Seorang gadis berusia 14 tahun menghadiri perawatan kesehatan primer yang mengeluhkan
pendarahan vagina. Dia didampingi oleh teman laki-lakinya saat itu. Penilaian tersebut mengungkapkan
bahwa dia mengkonsumsi obat aborsi. Dia tampak cemas, menangis, dan tidak ingin keluarganya
mengetahui kehamilannya. Orang tuanya adalah pekerja yang sibuk dan sering berada di luar kota untuk
urusan bisnis. Dengan demikian, mereka tidak pernah memantau sosialisasi anak perempuan mereka.
Keluarga tidak pernah mengantarkan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi berdasarkan nilai
agama (akil baligh). Perawat melakukan konseling untuk risiko kehamilan bagi remaja.
Definisi PHC Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh
individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya
yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan
mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
determination).
a. Pemerataan upaya kesehatan Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus
diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran
serta individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan Teknologi medis harus disediakan yang
dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas
untuk vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian Peran serta atau partisipasi masyarakat
untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia
lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab
atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas
untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi
kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan,
kabupaten atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau
desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat
diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya
dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup,
sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan
pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup
dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat
(termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).
Elemen-Elemen PHC Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu : a.
Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya b.
Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar d.
Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB e. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama f.
Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
h. Penyediaan obat-obat essensial
5. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi keagamaan
Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga
Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari seluruh anggota
keluarga
Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran agama
Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentnag keagamaan yang tidak atau
kurang diperolehnya di sekolah dan dimasyarakat
Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera
2. Fungsi budaya
Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya
masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan
Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang
tidak sesuai
Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari pemecahan maslah dari
berbagai pengaruh negative globalisasi dunia
Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang
baik/positif sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantnagn globalisasi
Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, seimabang dengan budaya masyarakat/ bangsa
untuk menunjang terwujudnya norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
3. Fungsi cinta kasih
Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga (suami-istri-
anak) kedalam symbol-simbol nyata (ucapan, tingkah laku) secara optimal dan terus menerus
Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar- anggota keluarga maupun antar keluarga
yang satu dengan lainnya secra kunatitatif dan kualitatif
Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara
serasi, selaras dan seimbang
Membina rsaa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih
saynag sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
4. Fungsi perlindungan
Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari
dalam maupun dari luar keluarga
Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan
tantangan yang dating dari luar
Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebgagai modal menuju Keluarga
Kecil B ahagia Sejahtera
5. Fungsi reproduksi
Membina kehidupan keluarga sebagai wahan pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota
keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya
Memberikn contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan kleuraga dalam hal usia,
pendewasaa fisik maupun mental
Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan,
jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga’
Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera
6. Fungsi sosialisasi
Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluraga sebagai wahana pendidikan dan
sosialisasi anak yang pertama dan utama
Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat
mencari pemecahan drai konflik dan permaslahan yang dijumpainya baik di lingkungan sekolah
maupun masyarakat
Membina proses pendididkan dan sosialisasi anak tentnag hal-hal yang diperlukannya untuk
meningktakan kematangan dan kedewasaan (fisik maupun mental), yang tidak/kurang diberikan
oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat
Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat
bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembngan dan
kematngan hidup bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera