Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem hormon manusia berperan penting dalam mengelola pertumbuhan
dan perkembangan tubuh, fungsi jaringan, metabolisme, suasana hati, proses
reproduksi, hingga fungsi seksual. Oleh sebab itu, gangguan pada sistem ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan serius. Sistem hormon manusia terdiri dari
beberapa kelenjar utama: kelenjar tiroid, paratiroid, hipofisis, hipotalamus, adrenal,
epifisis, pankreas, dan kelenjar reproduksi. Hormon mentransfer instruksi dan
informasi dari satu sel ke sel lain. Meski demikian, tiap jenis hormon hanya dapat
memengaruhi sel-sel tertentu. Secara umum proses tubuh yang cepat, seperti gerak
tubuh dan napas, dikendalikan oleh sistem saraf. Sementara, proses lambat dalam
tubuh, seperti perkembangan sel, dikendalikan oleh sistem hormon. Kedua sistem
ini saling melengkapi agar seluruh sistem lain dalam tubuh dapat bekerja optimal.
Umumnya gangguan sistem hormon disebabkan dua hal utama: adanya benjolan
seperti tumor pada sistem hormon dan ketidakseimbangan hormon. Kadar hormon
dalam tubuh manusia perlu selalu berada dalam kondisi normal. Kadar hormon
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada tubuh.
Gangguan endokrin adalah penyakit yang berhubungan dengan kelenjar endokrin
tubuh. Sistem endokrin menghasilkan hormon, yang merupakan sinyal kimia yang
dikirim keluar, atau dikeluarkan, melalui aliran darah. Hormon membantu tubuh
mengatur proses, seperti nafsu makan, bernapas, pertumbuhan, keseimbangan
cairan, feminisasi dan virilisasi, dan pengendalian berat badan.
Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar, termasuk kelenjar hipofisis
dan hipotalamus pada otak, kelenjar adrenal pada ginjal, dan tiroid di leher, serta
pankreas, ovarium, dan testis. Perut, hati dan usus juga mengeluarkan hormon yang
berhubungan dengan pencernaan. Kebanyakan gangguan endokrin umum terkait
dengan fungsi yang tidak tepat dari pankreas dan hipofisis, tiroid dan kelenjar
adrenal. Gangguan endokrin umum termasuk diabetes mellitus, Akromegali
(kelebihan produksi hormon pertumbuhan), penyakit Addison (penurunan produksi
hormon oleh kelenjar adrenal), Cushing syndrome (tingkat kortisol tinggi untuk

1
waktu yang lama), penyakit Graves (jenis hipertiroidisme mengakibatkan produksi
berlebihan hormon tiroid), tiroiditis Hashimoto (penyakit autoimun yang
mengakibatkan hipotiroidisme dan produksi rendah hormon tiroid), hipertiroidisme
(tiroid terlalu aktif), hipotiroidisme (tiroid kurang aktif), dan prolaktinoma
(kelebihan produksi prolaktin oleh kelenjar hipofisis).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin
2. Penyakit yang berkaitan dengan sistem hormonal
3. Apa fungsi sistem endokrin
4. Apa yang dimaksud dengan hormon
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sistem endokrin
2. Untuk mengetahui penyakit yang berkaitan dengan sistem hormonal
3. Untuk mengetahui fungsi sistem endokrin
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM ENDOKRIN
1. Pengertian
Sistem endokrin adalah kumpulan kelenjar, masing-masing
mengeluarkan berbagai jenis hormon yang mengatur metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan, fungsi jaringan, fungsi generatif, reproduksi,
tidur dan suasana hati, antara lain. Kata endokrin berasal dari kata Yunani
“endo,” yang berarti dalam, dan “crinis,” yang berarti mensekresikan. Sistem
endokrin terdiri dari delapan kelenjar utama, yang merupakan grup dari sel-sel
yang memproduksi dan mengeluarkan bahan kimia. Suatu kelenjar memilih dan
menghilangkan bahan-bahan dari darah, proses mereka, dan mengeluarkan
produk kimia yang selesai untuk digunakan di suatu tempat di tubuh. Hampir
setiap organ dan sel dalam tubuh dipengaruhi oleh sistem endokrin.
Sekelompok kelenjar yang memberi sinyal satu sama lain secara
berurutan biasanya disebut sebagai sumbu. Salah satu contoh adalah sumbu
hipotalamus-hipofisis-adrenal, yang mengkoordinasi interaksi antara
hipotalamus, kelenjar pituitari dan adrenal, juga disebut kelenjar “suprarenal”,
yang kecil, organ berbentuk kerucut di atas ginjal. Sistem endokrin
mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh, seperti sistem saraf, tetapi tidak seperti
tanggapan langsung dipicu oleh sistem saraf, efek dapat memakan waktu
beberapa jam atau minggu.
Hormon yang dilepaskan dari jaringan endokrin ke dalam aliran darah di
mana mereka melakukan perjalanan untuk menargetkan jaringan untuk
memperoleh tanggapan. Kelenjar endokrin merupakan pembuluh darah dan
umumnya tidak memiliki saluran, menggunakan vakuola intraseluler, atau
butiran, untuk menyimpan hormon. Mereka berbeda dari, kelenjar eksokrin –
kelenjar ludah, kelenjar keringat dan kelenjar dalam saluran pencernaan – yang
memiliki saluran atau lumen berongga. Sistem endokrin mendapat bantuan dari
organ-organ seperti ginjal, hati, jantung dan organ reproduksi, yang memiliki

