Pembimbing: dr. Devi Astri Rivera A., Sp.PD Low back pain adalah suatu kondisi yang paling banyak dialami orang dan sangat berdampak terhadap kesehatan dan sosial ekonomi. Diperkirakan <15% LBP ada faktor pencetus Tapi lebih banyak yang tidak diketahui faktor penyebabnya. Natium diclofenac (NSAID) paling sering digunakan. Ada 3 modic change pada MRI Modic change 1 adanya gangguan dan fisura pada endplates (inflamasi) Modic change 2 sumsum tulang (merah) yang tergantikan oleh lemak (kuning) Modic change 3 subchondral bone sklerosis Calcitonin adalah obat untuk osteoporis. Memiliki efek inhibitor terhadap osteoclast Penelitian yang menunjukan penggunaan calcitonin dalam pengobatan LBP belum terbukti Total 133 pasien yang sudah terdiagnosis kronik LBP dari bulan oktober 2013 – maret 2016. Definisi operational LBP nyeri dan rasa tidak nyaman berlokasi antara costae terakhir dan diatas lipat gluteal bawah, dengan atau tanpa penjalaran ke kaki. Kriteria inklusi: terdiagnosis LBP >3bulan, sudah dikonfirmasi dengan MRI Kriteria eksklusi: osteoporosis, fraktur, tumor, infeksi, kelainan struktural (n=7) RA atau penyakit sistemis (n=1) Pernah menjalani operasi tulang belakang (n=1) Lost to follow up (n=15) Sisa 109 pasien yang ikut dalam penelitian ini Penelitian sudah mendapat ijin dari Medical Ethics Committee of Tianjian Medical University Persetujuan perorangan juga diperoleh dari setiap pasien. 62 pasien mendapat calcitonin 47 pasien mendapat sodium diclofenac Baseline data (usia, jenis kelamin, merokok, BMI, imaging) juga dicatat. Calcitonin 50 IU disuntik IM setiap hari selama 4 minggu Sodium diclofenac 75mg di minum setiap hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu pasien ditanyakan mengenai efek samping obat Setelah 3 bulan MRI ulang Semua pasien tidak ada yang mendapatkan suplementasi vitamin D Sebelum dan setelah mendapat terapi, semua pasien harus mengisi 2 kuesioner Visual analog scale (VAS) 0-10 Oswestry Dissability Index berisikian 10 pertanyaan yang harus dijawab seperti ( derajat nyeri, berjalan, angkat barang, duduk, tidur dll)
Dikatakan bermaksa jika ada penurunan 30% dari kedua
kuesioner (VAS dan ODI) Perbedaan antara group calcitonin dan natrium diclofenac di teliti menggunakan chi-squared untuk variable kategorik. Sedangkan untuk variable numerik, di teliti menggunakan t-test. Dan paired t-test digunakan untuk teliti perbedaan intragroup Pasien di follow up dua kali, yaitu 4 minggu dan 3 bulan. Kedua hasil dicatat dan diteliti dengan t-test. Analisis menggunakan SPSS versi 21,0 Total 109 pasien yang ikut serta Diantaranya 60 laki-laki dan 49 wanita. Dengan rata- rata usia 53 tahun. Setelah follow up minggu ke 4 dan bulan ke 3, terlihat hasil perbaikan pada kedua hasil VAS dan ODI dibandingkan dengan baseline data. Calcitonin memiliki perbaikan hasil VAS dan ODI yang lebih baik dibandingkan natrium diclofenac (p,0,05) Proporsi pasien yang memiliki perbaikan score VAS dan ODI >30% juga lebih banyak pada kelompok calcitonin. Setelah 3 bulan MRI ulang Calcitonin group 11 pasien tidak ada MC 16 pasien MC2 35 pasien MC1 Perbaikan 43,54% Natrium diclofenac group 4 pasien tidak ada MC 6 pasien MC2 37 pasien MC1 Perbaikan 21,27% Efek samping terjadi pada 17/62 pasien di kelompok calcitonin Muntah – 3 pasien Nyeri perut – 5 pasien Diare – 3 pasien Hipodinamia – 4 pasien Sakit kepala – 2 pasien Hot flushes – 4 pasien Mual – 2 pasien Hipocalcemia – 1 pasien Efek samping terjadi pada 