STATUS PASIEN
Dokter Muda
NIM 406172075
Umur 62 tahun
Alamat Semarang
Agama Islam
Pendidikan SD
No. RM 18-10-167965
ANAMNESIS SISTEM
Dalam batas normal
1. Cerebrospinal
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
(Pemeriksaan dilakukan pada Rabu, 31 Oktober 2018, pukul 10.30 WIB di Poli Mata
RS Bhayangkara Semarang)
Tekanan Darah : 170/80 mm/Hg
Frekuensi Nadi : 84x/menit, regular, isi cukup
Frekuensi Napas : 18x/menit, regular, abdominotorakal
Suhu : tidak diukur
Pemeriksaan OD OS Penilaian
Dikerja- Tidak
kan
Visus Jauh 1/300 1/~ √
Refraksi √
Koreksi NC NC √
Visus Dekat √
Proyeksi sinar √
Persepsi Warna (Merah,
√
Hijau)
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
(Pemeriksaan dilakukan pada Rabu, 31 Oktober 2018, pukul 10.30 WIB di Poli Mata
RS Bhayangkara Semarang)
Pemeriksaan OD OS Penilaian
Dikerj Tid
a-kan ak
1. Posisi mata Ortoforia (0°) Ortoforia (0°) √
3. Lapang
Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai √
pandang(konfrontasi)
Ukuran 11 mm 11 mm √
Permukaan Rata Rata √
Limbus Arcus senilis (+) Arcus senilis (+) √
Infiltrat - - √
Defek - - √
Edema - - √
10. Bilik Mata Depan
Kedalaman Cukup Cukup √
Hifema - - √
Hipopion - - √
11. Iris
Gambar:
OD OS
RESUME
Telah diperiksa pasien bernama Ny. M berusia 62 tahun, dari anamnesis didapatkan:
Pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan kiri kabur sejak 5 bulan yang lalu,
kabur dirasakan tiba-tiba, keluhan dirasakan sepanjang hari, terasa seperti bayangan
kabut yang tebal, sehingga pasien hanya bias melihat bayangan saja Pasien juga
mengeluhkan silau bila melihat cahaya.
Selain itu pasien mengeluhkan bahwa kedua mata pasien sering gatal. Gatal yang
dirasakan hilang timbul tidak ada waktu tertentu munculnya gatal. Tidak ada hal
yang memperberat keluhan pasien, dan diperingan dengan pasien mengucek mata.
Pasien juga mengeluhkan kedua mata pasien sering terasa pedih. Pedih yang
dirasakan pasien terus menerus. Hal ini diperingan bila pasien menutup mata, dan
diperberat bila pasien lama membuka mata.
Riwayat pengobatan untuk keluhan tersebut ialah menggunakan tetes mata
rohto/isto, namun tidak ada perbaikan
Riwayat hipertensi (+)
DIAGNOSIS BANDING
1. OS Katarak Senilis Hipermatur
2. Retinopati Hipertensi
TERAPI FARMAKOLOGI
1. Penambahan air mata dengan pemberian tetes mata buatan / emulsi/salep mata
2. Obat tetes anti kekeruhan pada lensa mata
3. Operasi EKEK
TERAPI NON-FARMAKOLOGI
EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur disebabkan
katarak pada kedua lensa mata,
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat tetapi
dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis
tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan.
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan reaksi
peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan
pascaoperasi.
6. Kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
7. Kontrol mata secara teratur ke dokter spesialis
A. DEFINISI
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas
karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina.1 Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan
pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik
lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa. 2
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Terjadi secara perlahan-
lahan, sehingga penglihatan terganggu secara beragam sesuai tingkat kekeruhan lensa.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, biasanya
diatas 50 tahun.2
Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein
lensa, proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda,
bahkan pada bayi yang baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di masa
pertumbuhan janin, genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa
mata, peregangan pada retina mata dan pemaparan berlebihan dari sinar ultraviolet.
Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes mellitus, rokok, alkohol, dan obat-
obatan steroid, serta glaukoma (tekanan bola mata yang tinggi), dapat meningkatkan
risiko terjadinya katarak.2
B. ANATOMI LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.3 Tebal sekitar 4 mm dan
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RS Bhayangkara 18
Periode 22 Oktober – 24 November 2018
Fakultas Kedokteran Univeristas Tarumanagara
diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang
menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humour aquos
dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis
epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-
kelamaan menjadi kurang elastik.1
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun
saraf di lensa.1
E. ETIOPATOFISIOLOGI
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui.
Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya
katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui.2
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi
tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa
Katarak Nuklear
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus
lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak pada bagian
tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis),
berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini
merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi dari
pada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih
baik.2
Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan
progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear. Terdapat
wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa
terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.2
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak
yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada
awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa
yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga
terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn iris
pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
3. Stadium Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan
besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan
dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan menyebabkan myopia lenticular
4. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi
yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui
kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
5. Katarak Hipermatur
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tigkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar
belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap lampu
mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari.
Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan
pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami
penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya
kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya
katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa
menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk
diatasi dengan ekstraksi katarak.
6. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular
dengan cover test dan pin hole.
8. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang
sering bergerak-gerak.
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pemeriksa awam sampai menjadi
cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Katarak pada stadium
dini, dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca
pembesar atau slit lamp. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan
semakin padatnya kekeruhan lensa, hingga reaksi fundus hilang. Derajat klinis
pembentukan katarak dinilai terutama dengan uji ketajaman penglihatan Snellen.5
H. TERAPI
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:6
A. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
operasi katarak bisa dilakukan.
B. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika
prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RS Bhayangkara 27
Periode 22 Oktober – 24 November 2018
Fakultas Kedokteran Univeristas Tarumanagara
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
C. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,
namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien
muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam
meskipun pengelihatan tidak akan kembali.
Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama
menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul
anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu
mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-
kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk
katarak senilis yang padat.
Keuntungan dari metode ini antara lain:7
(Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit
karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya
astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal
ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan,
yang juga mengurangi resiko perdarahan.
Cepat menyembuh.
Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur
mata.
Secara kuantitatif dokter umum lebih banyak jumlahnya dan sebaran ke daerah
lebih merata. Di daerah yang agak jauh masih sulit ditemukan dokter spesialis mata.
Dokter umum menjadi tempat pertama masyarakat dalam memeriksa kesehatan,
sehingga kasus penyakit katarak dapat ditemukan dan dokter umum diharapkan dapat
mengarahkan pasien ke pemeriksaan lebih lanjut, khususnya pada penyakit-penyakit
komplikasi yang bisa berakibat ke mata seperti diabetes melitus ataupun hipertensi.
Dengan demikian, permasalahan katarak di Indonesia tidak hanya menjadi tanggung
jawab atau urusan dokter spesialis mata, namun dokter umum juga memiliki peran
penting dalam menanggulangipermasalahan katarak di Indonesia.
Seperti yang kita ketahui dokter umum memiliki kompetensi dibangun dengan
pondasi yang terdiri atasprofesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri,
serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi,
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RS Bhayangkara 39
Periode 22 Oktober – 24 November 2018
Fakultas Kedokteran Univeristas Tarumanagara
landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah
kesehatan
Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan
1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi
Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
3. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of
Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
4. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American
Academy of opthalmology. 2004.
5. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih Bahasa:
Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed. Jakarta: Widya
Medika; 2000.176-177.
6. Boyd Benjamin, prof, MD, F.A.C.S. Indication for surgery-preoperative
evaluation. Dalam : The Art and The Science of Cataract Surgery. Colombia.
Highlight of Ophthalmology.2001.p11-33
7. Victor, Vicente. Senile Cataract. 2018. Diakses 10 november 2018. Avaible in
https://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview
8. Kemenkes RI. 2017. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2017.
Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
9. Aini NA, Santik YD. Kejadian Katarak senilis di RSUD Tugurejo.HIGEA 2018
(2). Avaible in : file:///C:/Users/USER/Downloads/20639-Article%20Text-
48679-1-10-20180518.pdf
10. Arditya SK, Rahmi FL. Hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap operasi
katarak pada pasien katarak senilis di RSUP Dr. Kariadi Semarang. The
Indonesia Journal of Public Health vol 4 (1). 2007 : 21-24