3
fungsi endokrin sekunder. Ginjal, misalnya, mengeluarkan hormon seperti
eritropoietin dan renin.
2. Fungsi sistem endokrin
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang menyekresi hormon yang
membantu memelihara dan mengatur fungsi-fungsi vital seperti (1) respons
terhadap stres dan cedera, (2) pertumbuhan dan perkembangan, (3)
reproduksi, (4) homeostasis ion, (5) metabolisme energi, dan (6) respons
kekebalan tubuh. Jika terjadi stres atau cedera, sistem endokrin memacu
serangkaian reaksi yang ditujukan untuk
mempertahankan tekanan darah dan mempertahankan hidup. Yang terutama
terlibat dalam reaksi ini adalah aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal. Tanpa
sistem neuroendokrin akan terjadi gangguan pertumbuhan dan mencapai
kedewasaan; demikian juga infertilitas. Yang paling banyak terpengaruh adalah
aksishipotalamus-hipofisis-gonad. Sistem endokrin penting untuk
mempertahankan homeostasis ion. Organisme mamalia hidup dalam
lingkungan eksternal yang senantiasa mengalami perubahan. Tetapi sel-sel dan
jaringan harus hidup dalam lingkungan internal yang konstan. Sistem endoknn
ikut berperan dalam pengaturan lingkungan internal dengan mempertahankan
keseimbangan natrium, kalium, air, dan asam-basa. Fungsi ini diatur oleh
hormon aldosteron dan antidiuretik (ADH).
Konsentrasi kalsium juga diatur oleh fungsi endokrin. Kalsium diperlukan
untuk pengaturan banyak reaksi biokimia di dalam sel-sel hidup dan untuk
pengaktifan saraf normal dan fungsi sel otot. Kelenjar paratiroid mengatur
homeostasis kalsium. Sistem endokrin bertindak sebagai regulator metabolisme
energi. Metabolisme basal dapat meningkat karena hormon tiroid, dan kerja
sama antara hormon-hormon gastrointestinal dan pankreas akan menyediakan
energi yang dipergunakan oleh sel-sel tubuh. Terdapat interaksi antara sistem
neuroendokrin dan respons kekebalan tubuh. Pengaturan kortisol dan
pengeluaran sitokin berpengaruh dalam imunitas yang diperantarai oleh sel,
dan sitokin seperti interleukin 6 (IL-6) dapat merangsang hormon
adrenokortikotropik (ACTH) dan sekresi kortisol.

4
B. HORMON
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang mensintesis dan mensekresi zat-
zat yang disebut hormon. Hormon-hormon menyebabkan perubahan fisiologik dan
biokimia yang menjadi perantara berbagai pengaturan seperti yang telah
dibicarakan sebelumnya. Ketika dilepaskan ke dalam aliran darah, hormon akan
diangkut ke jaringan sasaran tempatnya menimbulkan efek. Efek-efek ini seringkali
berupa pengaturan reaksi enzimatik yang berlangsung terus menerus.
Hormon pada umumnya disekresi dalam konsentrasi rendah sekali. Contohnya,
hormon terdapat dalam darah pada konsentrasi 10-6 hingga 10-12 molar.
Sebaliknya, komponen darah lainnya seperti natrium, biasanya terdapat dalam
konsentrasi 10-1 molar. Meskipun konsentrasinya rendah, hormon menimbulkan
efek metabolik dan biokimia yang nyata pada jaringan sasaran.
Hormon- terbagi dalam dua golongan utama: (1) steroid dan tironin, yang larut
dalam lemak, dan (2) polipeptida dan katekolamin, yang larut dalam air. Selain itu,
beberapa hormon tergolong sebagai glikoprotein, suatu senyawa campuran gula
dan protein . Ciri utama dari hormon steroid adalah adanya struktur multisiklik,
yaitu inti sikloperhidrofenantren (Gbr. 1). Contoh-contoh hormon steroid adalah
hormon korteks adrenal dan hormon yang diproduksi oleh gonad. Hormon-hormon
polipeptida terdiri atas rantai-rantai asam-asam amino spesifik yang berbeda-beda
panjang, berat molekul, dan komposisi asam-asam aminonya.

Suatu inti steroid.


Beberapa hormon polipeptida seperti insulin, mempunyai struktur yang lebih
kompleks dengan dua rantai asam amino yang diikat oleh jembatan disulfida.
Struktur molekul insulin digambarkan pada Gbr. 2. Hormon-hormon
polipeptida lainnya adalah parathormon atau hormon paratiroid (PTH),
hormon-hormon tropik kelenjar hipofisis (kecuali thyroid-stimulating

5
hormone [TSH], atau tirotropin dan gonadotropin), vasopresin, dan glukagon.
Contoh-contoh hormon glikoprotein adalah TSH dan gonadotropin
(contohnya luteinizing hormone [LT] dan folicle-stimulating hormone
[FSH]).

Struktur molekul insulin, hormon polipeptida.

Kebanyakan hormon disintesis dalam bentuk prekursor dengan berat molekul


lebih besar dan bekerja pada tahap-tahap awal yaitu sebagai prohormon.
Contohnya, insulin disintesis sebagai proinsulin, suatu peptida yang-setelah
melepaskan sebagian dari molekulnya, yaitu peptida C berubah menjadi
struktur dua rantai. Hormon adrenokrotikotropik (ACTH) berasal dari
proopiomelanokortin (POMC), suatu glikoprotein dengan berat molekul
31.000, yang setelah rangkaian proses pemecahan oleh enzim akan
menghasilkan serangkaian peptida, termasuk opiat dan peptida 39 asam
amino ACTH. Selain dari hormon-hormon klasik yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar endokrin spesifik dan bekerja pada organ sasaran tertentu,
masih ada sejumlah zat yang dihasilkan oleh kerja hormon, dan bekerja
langsung pada sel-sel serta merangsang pertumbuhan. Beberapa zat ini
mempunyai kerja yang mirip insulin, sedangkan yang lain bekerja menjadi
perantara dari kerja hormon-hormon lain, seperti hormon pertumbuhan.
Faktor-1 pertumbuhan yang mirip dengan insulin (IGF-1) adalah faktor
pertumbuhan yang dikenal dengan baik, dihasilkan dalam jaringan di bawah
pengaruh hormon Pertumbuhan, yang dapat membantu pertumbuhan
jaringan. Juga ada senyawa-senyawa yang mekanisme kerjanya mirip
hormon, tetapi dihasilkan oleh darah sendiri. Contohnya, angiotensin II, suatu
hormon protein yang merangsang korteks adrenal, untuk menyekresi
aldosteron. Angiotensin I disintesis dalam darah dari substrat renin (suatu

6
protein hati) akibat efek katalitik renin, yaitu suatu enzim yang disekresi oleh
sel-sel ginjal. Dengan hilangnya dua asam amino di paru, angiotensin I
kemudian berubah menjadi angiotensin II, reaksi tersebut disebabkan oleh
angiotensin- converting enzyme (ACE). Meskipun kebanyakan hormon jelas
disintesis oleh kelenjar-kelenjar endokrin, tetapi ada organ-organ tertentu
yang tidak lazim dianggap sebagai kelenjar endokrin namun mengandung sel-
sel yang dapat mensintesis hormon. Banyak sel itu berasal dari krista neuralis
yang mampu mengambil prekursor amino, dan melakukan dekarboksilasi
untuk sintesis hormon. Sel-sel ini dikatakan sebagai bagian dari sistem
dekarboksilasi dan ambilan prekursor amino (APUD). Tumor-tumor yang
berasal dari sel-sel ini mampu menyekresi hormon, namun karena berasal dari
sel-sel yang tidak tergolong sebagai kelenjar endokrin yang lazim, maka
hormonyang dihasilkan itu disebut hormon-hormon ektopik.
Banyak yang telah diketahui mengenai cara kerja hormon pada
jaringan atau sel-sel sasaran. Hormon memengaruhi proses metabolik selular
baik secara langsung maupun tak langsung melalui interaksi awal dengan
reseptor-reseptor sel spesifik. Kombinasi dari hormon dengan reseptornya
dapat menimbulkan perubahan-perubahan di dalam sel melalui salah satu dari
dua mekanisme ini: (1) menghasilkan messenger kedua di dalam sel, atau (2)
translokasi dari kompleks hormon-reseptor ke dalam inti sel, dan kemudian
kompleks ini menginduksi atau mencegah sintesis protein baru oleh sel.
Hormon-hormon polipeptida dan katekolamin tampaknya bekerja melalui
mekanisme messenger kedua, sedangkan hormon-hormon steroid bebas
menembus membran sel dan mempengaruhi inti sel secara langsung. Secara
lebih spesifik, hormon-hormon polipeptida bekerja melalui interaksi awal
dengan reseptor membran sel khusus, dan akibat interaksi ini, suatu enzim
yang terikat pada membran yaitu adenilat siklase teraktivasi sehingga
adenosin trifosfat (ATP) diubah menjadi adenosin 3',5'-monofosfat (AMP
siklik). AMP siklik kemudian berikatan dengan suatu subunit regulator dari
protein kinase yang akan melepaskan suatu subunit katalitik dari enzim ini.
Selanjutnya, peristiwa ini akan mengawali proses fosforilasi dari enzim kunci

7
tertentu, maupun aktivasi atau inaktivasi potensi biologik dari enzimenzim ini
(Gbr.3).

Mekanisme kerja hormon adrenokortikotropik


(ACTH)

Macam-macam hormon polipeptida mengaktivasi mekanisme enzim yang


berbeda pula, yang menjadi perantara kerja hormon. Contohnya glukagon
mengaktivasi enzim fosforilase melalui proses seperti di atas, yang
menyebabkan pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi glukosa 1-
fosfat. ACTH meningkatkan steroidogenesis dengan mengaktivasi satu atau
beberapa enzim pada jalur steroidogenesis. Insulin terikat pada subunit alfa
dari reseptor insulin, suatu glikoprotein heterotetramerik pada membran sel
dan merangsang fosforilasi tirosin dari subunit beta. Maka terjadilah
rangkaian fosforilasi yang menjadi sinyal untuk transpor glukosa dan
perpindahan ion-ion tertentu menembus membran sel. Berbeda dengan
hormon-hormon peptida, dalam menimbulkan pengaruhnya hormon-hormon
steroid bekerja langsung di dalam sel dengan menembus membran sel dan
berikatan dengan protein-protein reseptor sitosol. Kompleks reseptor steroid
kemudian ditranslokasi ke inti sel, tempat kompleks tersebut akan terikat
secara khusus pada lokusnya dalam deoksiribonukleat (DNA) dan merubah
transkripsi serta menyebabkan sintesis satu atau beberapa messenger RNA

8
(mRNA) spesifik. Produk-produk ini keluar dari inti dan berjalan ke ribosom,
selanjutnya mengarahkan sintesis protein. Dengan mengubah mRNA, steroid-
steroid dapat mengubah jalan sintesis protein

Mekanisme kerja hormon steroid.

Kesimpulannya, kerja hormon melibatkan kombinasi hormon dengan reseptor


spesifiknya di dalam sel-sel yang merupakan sasaran dari kerja hormon. Fisiologi
kerja hormon dan spesifisitas hormon erat berkaitan dengan interaksi hormon
dengan reseptor spesifiknya. Hormon-hormon tidak langsung bekerja pada sel-sel
atau jaringan, tetapi harus terlebih dulu berikatan dengan reseptor spesifik pada
membran sel atau sitosol dari sel. Untuk terjadinya suatu peristiwa metabolik,
seluruh langkah-langkah selanjutnya setelah interaksi hormon dan reseptor harus
dalam keadaan yang utuh. Dengan demikian, jelas bahwa yang penting bukan
hanya konsentrasi hormon agar dapat tercapai hasil yang baik pada aktivitas
selular, tetapi juga jumlah dan afinitas reseptor terhadap hormon.
Oleh karena itu, ada dua mekanisme untuk penyakit endokrin: (1) gangguan
primer yang mengubah konsentrasi hormon dan (2) gangguan primer pada
mekanisme reseptor dan pasca reseptor. Umumnya penyakit-penyakit endokrin
dapat dipahami melalui aktivitas-aktivitas metabolik dari hormon yang terlibat,
akibat kelebihan atau kekurangan produksi atau kerja hormon. Dengan demikian,
pengetahuan tentang akibat metabolik sekresi hormon yang berlebihan atau terlalu

9
sedikit akan membantu mengenali gambaran klinis yang timbul akibat gangguan-
gangguan ini. Contohnya, bila terdapat pembentukan tiroksin yang berlebihan,
yaitu hormon tiroid, seseorang dapat mengalami peningkatan metabolisme basal
dan produksi panas. Akibabrya, penderita hipertiroidisme memperlihatkan tingkat
metabolisme basal yang tinggi, tidak tahan panas, dan berkurangnya beral badan.
Sebaliknya, kekurangan tiroksin mengakibatkan efek metabolisme yang
berlawanan seperti metabolisme basal yang rendah dan peningkatan kepekaan
terhadap suhu dingin. Gangguan primer pada tingkat reseptor menimbulkan
sindrom resistensi hormon. Mutasi pada reseptor kortisol menurunkan ikatan
hormon pada reseptor spesifiknya dan menyebabkan sindrom resistensi
glukokortikoid primer. Mutasi pada reseptor hormon tiroid menyebabkan sindrom
resistensi hormon tiroid. Jenis yang kedua dari gangguan perantara reseptor ini
adalah penyakit Graves, yaitu suatu proses autoimun membentuk antibodi
terhadap reseptor TSH, sehingga meningkatkan fungsi tiroid. Antibodi yang
dihasilkan untuk melawan reseptor insulin menyebabkan sindrom resistensi
insulin yang berat.

C. FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN


Sistem saraf pusat dihubungkan dengan hipofisis melalui hipotalamus;
ini adalah hubungan yang paling nyata antara sistem saraf pusat dan sistem
endokrin. Kedua sistem ini saling berhubungan baik melalui hubungan saraf
maupun vaskular.

10
Sistem portal hipofisis-hipotalamus.

Seperti yang diperlihatkanpada gambar diatas, hipofisis dibagi menjadi lobus


anterior dan posterior. Pada hewan pengerat, terdapat juga lobus intermedius,
tetapi pada manusia, lobus tersebut berdegenerasi dan tidak benar-benar
terpisah dari lobus anterior. Pembuluh darah menghubungkan hipotalamus
dengan.sel-sel kelenjar hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berakhir
sebagai kapiler pada kedua ujungnya, dan karena itu dikenal sebagai sistem
portal. Dalam hal ini, sistem yang menghubungkan hipotalamus dengan
kelenjar hipofisis disebut sebagai sistem portal hipotalamus-hipofisis.
Sistem portal merupakan saluran vaskular yang penting karena
memungkinkan pergerakan hormon pelepasan dari hipotalamus ke kelenjar
hipofisis, sehingga memungkinkan hipotalamus mengatur fungsi hipofisis.
Rangsangan yang berasal dari otak mengaktifkan neuron dalam nukleus
hipotalamus yang menyintesis dan menyekresi protein dengan berat molekul
rendah. Protein atau neurohormon ini dikenal sebagai hormon pelepas dan
penghambat. Hormon-hormon ini dilepaskan ke dalam pembuluh darah
sistem portal dan akhirnya mencapai sel-sel dalam kelenjar hipofisis. Kelenjar
hipofisis memberi respons terhadap hormon pelepas dengan melepaskan

11
hormon-hormon tropik hipofisis. Dalam rangkaian kejadian ini, hormon-
hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkut bersama darah dan
merangsang kelenjar-kelenjar lain, menyebabkan pelepasan hormon-hormon
kelenjar sasaran. Akhirnya hormon-hormon kelenjar sasaran bekerja pada
hipotalamus dan sel-sel hipofisis yang memodifikasi sekresi hormon.

Sistem regulasi umpan balik tempat hormon


kelenjar target mengumpan balik hipotalamus.

Gbr. 6 menggambarkan modalitas pengaturan umpan balik, tempat produk


hormonal dari kelenjar sasaran bekerja menghambat pelepasan hormon tropik
hipofisis yang berhubungan, pengaturan sekresi hormon jenis ini dikenal
sebagai sistem pengaturan umpan balik negatif . Pada sistem hipotalamus-
hipofisis-adrenal, corticotropin- releasing hormone (CRH) menyebabkan
hipofisis melepaskan ACTH. Kemudian, ACTH merangsang korteks adrenal
untuk menyekresi kortisol. Selanjutnya kortisol kembali memberikan umpan
balik terhadap aksis hipotalamus-hipofisis, dan menghambat produksi CRH-
ACTH. Sistem mengalami fluktuasi, bervariasi menurut kebutuhan fisiologis
akan kortisol. Jika sistem menghasilkan terlalu banyak ACTH, sehingga
terlalu banyak kortisol, maka kortisol akan memengaruhi kembali dan
menghambat produksi CRH dan ACTH. Sistem ini peka, karena produksi
kortisol atau pemberian kortisol atau glukokortikoid sintetik lain secara
berlebihan dapat dengan cepat menghambat aksis hipotalamus-hipofisis dan

12
menghentikan produksi ACTH. Konsep pengaturan umpan balik mempunyai
implikasi yang praktis pada pasien-pasien dengan terapi kortikosteroid
menahun. Pada pasien-pasien ini, pelepasan ACTH tertekan. Jika steroid
dihentikan dengan tiba-tiba, pasien dapat mengalami insufisiensi adrenal.
Contoh lain pengaturan umpan balik adalah kerja gonadotropin-releasing
hormone (GnRH), yang merangsang hipofisis untuk menyekresi FSH dan
LH. Pada perempuan estrogen mula-mula diproduksi oleh ovarium dalam
jumlah kecil; kemudian estrogen mengumpan balik hipotalamus, merangsang
sekresi GnRH. GnRh selanjutnya memicu pelepasan FSH dan LH, ovulasi,
dan sekresi estrogen dan progesteron. Kerja estrogen merupakan salah satu
contoh dari pengaturan umpan balik positif. Contoh ketiga dari pengaturan
umpan balik adalah pelepasun TSH-releasing hormone (TRH) yang disekresi
oleh hipotalamus dan menyebabkan hipofisis mensekresi TSH. TSH
selanjutnya merangsang tiroid untuk mengeluarkan tiroksin. Tiroksin akan
mempengaruhi kembali hipofisis dan menghambat produksi TRH dan TSH.
Walaupun interaksi antara hormon hipofisis dan hormon-hormon dari
kelenjar sasaran terjadi melalui sirkulasi sistemik (sistem simpai panjang),
tetapi ada juga interaksi lain yang terjadi antara hormon-hormon hipofisis dan
hormon pelepasannya melalui sistem vaskular lokalnya (sistem simpai
pendek). Terdapat pula sistem lain yang mengatur produksi hormon yang
tidak bergantung pada aksis hipotalamus-hipofisis. Salah satu contohnya
adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron. Seperti yang digambarkan , ginjal
memiliki sel-sel julstaglomerular (JG) yang terletak pada dinding arteriola
aferen glomerulus. Sel-sel ini menyekresi enzim renin. Tekanan perfusi dalam
arteriola ginjal memengaruhi produksi renin. Perubahan-perubahan tekanan
darah yang mengalir melalui arteriola aferen menuju glomerulus diterima
oleh reseptor yang berada dekat sel-sel JG. Kejadian ini menyebabkan
perubahan dalam sekresi renin yang selanjutnya akan mengaktifkan
angiotensin II, Angiotensin II merangsang produksi aldosteron oleh korteks
adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium pada tubulus ginjal.
Bersamaan dengan reabsorpsi natrium, volume akan meningkat, tekanan di

13
arteriola aferen meningkat, dan produksi renin terhenti. Jadi pelepasan renin,
angiotensin, dan aldosteron ditentukan oleh perubahan volume dan tekanan
yang terjadi pada sel-sel JG.

Regulasi sekresi aldosteron dengan sistem renin angiotensin.


Gambar diatas menggambarkan modalitas pengaturan umpan balik
yanglain yaitu zat-zat metabolik yang diatur oleh hormon, bekerja
langsung terhadap pelepasan hormon tersebut. Pada Gbr.58, A, insulin dan
glukosa digambarkan. Respons terhadap insulin akan mengubah kadar
glukosa dalam darah. Ketika kadar glukosa meningkat, insulin disekresi.
Jika kadar glukosa turun, insulin dihentikan, Walaupun beberapa hormon
hipofisis dapat memengaruhi pelepasan insulin secara tidak langsung,
tetapi tidak ada bukti yang jelas menunjukkan bahwa kelenjar hipofisis
secara langsung dan spesifik mengendalikan sekresi insulin.
PTH dan kalsium juga mempunyai sistem pengaturan yang unik (lihat
Gambar dibawah). Penurunan kadar kalsium merangsang sekresi PTH.
Sebaliknya, peningkatan kadar kalsium akan menekan produksi PTH.

14
Sistem regulasi timbal balik, tempat kerja hormon substrat
metabolik mengontrol pelepasan hormon. PTH, hormon
paratiroid, atau parathormon.
Karakteristik fisiologis lain dari aksis hipotalamus-hipofisis adalah adanya
irama. Irama merupakan gambaran umum pada banyak produksi hormon,
dan irama ini berasal dari struktur otak. ACTH merupakan contoh irama
yang baik, atau siklus pelepasan hormon. Pada pengukuran kadar ACTH
dan kortisol setiap jam selama 24 jam, terlihat adanya peningkatan pada
pagi hari, kemudian menurun dan meningkat lagi pada malam hari untuk
mencapai puncaknya pada esok paginya. Tipe irama ini disebut sebagai
irama diurnal atau sirkandian. Karena pelepasan hormon oleh kelenjar
hipofisis terjadi dengan cepat, maka pelepasan hormon ini dikatakan juga
sebagai pelepasan hormonal episodik.

15
lrama sirkadian sekresi kortisol.
Gonadotropin, hormon tropik kelenjar hipofisis yang mengatur fungsi
gonad, mempunyai siklus atau irama yang berbeda. Pada perempuan,
pelepasan gonadotropin merupakan suatu siklus dan terjadi setiap bulan
bukannya diurnal. Adanya siklus pelepasan gonadotropin yang normal
merupakan ciri khas fungsi endokrin reproduksi perempuan. Sebaliknya,
pada laki-laki, pelepasan gonadotropin yang sama ini tidak mempunyai
sifat siklik, dan terjadi secara konstan. Jika pelepasan siklik gonadotropin
pada perempuan dihentikan, terjadi penghentian siklus menstruasi normal
dengan penekanan ovulasi dan fertilitas.

Siklus pelepasan gonadotropin bulanan pada


menstruasi perempuan yang normal. Puncaknya adalah
pertengahan siklus ketika FSH dan LH meningkat
secara tiba-tiba.

16
Ada hormon-hormon lain yang tidak dilepaskan dengan irama spontan,
tetapi akibat respons terhadap rangsangan metabolik. Misalnya, hormon
insulin dilepaskan akibat respons terhadap makanan yang dimakan.

D. PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM HORMONAL


Umumnya gangguan sistem hormon disebabkan dua hal utama: adanya
benjolan seperti tumor pada sistem hormon dan ketidakseimbangan hormon.
Kadar hormon dalam tubuh manusia perlu selalu berada dalam kondisi
normal. Kadar hormon yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
menyebabkan gangguan pada tubuh.
1. Gangguan hormon pertumbuhan
Tumor pada kelenjar hipofisis dapat menyebabkan pertumbuhan
berlebihan pada tulang dan bagian tubuh lain. Kondisi yang disebut
gigantisme ini dapat diatasi dengan mengangkat tumor tersebut.
Sebaliknya, tubuh manusia tidak berkembang dengan baik karena
kurangnya hormon pertumbuhan yang diproduksi kelenjar pituitari.
Kondisi ini dapat diatasi dengan terapi pengganti hormon dan pemberian
obat-obatan.
2. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi akibat kinerja pankreas yang tidak memproduksi
cukup hormon insulin. Penyebabnya sendiri belum diketahui pasti,
namun kasus diabetes tipe 1 pada anak dan remaja umumnya disebabkan
karena gangguan sistem imun, yaitu saat beberapa bagian sistem
kekebalan tubuh manusia menghancurkan sel-sel pankreas yang
memproduksi insulin. Suntikan insulin secara berkala dibutuhkan untuk
menangani kondisi ini.
3. Diabetes tipe 2
Pada diabetes tipe 2, tubuh tidak dapat merespons insulin secara normal
atau produksi insulin yang berkurang. Penyakit ini dapat diketahui dari
kadar gula darah yang meningkat. Sebagian penderita memerlukan
suntikan insulin secara teratur, sementara sebagian penderita lainnya

17
dapat mengontrol kadar gula darah dengan obat-obatan, olahraga, dan
perubahan pola makan.
4. Penyakit Addison
Ketidakmampuan kelenjar adrenal memproduksi kortikosteroid sehingga
menyebabkan kelelahan, lemas, perubahan warna kulit, dehidrasi, sakit
perut, dan mual. Kondisi ini biasanya diatasi dengan obat-obatan untuk
menggantikan hormon kortikosteroid. Penyakit ini terjadi karena sekresi
yang berkurang dari glukokortikoid. Hal ini dapat terjadi misalnya karena
kelenjar adrenal terkena infeksi atau disebabkan oleh autoimun.
Gejala-gejalanya :
a. Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+
dan volume air dari cairan tubuh.
b. Hipoglikaemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stres,
sehingga mudah terjadi shock.
c. Lesu mental dan fisik.
5. Hipotiroidisme
Kondisi ini diakibatkan akibat produksi hormon tiroid yang berkurang.
Kurangnya kadar tiroid dalam darah dapat menyebabkan kulit kering,
pertambahan berat badan, konstipasi, dan kelelahan. Anak-anak yang
mengalami kondisi ini umumnya lebih lambat bertumbuh dan lebih lama
mencapai pubertas.
6. Hipertiroidisme\
Kondisi ini terjadi saat kadar hormon tiroid dalam darah sangat tinggi,
salah satunya akibat penyakit Grave, yang menyebabkan kelenjar tiroid
menjadi sangat aktif. Hipertiroidisme ditandai dengan penurunan berat
badan yang cepat, banyak berkeringat, gelisah, dan jantung yang
berdebar kencang. Situasi ini dapat ditangani dengan obat-obatan, radiasi,
dan operasi.
7. Hipopituitarisme
Merupakan gangguan yang ditandai dengan sedikitnya hormon yang
diproduksi kelenjar hipofisis (pituitary) akibat beberapa jenis penyakit

18
berbeda. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah
tumor, radiasi, infeksi, dan beberapa hal lain. Pengobatan dari gangguan
ini adalah dengan terapi penggantian hormon dan pemberian obat-obatan.
8. Pubertas dini
Beberapa anak mengalami pubertas lebih cepat karena kelenjar hipofisis
melepaskan hormon yang merangsang kelenjar kelamin untuk
memproduksi hormon testosteron dan estrogen lebih dini. Pubertas dini
biasanya ditandai dengan munculnya jerawat, pertumbuhan badan yang
cepat, bau badan seperti orang dewasa dan munculnya rambut kemaluan
dan ketiak sebelum usia yang seharusnya.
9. Sindrom Cushing
Munculnya beberapa gejala akibat paparan hormon kortisol dalam
jumlah banyak. Salah satu penyebab utamanya adalah penggunaan obat-
obatan kortikosteroid dalam jangka panjang. Gejala yang bisa ditemui
pada sindrom Cushing di antaranya yaitu berat badan yang meningkat,
wajah tampak bulat (moon face), penumpukan lemak di leher dan bahu
(buffalo hump) dan penurunan gairah seksual.
Gejala-gejalanya :
a. Otot-otot mengecil dan menjadi lemah karena katabolisme protein.
b. Osteoporosis
c. Luka yang sulit sembuh.
d. Gangguan mental.
10. Sindrom Adrenogenital
Kelainan ini terjadi karena kekurangan produksi glukokortikoid yang
biasanya akibat kekurangan enzim pembentuk glukokortikoid pada
kelenjar adrenal. Akibatnya kadar ACTH meningkat dan zona retikularis
dirangsang untuk mensekresi androgen yang menyebabkan timbulnya
kelainan-kelainan sekunder pria pada seorang wanita disebut virilisme.
11. Peokromositoma
a. Tumor adrenal medula yang menyebabkan hipersekresi adrenalin
dan noradrenalin dengan akibat sebagai berikut :