7/47 pasien di kelompok natrium diclofenac Muntah – 1 pasien Nyeri perut – 2 pasien Diare – 2 pasien Konstipasi – 1 pasien Hipodinamika – 1 pasien Sakit kepala – 1 pasien Mual – 2 pasien Namun setelah diteliti, perbedaan efek samping pada kedua kelompok tidak signifikan (p= 0,118) Pasien yang mendapat injeksi 50IU calcitonin menunjukan penurunan skor VAS dan ODI yang lebih baik jika dibandingkan pasien yang menerima natrium diclofenac 75mg oral. Pasien yang menunjukan perbaikan pada MRI juga terlihat lebih banyak pada kelompok calcitonin LBP adalah masalah yang banyak dialami oleh masyarakat. Diperkirakan prevalensinya sekitar 23%. Beberapa terapi telah digunakan olahraga, pola hidup, edukasi dan farmakoterapi (NSAID dan opioid lemah) Calcitonin bekerja dengan menghambat osteoclast . Injeksi calcitonin pertama kali digunakan tahun 1973. Semenjak itu, calcitonin banyak digunakan untuk pengobatan osteoporosis, postmenopause osteoporosis, paget’s disease. MC1 dapat mendeteksi gangguan dan fisura pada endplates. Gambaran MC1 mengindikasikan bahwa ada suatu proses inflamasi dan edema. Calcitonin terbukti dapat menginduksi cartilaginous phase pada kasus fraktur pada binatang. Calcitonin mempercepat endochondral ossification sehingga mempercepat proses maturation of callus. Pada suatu penelitian patah tulang panggul pada orang tua tidak ditemukan perbedaan pada pemulihan, masa rawat inap maupun komplikasi antara kelompok calcitonin dan placebo. Tetapi, jika dilihat dari MC1 kelompok calcitonin memupunyai masa penyembuhan yang lebih cepat. Selain itu calcitonin juga terbukti dalam mengurangi rasa nyeri pada tulang. Seperti tumor yang bermetastatis ke tulang. Calcitonin memiliki efek serupa morphine. Yaitu meningkatkan kadar B-endorphin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Pada CNS terdapat receptor terhadap calcitonin sehingga persepsi nyeri dapat berkurang. MC1 pada MRI sangat berhubungan dengan LBP, dan Non MC1 dianggap sebagai perbaikan dari pada LBP. Pada kelompok yang mendapat calcitonin, terdapat perbaikan dari kelompok MC1 menjadi non MC1 sebanyak 43,54% menjadi 21,27%. Keovisto et all melaporkan zoledronic acid mempunyai hasil positive terhadap LBP dengan efek samping ringan hingga sedang. Namun kegunaannya dapat menimbulkan gagal ginjal. Penulis menilai bahwa calcitonin lbh baik karena selain mempunyai efek thd osteoporosis, juga memiliki efek analgesik yang tidak dimiliki oleh anti-osteoporosis lainnya. Natrium diclofenac adalah obat yang paling sering digunakan pada LBP. Penelitian ini membuktikan bahwa calcitonin lebih baik dari pada natrium diclofenac. Terbukti penurunan nilai VAS dan ODI lebih baik pada kelompok calcitonin Dan penilaian MC1 juga lebih baik pada kelompok calcitonin Walaupun kelompok calcitonin memiliki efek samping yang lebih banyak namun diantara kedua kelompok, perbedaan efek samping tersebut tidak bermakna. Kelemahan penelitian Single-center retrospective observational yang kurang randomisasi bias Banyak faktor dapat mencetuskan LBP yang tidak diteliti Pengaruh dari olahraga, edukasi, psikososial yang tidak diteliti. Tidak melakukan long term follow up. Saran: Multicenter randomized control trial with long term follow up diperlukan untuk menilai terapi calcitonin pada LBP Dalam penelitian ini ditemukan pasien LBP dengan MC1 pada MRI yang mendapat injeksi calcitonin menunjukan perbaikan yang lebih baik dibanding natrium diclofenac pada semua parameter yang