya masih dipasok secara normal

dan belum memakai kadar glikogen oada tubuhnya. Setelah diberikan larutan

glukosa dan makanan berupa karbohidrat, maka kadar glukosa darahnya akan naik.
Namun, berbeda dengan hasil yang diperoleh, nerdasarkan data dapat

diketahui bahwa pada mencit yang puasa 24 jam memiliki berat glikogen yang lebih

besar dibandingkan dengan berat glikogen pada mencit yang diberikan larutan

glukosa dan makanan selama 3 kali sehari. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa cadangan glikogen dalam hati dalam keadaan puasa akan

dipecah menjadi glukosa melalui proses glikoneoigenesis yang langsung ditransfer

menuju ke darah. Glikogen yang dipecah seharusnya menyebabkan kadar glikogen

dalam hati mencit menjadi berkurang atau lebih sedikit.


BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil positif kandungan

glikogen pada beberapa hati mencit melalui uji kualitatif

VI.2. Saran

Sarana dan prasarana laboratorium harus dilengkapi untuk memperlancar

pelaksanaan praktium.
DAFTAR PUSTAKA

1. Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper. Buku Kedokteran Indonesia EGC;

Jakarta. Hal:146-151

2. Koolman,Jan. 2001. Atlas berwarna dan Teks Biokimia. Hipokrates; Jakarta.

Hal:156-160

3. Adi, Nur. 2005. Diktat Biokimia Metabolisme Karbohidrat. Politeknik Kesehatan

Masyarakat; Makassar. Hal:1-6

4. Poedjiadi, Anna.1994. dasar-dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia;

Jakarta. Hal:258-261

5. Muchayat, Siti. Metabolisme Karbohidrat. Diakses tanggal 19-03-2011

6. Farmakope Indonesia Edisi III. 1979. Dinas Kesehatan; Jakarta.

7. Farmakope Indonesia Edisi IV. 1997. Dinas Kesehatan; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai