Anda di halaman 1dari 6

Tutorial 1 Blok 16

Seorang gadis berusia 14 tahun menghadiri perawatan kesehatan primer yang mengeluhkan
pendarahan vagina. Dia didampingi oleh teman laki-lakinya saat itu. Penilaian tersebut mengungkapkan
bahwa dia mengkonsumsi obat aborsi. Dia tampak cemas, menangis, dan tidak ingin keluarganya
mengetahui kehamilannya. Orang tuanya adalah pekerja yang sibuk dan sering berada di luar kota untuk
urusan bisnis. Dengan demikian, mereka tidak pernah memantau sosialisasi anak perempuan mereka.
Keluarga tidak pernah mengantarkan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi berdasarkan nilai
agama (akil baligh). Perawat melakukan konseling untuk risiko kehamilan bagi remaja.

Definisi PHC Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh
individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya
yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan
mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
determination).

a. Pemerataan upaya kesehatan Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus
diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran
serta individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan Teknologi medis harus disediakan yang
dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas
untuk vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian Peran serta atau partisipasi masyarakat
untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia
lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab
atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas
untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi
kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan,
kabupaten atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau
desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat
diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya
dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup,
sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan
pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup
dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat
(termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).

Elemen-Elemen PHC Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu : a.
Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya b.
Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar d.
Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB e. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama f.
Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
h. Penyediaan obat-obat essensial

Pelayanan kesehatan primer :

1. Tulang punggung pelayanan kesehatan


2. Menitikberatkan pada promkes dan preventif guna mendorong peran serta masyarakat dan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi berbagai factor resiko kesehatan
3. Memenuhi kebutuhan dasar pasien dan mengurangi tindakan kuratif pasien yang akan
meningkatkan biasa pengobatan

5. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi keagamaan
 Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga
 Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari seluruh anggota
keluarga
 Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran agama
 Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentnag keagamaan yang tidak atau
kurang diperolehnya di sekolah dan dimasyarakat
 Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera
2. Fungsi budaya
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya
masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang
tidak sesuai
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari pemecahan maslah dari
berbagai pengaruh negative globalisasi dunia
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang
baik/positif sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantnagn globalisasi
 Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, seimabang dengan budaya masyarakat/ bangsa
untuk menunjang terwujudnya norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
3. Fungsi cinta kasih
 Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga (suami-istri-
anak) kedalam symbol-simbol nyata (ucapan, tingkah laku) secara optimal dan terus menerus
 Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar- anggota keluarga maupun antar keluarga
yang satu dengan lainnya secra kunatitatif dan kualitatif
 Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara
serasi, selaras dan seimbang
 Membina rsaa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih
saynag sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
4. Fungsi perlindungan
 Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari
dalam maupun dari luar keluarga
 Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan
tantangan yang dating dari luar
 Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebgagai modal menuju Keluarga
Kecil B ahagia Sejahtera
5. Fungsi reproduksi
 Membina kehidupan keluarga sebagai wahan pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota
keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya
 Memberikn contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan kleuraga dalam hal usia,
pendewasaa fisik maupun mental
 Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan,
jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga’
 Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera
6. Fungsi sosialisasi
 Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluraga sebagai wahana pendidikan dan
sosialisasi anak yang pertama dan utama
 Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat
mencari pemecahan drai konflik dan permaslahan yang dijumpainya baik di lingkungan sekolah
maupun masyarakat
 Membina proses pendididkan dan sosialisasi anak tentnag hal-hal yang diperlukannya untuk
meningktakan kematangan dan kedewasaan (fisik maupun mental), yang tidak/kurang diberikan
oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat
 Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat
bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembngan dan
kematngan hidup bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

BEBERAPA HAL YANG MENGAKIBATKAN KEHAMILAN REMAJA.

1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga.


Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan
kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung
mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang
banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka
terhadap kedua ibu bapaknya.
2. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja.
Karena dengan komunikasi, orangtua dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan misalnya, batas mereka boleh bermesraan dan apa konsekuensinya kalau dilanggar.
Kepercayaan dari orang tua akan membuat mereka merasa lebih bertanggung jawab.
Berpacaran sembunyi-sembunyi akibat dari tidak diberinya kepercayaan justru tidak
menguntungkan karena kasus-kasus pra nikah umumnya dilakukan oleh mereka yang “back street”
dan mungkin juga didukung oleh hubungan dengan orang tua yang kurang akrab atau terlalu kaku.
3. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat.
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-
informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat
maka dapat membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku.

PENCEGAHAN KEHAMILAN REMAJA

1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah


2. Kegiatan positif
3. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4. Jangan terjebak pada rayuan gombal
5. Hindari pergi dengan orang yang terkenal
6. Mendekatkan diri pada Tuhan
7. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana (alat kontrasepsi,
kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama

Reproduksi Menurut Ajaran Islam


Islam sebagai ad-Dien merupakan pedoman hidup yang mengatur dan membimbing manusia
yang berakal untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Sisi-sisi kehidupan manusia sekecil apapun
telah menjadi perhatian Islam, termasuk dalam hal ini yang berkaitan dengan kesehatan. Ia merupakan
nikmat dari Allah yang luar biasa nilainya, karena itu ia merupakan amanah yang menjadi kewajiban bagi
setiap pribadi untuk menjaganya dengan memelihara kesehatan secara sungguh-sungguh.
Islam sebagai pandangan hidup tentu saja memiliki kaitan dengan kesehatan reproduksi
mengingat Islam berfungsi sebagai pengatur kehidupan manusia dalam rangka mencapai keadaan sesuai
dengan definisi kesehatan reproduksi itu sendiri. Islam mengatur kesehatan reproduksi manusia ditujukan
untuk memuliakan dan menjunjung tinggi derajat manusia. Dan Islam sejak belasan abad yang lalu, jauh
sebelum kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteran mengaturnya sesuai dengan Quran, hadits, dan ijma
para ulama, yang mencakup seksualitas, kehamilan, menyusui, kontrasepsi dan KB, dan aborsi, serta hal
lain yang tidak dapat dijelaskan satu-satu persatu. Dan sebagai umat muslim kita wajib mengikuti aturan-
aturan yang telah ditetapkan Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan sebagai umat manusia.
Maka dari menurut M. Asrorudin (2009), reproduksi menurut ajaran islam terbagi atas 6 bagian,
antara lain:

1. Islam dan seksualitas


Seksualitas dalam Islam dapat menjadi hal yang terpuji sekaligus tercela. Seksualitas menjadi hal
yang terpuji jika dilakukan dalam lingkup hubungan yang sesuai syariat, yaitu hubungan pasangan
laki-laki dan perempuan bukan antara pasangan sejenis (homoseksual) atau dengan binatang
(zoofilia) yang telah menikah secara sah. Sebaliknya seksualitas dalam Islam dapat menjadi hal yang
tercela jika hubungan dilakukan di luar pernikahan, antara pasangan sejenis, atau dengan binatang.
Islam melarang hubungan seksual melalui dubur & mulut (anal & oral sex), homoseksualitas,
sodomi, lesbianisme, dan perilaku seksual lain yang tidak wajar. Kekhawatiran Islam tentang hal ini
sangat beralasan mengingat saat ini perilaku di atas banyak ditemukan di masyarakat di seluruh
dunia yang berakibat pada timbulnya penyakit-penyakit menular seksual dan desakralisasi hubungan
pernikahan dimana hanya mementingkan syahwat semata.
Dalam Islam hubungan seksual pranikah dan perselingkuhan dilarang dan dapat dihukum sesuai
syariat. Bahkan negara kita juga telah memasukkan perihal ini dalam KUHP. Supaya umat manusia
tidak terjebak pada perilaku tercela maka Islam mengaturnya dalam Quran surat Al Israa: 32 yaitu
tentang larangan mendekati zina. Bukan hanya melakukan, mendekatinya saja dilarang dalam Islam
seperti hubungan laki-laki dan perempuan bukan muhrim yang terlampau bebas.
2. Islam dan kehamilian
Dr Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis dalam bukunya yang fenomenal La Bible Le Coran Et La
Science (Bibel, Quran, dan Sains Modern) menyatakan bahwa sebelum ilmu kedokteran modern
berkembang, para ilmuwan memiliki konsep yang salah tentang penciptaan manusia padahal Quran
telah menyatakannya dengan sangat jelas sejak 14 abad yang lalu. Dalam surat Al Mukminun: 14
dan Al Hajj: 5, Quran telah menjelaskan tahap demi tahap perkembangan penciptaan manusia.
Quran menyebutkan tempat-tempat mekanisme yang tepat dan menyebutkan tahap-tahap yang
pasti dalam reproduksi, tanpa memberi bahan yang keliru sedikit jua pun. Semuanya diterangkan
secara sederhana dan mudah dipahami oleh semua orang serta sangat sesuai dengan hal-hal
yang ditemukan oleh sains di kemudian hari. Mari kita lihat kandungan surat Quran di bawah ini
yang begitu menakjubkan: “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”(QS. Al Mu’minun: 14)
3. Islam dan menyusui
Penelitian ilmiah modern baru dapat menyatakan kelebihan dan manfaat air susu ibu (ASI) di
penghujung abad ke-20. Namun, kajian tentang ASI telah termaktub di dalam Quran beribu tahun
yang lalu sejak diturunkannya pedoman hidup manusia itu. ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi
itu telah menjadi rekomendasi WHO untuk diberikan secara eksklusif selama 4-6 bulan dan
dilanjutkan bersama makanan lain hingga berusia 2 tahun. Hal ini sesuai dengan surat Al Baqarah:
233, yang secara ilmiah berkaitan erat dengan pembentukan sistem kekebalan tubuh bayi dalam
tahun-tahun pertama kehidupannya.
ASI tidak hanya penting bagi bayi saja tetapi penting pula bagi ibunya. Hubungan batin antara ibu
dan bayinya menjadi lebih terasa karena dekatnya hubungan mereka melalui proses penyusuan.
Secara klinis telah pula diteliti bahwa penyusuan dapat mengurangi risiko kanker payudara. Selain
itu proses penyusuan berguna pula sebagai kontrasepsi alamiah.
4. Islam dan kontrasepsi
Hingga saat ini kontrasepsi sebagai sarana pengaturan jarak kehamilan masih menjadi perdebatan
di kalangan ulama dan ilmuwan Islam. Ada kalangan yang menentang karena mereka beranggapan
kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan produk Yahudi dan kaum kafir untuk melemahkan
kaum muslimin karena mereka takut kalau-kalau pertumbuhan umat Islam akan mengancam tujuan,
dominasi/pengaruh dan kepentingan mereka. Kalangan yang menentang juga beranggapan bahwa
KB bertentangan dengan anjuran Islam untuk memperbanyak keturunan. Ada pula kalangan yang
membolehkan atau membolehkan dengan syarat.
5. Islam dan aborsi
Permasalahan aborsi atau secara medis berarti penghentian kehamilan di bawah usia kehamilan
20 minggu masih menjadi perdebatan di kalangan muslim. Kalangan yang sepenuhnya menentang
mendasarkan pendapatnya pada Quran Surat Ath-Thalaq: 3, yaitu, ‘Dan memberinya rezki dari arah
yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu’
Sementara itu kalangan muslim lainnya membolehkan aborsi hanya untuk alasan berat seperti
mengancam nyawa ibu atau kemungkinan janin lahir cacat. Saat ini berkembang perdebatan di
Indonesia tentang akan dikeluarkannya Undang-Undang (UU) yang cenderung untuk melegalkan
bahkan meliberalkan aborsi, dengan alasan saat ini banyak masyarakat yang terlibat praktik aborsi
yang tidak aman sehingga menimbulkan angka kematian ibu dan bayi tertinggi di antara negara-
negara ASEAN. Tentu saja pembuatan produk legislatif ini harus disikapi dengan bijaksana dengan
melibatkan berbagai unsur dalam masyarakat termasuk kalangan ulama dan agamawan dalam proses
pembuatannya.
6. Islam dan pendidikan seks
Islam juga sama sekali tidak lupa untuk mengajarkan kita tentang pendidikan seks berupa
penjelasan tentang alat-alat reproduksi, kehamilan, menstrusi (haid), hubungan seksual yang aman
dan syar’i, dengan bahasa yang sederhana dan dalam batas tata susila yang diperlukan, bukan
mengandung unsur pornografi

Anda mungkin juga menyukai