diujikan. Walaupun masih ada perdebatan antara MC dan LBP, paling tidak calcitonin dapat digunakan terhadap pasien LBP dengan MC1 ketika pengobatan lain gagal untuk menyembuhkan. Iya, studi ini membandingkan efektivitas antara calcitonin dan natrium diclofenac pada pasien LBP dengan modic changes 1. Sebelum dan sesudah terapi, pasien melakukan MRI dan mengisi dua kuesioner yang bertujuan untuk membandingkan hasil antara sebelum dan sesudah diterapi. Belum tentu, karena studi ini tidak membandingkan asupan nutrisi lain terutama calcium dan vitamin D. kedua kelompok hanya diharuskan untuk tidak memakan suplement yang mengandung calcium dan vitamin D, namun hal ini bisa didapat dari makanan sehari hari dan paparan sinar matahari. Belum tentu, dalam studi ini walaupun penulis sudah mencoba untuk menyingkirkan beberapa faktor risiko dari LBP, namun belum semua faktor risiko diteliti. Sebagai contoh beberapa faktor risiko LBP yang tidak diteliti adalah aktivitas fisik, edukasi, faktor psikososial. Belum, peneliti sudah memasukan beberapa faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, merokok, BMI, durasi kerja namun faktor resiko lain seperti aktivitas fisik, edukasi dan faktor psikososial belum diteliti. Penulis telah mencoba mengkontrol sebagian faktor perancu – usia, jenis kelamin, merokok, BMI durasi kerja namun karena LBP adalah suatu multifaktorial disease sehingga belum semua faktor risiko diteliti. Iya, peneliti melakukan follow up secara 2 kali, yaitu minggu ke 4 dan bulan ke 3. Pasien diharuskan untuk mengisi lembar kuesioner VAS dan ODI dan pada bulan ke 3, pasien melukakan MRI ulang. Namun ada 15 pasien yang tidak dapat di follow up yang alasannya tidak disebutkan oleh peneliti. Belum tentu, follow up hanya dilakukan sebanyak dua kali yaitu minggu ke 4 dan bulan ke 3. Setelah follow up minggu ke 4 dan bulan ke 3, terlihat hasil perbaikan pada kedua hasil VAS dan ODI dibandingkan dengan baseline data. Calcitonin memiliki perbaikan hasil VAS dan ODI yang lebih baik dibandingkan natrium diclofenac (p < 0,05) Proporsi pasien yang memiliki perbaikan score VAS dan ODI >30% juga lebih banyak pada kelompok calcitonin. Tidak disebutkan berapa angka confident interval dalam penelitian ini. Belum tentu. Walaupun peneliti sudah berhasil menunjukan perbaikan LBp dengan menggunakan hasil MRI, namun karena LBP mempunyai banyak faktor risiko dan beberapa faktor risiko tersebut belum diteliti dalam penelitian ini. Peniliannya perbaikan dari LBP menggunakan sistem kuesioner dimana bias dapat terjadi. Peneliti menulis bahwa penelitian untuk membutkikan efektivitas calcitonin terhadap LBP belum ada. Yang selama ini sudah terbukti adalah efek anti- osteoporosis dan efek analgesik pada calcitonin. Hasil ini merekomendasika bahwa calcitonin lebih baik dalam mengatasi LBP dibanding dengan natrium diclofenac. Selain berfungsi sebagai anti-osteoporosis, calcitonin juga memiliki efek analgesik yang tidak dimiliki oleh obat anti-osteoporosis lainnya. Penggunaan calcitonin memiliki efek samping yang sedikit lebih besar dibanding natrium diclofenac namun perbedaan efek samping pada kedua obat tersebut tidak bermakna. Belum tentu. Karena untuk pengobatan menggunakan calcitonin harus melalui jalur suntik IM setiap harinya. Hal ini mengharuskan pasien untuk pergi ke pelayanan kesehatan setiap harinya untuk mendapat suntikan. Mungkin hal ini dianggap kurang praktis dan efisien untuk beberapa orang. TERIMAKASIH