Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ar-Radd
Ar-radd Secara bahasa, kata al-radd berarti "mengembalikan". Sedangkan menurut
pengertian syara', al-radd adalah "membagi sisa harta warisan kepada ahli waris menurut
pembagian masing-masing, setelah menerima bagiannya". Radd dilakukan karena setelah harta
diperhitungkan untuk ahli waris, ternyata masih ada sisa harta. Sedangkan ahli waris tidak ada
'ashabah. Maka sisa harta tersebut dibagikan kepada ahli waris yang ada, kecuali suami /
istri. Seperti terdapat dalam firman Allah berikut:

‫صا‬
ً ‫ص‬ ِ َ‫علَ َٰى آث‬
َ َ‫ار ِه َما ق‬ ْ َ‫قَا َل َٰ َذ ِل َك َما ُكنَّا نَبْغِ ۚ ف‬
َ ‫ارتَدَّا‬
"Musa berkata: 'Itulah (tempat) yang kita cari.' Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka
semula. " (al-Kahfi: 64).

‫ا‬ً ‫َّللا َكانَ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخ ِب‬


‫ير‬ َ َّ ‫َوات َّ ِب ْع َما يُو َح َٰى ِإلَي َْك ِم ْن َر ِب َك ۚ ِإ َّن‬
Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan,
(lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang
mukmin dari peperangan dan Allah Maha Kuat Maha Perkasa.’’(al-Ahzab:2)
Adapun ar-radd menurut istilah ulama ilmu faraid ialah berkurangnya pokok masalah dan
bertambahnya/lebihnya jumlah bagian ashhabul furudh. Sebagai misal, dalam suatu keadaan
(dalam pembagian hak waris) para ashhabul furudh telah menerima haknya masing-masing,
tetapi ternyata harta warisan itu masih tersisa sementara itu tidak ada sosok kerabat lain sebagai
'ashabah maka sisa harta waris itu diberikan atau dikembalikan lagi kepada para ashhabul furudh
sesuai dengan bagian mereka masing-masing.
Menurut istilah para fuqaha, rad berarti memberikan sisa dari bagian-bagian yang
ditentukan ashabul furud al-nasabiyah kepada mereka menurut furudh mereka ketika tidak ada
ahli waris lain yang berhak menerimanya.
B. Rukun Radd
Radd terjadi bila memenuhi tiga rukun sebagai berikut :
1) Adanya ashabul furudl.
2) Adanya kelebihan harta peninggalan setelah dibagikan kepada masing-masing ashabul furudl.
3) Tidak ada ahli waris ashabah.
Apabila ketiga rukun itu tidak terpenuhi, tidak akan terjadi radd. Misalnya apabila para
ahli waris semuanya terdiri atas asabah, atau beberapa orangashabul furudl dan
seorang ashabah, harta peninggalannya tidak akan tersisa atau kurang. Begitu juga apabila
jumlah saham dari ahli waris sebesar jumlah asal masalah, sehingga tidak ada kelebihan
sedikitpun sehingga tidak akan terjadi masalah radd.
C. Syarat- Syarat Radd
Ar-radd tidak akan terjadi dalam suatu keadaan, kecuali bila terwujud tiga syarat seperti
di bawah ini:
1) Adanya ashhabul furudh.
2) Tidak adanya 'ashabah.
3) Ada sisa harta waris.
Bila dalam pembagian waris tidak ada ketiga syarat tersebut maka kasus ar-radd tidak
akan terjadi.
D. Cara Penyalesaian Masalah Radd Menurut Para Ahli
Pendapat-pendapat yang pernah muncul dari para sahabat dalam menyelesaikan
pembagian warisan yang dijumpai adanya kelebihan harta warisan, yaitu:
1. Usman ibn Affan, apabila terjadi kasus pembagian warisan dan didapan sisa harta warisan, maka
bagian suami atau isteri diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu diradkan untuk ahli waris
lainnya. Misalnya ahli waris terdiri dari: isteri, ibu dan saudara seibu, harta warisannya Rp
5.400.000,-. Bagian masing-masing:

Isteri : ¼ x 12 = 3

3/9 x Rp 5.400.000,- = Rp1.800.000,-


Sisa harta Rp 3.600.000.-
Ibu : 1/3x12=4
4/9 x Rp 5.400.000,- = Rp 2.400.000,-
Sdr. Seibu :1/6 x 12= 2
2/9 x Rp 5.400.000,- = Rp 1.200.000,-
Jumlah = Rp 5.400.000,-

2. Zaid bin sabit yang mengatakan bahwa sisa harta warisan setelah diambil oleh ashab al-furud,
diserahkan kepada Bitul Mal. Pendapat ini diikuti mazhab safi’i, dan Ibn Hazm al-Zahiry.
Alsannya, pertama, bagian ahli waris telah ditentukan secara pasti. Besar kecilnya tidak perlu
ditambah atau dikurangi. Menambah bagian ahli waris melebihi yang seharusnya, adalah
melampaui ketentuan Allah, dan mereka yang tidak mematuhi ketentuan-Nya, diancam dengan
neraka yang siksanya amat pedih (QS. Al-Nisa’ ayat 14). Kedua, Nabi SAW. Contoh
penyelesaiannya :
Isteri : ¼ x 12= 3
3/12 x Rp 5.400.000,- = Rp 1.350.000,-
Ibu : 1/3 x 12= 4
4/12 x Rp 5.400.000,- = Rp 1.800.000,-
Sdr. Seibu : 1/6 x 12= 2
2/12 x Rp 5.400.000,- = Rp 900.000,-
Jumlah = Rp 4.050.000,-
Jadi terdapat sisa dari harta Rp 5.400.000,- Rp 4.050.000,- = Rp 1.350.000,-. Sisa ini harta
tersebut ini diserahkan kepada baitul mal, untuk kepentingan umat Islam.
E. Pendapat Para Ulama Tentang Radd
a) Pendapat Zaid bin Tsabit
Tidak ada rad bagi siapapun diantara ahliwaris Zawul Furudh, sisa harta waris harus diserahkan
kepada Baitul Mal (Baitul Mal yang teratir baik), ecuali ada ahliwaris Ashabah. pendapat ini
dianut oleh Madzhab Syafi’i dan Maliki.
b) Pendapat Umar, Ali dan Jumhur Sahabat
Semua ahli waris Zawil Furudh berhak atas rad inikecuali Suami/Istri. Karena rad dimiliki
dengan jalan rahim, sedangkan Suami/Istri hanya sebab perkawinan. Undang-undang waris di
Mesir termasuk yang menerapkan pendapat kedua ini, kecuali apabila si mayit tidak
meninggalkan ahli waris selain Suami/Istri, maka Suami/Istri berhak atas rad setelah terlebih
dahulu memberikan bagian Zawil Arham.
c) Pendapat Utsman
Semua ahli waris Zawil Furudh termasuk Suami/Istri berhak atas rad, mengingat Suami/Istri juga
terkurangi haknya dalam masalah aul. Maka orang yang dikurangi haknya edalam beberapa hal
(dalam hal aul), patut mendapat hak tambahan dalam beberapa hal (dalam hal rad).
F. Ahli Waris yang Berhak Mendapat ar-Radd
Ar-radd dapat terjadi dan melibatkan semua ashhabul furudh, kecuali suami dan istri.
Artinya, suami atau istri bagaimanapun keadaannya tidak mendapat bagian tambahan dari sisa
harta waris yang ada.
Adapun ashhabul furudh yang dapat menerima ar-radd hanya ada delapan orang:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan keturunan anak laki-laki
3. Saudara kandung perempuan
4. Saudara perempuan seayah
5. Ibu kandung
6. Nenek sahih (ibu dari bapak)
7. Saudara perempuan seibu
8. Saudara laki-laki seibu
Adapun mengenai ayah dan kakek, sekalipun keduanya termasuk ashhabul furudh dalam
beberapa keadaan tertentu, mereka tidak bisa mendapatkan ar-radd. Sebab dalam keadaan
bagaimanapun, bila dalam pembagian hak waris terdapat salah satunya --ayah atau kakek-- -
maka tidak mungkin ada ar-radd, karena keduanya akan menerima waris sebagai 'ashabah.
G. Ahli Waris yang Tidak Mendapat ar-Radd
Adapun ahli waris dari ashhabul furudh yang tidak bisa mendapatkan ar-radd hanyalah
suami dan istri. Hal ini disebabkan kekerabatan keduanya bukanlah karena nasab, akan tetapi
karena kekerabatan sababiyah (karena sebab), yaitu adanya ikatan tali pernikahan. Dan
kekerabatan ini akan putus karena kematian, maka dari itu mereka (suami dan istri) tidak berhak
mendapatkan ar-radd. Mereka hanya mendapat bagian sesuai bagian yang menjadi hak masing-
masing. Maka apabila dalam suatu keadaan pembagian waris terdapat kelebihan atau sisa dari
harta waris, suami atau istri tidak mendapatkan bagian sebagai tambahan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ar-radd Secara bahasa, kata al-radd berarti "mengembalikan". Sedangkan menurut
pengertian syara', al-radd adalah "membagi sisa harta warisan kepada ahli waris menurut
pembagian masing-masing, setelah menerima bagiannya". Radd dilakukan karena setelah harta
diperhitungkan untuk ahli waris, ternyata masih ada sisa harta. Sedangkan ahli waris tidak ada
'ashabah. Maka sisa harta tersebut dibagikan kepada ahli waris yang ada, kecuali suami / istri.
Syarat-syarat ar-Radd, yaitu: petama, ashabul furudh tidak menghabiskan harta
peninggalan. Karena kalau mereka menghabiskannya, tidak ada lagi yang dikembalikan. Kedua,
Tidak ada ashib nasabi, walaupun dia dari ashabulfurudh, yaitu ayah dan kakek. Karena
ada ashib nasabi, tentu sisa harta diambil olehnya dengan jalan ta’shib.
Ada empat macam Ar-radd, dam masing-masing mempunyai cara atau hukum tersendiri.
Keempat macam itu adalah : Adanya ahli waris pemilik bagian sama dan tanpa adanya suami
atau istri, Adanya pemilik bagian yang berbeda-beda, dan tanpa suami atau istri, Adanya pemilik
bagian yang sama dan dengan adanya suami atau istri, dan Adanya pemilik bagian yang berbeda-
beda, dan dengan adanya suami atau istri
Ahli Waris yang Berhak Mendapat Ar-Radd Yaitu: Ashabulfurudh yang dapat menerima
ar-radd hanya delapan orang, yaitu : Anak perempuan, Cucu perempuan keturunan laki-laki,
Saudara kandung perempuan, Saudara perempuan seayah, Ibu kandung, Nenek sahih ( ibu dari
bapak ), Saudara perempuan seibu, dan Saudara laki-laki seibu.
Sedangkan ahli dari ashabulfurudh yang tidak bisa mendapatkan ar-raddhanyalah suami
istri. Hal ini disebabkan kekerabatan keduanya bukanlah karena nasab, tetapi karena
kekerabatan sababiyah ( karena sebab ), yaitu adanya ikatan tali pernikahan. Kekerabatan ini
putus karena kematian maka hanyamendapat sebagian sesuai bagian yang menjadi hak masing-
masing
DAFTAR PUSTAKA

Beni,Ahmad, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka setia, 2009)


http://halimah-amatullaah.blogspot.com/2012/04/makalah-mawaris-bab-aul-dan-radd.html. [08
Oktober 2013]
M Ali Shabuni. Pembagian warisan menurut Islam.(Jakarta: Ema Insani Press, 1995)

Anda mungkin juga menyukai