Anda di halaman 1dari 2

3 Cara Menumbuhkan Optimis pada

Anak
Optimis itu perasaan dan semangat yang positif. Kenapa sikap optimis penting dimiliki anak? Selain
memberi efek jangka panjang pada sikap mental dan kesehatan fisik yang positif (sstt… orang yang
optimis umumnya lebih panjang umur, lho!), anak yang optimis biasanya akan lebih merasa
bahagia dan sukses di sekolah.

Anda tentu ingin anak Anda tumbuh menjadi anak yang bahagia dan sukses, kan? Membesarkan
anak yang optimis tidak sulit, kok. Inilah yang harus Anda lakukan, Ma!

Berhenti mengeluh
“Aduh, hujan. Jalanan pasti macet dimana-mana. Kita nggak akan bisa sampai tepat waktu di
tempat pesta.” Apa Anda pernah berkata seperti itu di depan anak? Jika ya, berhentilah
melakukannya. Selalu fokus pada pikiran negatif dan rasa frustasi adalah bentuk kalsik dari rasa
pesimis. Dan, semakin sering anak Anda melihat atau mendengar keluhan , semakin besar
kemungkinan ia akan menirunya.

Sebagai orangtua, Anda seharusnya memiliki kemampuan untuk mengubah suasana negatif
menjadi positif. Daripada mengeluh soal hujan dan jalanan macet, Anda bisa mengatakan hal
positif seperti “Wah, untung kita belum cuci mobil. Lumayan, hujan ini membersihkan mobil
dengan gratis!”

Memiliki harapan tinggi


Memiliki harapan yang tinggi pada anak boleh-boleh saja, kok. Misal, Anda mewajibkan anak
merapikan tempat tidur sendiri setiap hari sebelum ia sarapan. Tak usah takut anak tak mampu
melakukannya.

Justru, harapan dari Anda akan membangkitkan perasaan positif pada anak. Ketika ia berhasil
melakukan hal yang sesuai dengan harapan Anda, ia akan merasa semakin bersemangat untuk
meraih pencapaian yang lebih tinggi.

Ingat, Ma, anak tak akan mengembangkan sikap “saya bisa!” kecuali ia diberi kesempatan untuk
membuktikan kemampuannya. “Memberi kepercayaan pada anak untuk menyelesaikan tugas akan
membuatnya merasa mampu,” kata Tamar Chansky, Ph.D., psikolog anak sekaligus penulis
buku Freeing Your Child from Negative Thinking.

Mengambil risiko
Sebagai orangtua, Anda mungkin berusaha sekuat tenaga melindungi anak dari kejadian yang
membuatnya ‘jatuh’. Misal, Anda tahu anak Anda tak pandai main basket, sehingga Anda
melarangnya bermain basket bersama teman-temannya yang sudah jago basket karena Anda tak
ingin ia merasa malu dengan keterbatasannya itu.

Padahal, melarang anak untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak dikuasainya hanya akan
menurunkan rasa percaya dirinya, dan membuatnya tumbuh menjadi anak pesimis.

Yang perlu Anda lakukan adalah membiarkan anak melakukan segala hal, demikian
menurut Michael Thompson, Ph.D., penulis buku Homesick and Happy: How Time Away From
Parents Can Help a Child Grow. Izinkan anak Anda bermain sendiri di halaman, atau pergi field
trip tanpa pendamping.

Kemudian, tingkatkan risikonya, misal tantang anak untuk memanjat di wall climbing atau
berkemah tanpa orangtua. Dan ketika ia berkata, “Ma, lihat aku bisa, lho!” Anda pasti akan
merasa bangga. Ingat, Ma, masa depan adalah milik mereka yang mau mengambil risiko, dan
bukan untuk mereka para pencari keamanan. (parenting.co.id)

Anda mungkin juga menyukai