19
b. Basal metabolisme meningkat.
c. Glukosa darah meningkat.
d. Jantung berdebar.
e. Tekanan darah meninggi.
f. Berkurangnya fungsi saluran pencernaan.
g. Keringat pada telapak tangan.
12. Struma
Pembengkakan dari kelenjar tiroid yang menimbulkan pembenjolan pada
leher bagian depan. Penyebabnya antaralain peredangan, tumor ataupun
defisiensi yodium.
Untuk mendiagnosis kemungkinan dan penyebab gangguan pada
sistem hormon, dokter dapat melakukan pemeriksaan urine dan
pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hormon. Sementara, benjolan
pada kelenjar dapat dideteksi dengan pemindaian. Jika Anda memiliki
gejala yang berkaitan dengan gangguan sistem hormon, lebih baik segera
berkonsultasi dengan dokter sebelum timbul gangguan lain yang lebih
serius.
Hormon-hormon tidak langsung bekerja pada sel-sel atau jaringan,
tetapi harus terlebih dulu berikatan dengan reseptor spesifik pada membran
sel atau sitosol dari sel. Untuk terjadinya suatu peristiwa metabolik, seluruh
langkah-langkah selanjutnya setelah interaksi hormon dan reseptor harus
dalam keadaan yang utuh. Dengan demikian, jelas bahwa yang penting bukan
hanya konsentrasi hormon agar dapat tercapai hasil yang baik pada aktivitas
selular, tetapi juga jumlah dan afinitas reseptor terhadap hormon. Oleh karena
itu, ada dua mekanisme untuk penyakit endokrin: (1) gangguan primer yang
mengubah konsentrasi hormon dan (2) gangguan primer pada mekanisme
reseptor dan pasca reseptor. Umumnya penyakit-penyakit endokrin dapat
dipahami melalui aktivitas-aktivitas metabolik dari hormon yang terlibat,
akibat kelebihan atau kekurangan produksi atau kerja hormon. Dengan
demikian, pengetahuan tentang akibat metabolik sekresi hormon yang
berlebihan atau terlalu sedikit akan membantu mengenali gambaran klinis

20
yang timbul akibat gangguan- gangguan ini. Contohnya, bila terdapat
pembentukan tiroksin yang berlebihan, yaitu hormon tiroid, seseorang dapat
mengalami peningkatan metabolisme basal dan produksi panas. Akibabrya,
penderita hipertiroidisme memperlihatkan tingkat metabolisme basal yang
tinggi, tidak tahan panas, dan berkurangnya beral badan. Sebaliknya,
kekurangan tiroksin mengakibatkan efek metabolisme yang berlawanan
seperti metabolisme basal yang rendah dan peningkatan kepekaan terhadap
suhu dingin. Gangguan primer pada tingkat reseptor menimbulkan sindrom
resistensi hormon. Mutasi pada reseptor kortisol menurunkan ikatan hormon
pada reseptor spesifiknya dan menyebabkan sindrom resistensi
glukokortikoid primer. Mutasi pada reseptor hormon tiroid menyebabkan
sindrom resistensi hormon tiroid. Jenis yang kedua dari gangguan perantara
reseptor ini adalah penyakit Graves, yaitu suatu proses autoimun membentuk
antibodi terhadap reseptor TSH, sehingga meningkatkan fungsi tiroid.
Antibodi yang dihasilkan untuk melawan reseptor insulin menyebabkan
sindrom resistensi insulin yang berat.

E. PENGOBATAN PENYAKIT ENDOKRIN


Penanganan penyakit-penyakit endokrin didasarkan atas perubahan
produksi hormon yang mendasari terjadinya penyakit tertentu. Secara
sederhana, pasien dengan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya sekresi
hormon diobati dengan penggantian hormon. Misalnya, pasien diabetes yang
pankreasnya tidak dapat membuat insulin dalam jumlah yang cukup.
Penanganan konsekuensi metabolik akibat kekurangan insulin adalah dengan
pemberian insulin atau zat yang merangsang insulin. Demikian pula seorang
pasien yang tidak dapat membuat cukup hormon tiroid dan menjadi
hipotiroid, diobati dengan pemberian tiroksin.
Penanganan penyakit-penyakit kelebihan hormon lebih rumit karena
banyaknya pilihan pengobatan yang tersedia. Pengangkatan seluruh atau
sebagian kelenjar yang menghasilkan hormon yang berlebihan merupakan
salah satu alternatif. Akan tetapi, pengangkatan seluruh kelenjar

21
mengakibatkan defisiensi hormon total, sehingga harus diberikan terapi
penggantian hormonal untuk memperbaiki kadar hormon sampai menjadi
normal kembali. Kelenjar hipofisis dapat memberikan contoh akibat
pengangkatan kelenjar seluruhnya. Karena kelenjar hipofisis mempunyai
banyak fungsi-antara lain, lobus anterior menyekresi hormon-hormon tropik
dan lobus posterior menyekresi hormon antidiuretik-pengangkatan kelenjar
hipofisis akan mengakibatkan berhentinya sekresi dari banyak hormon atau
panhipopituitarisme. Sebaliknya, pengangkatan sebagian dari kelenjar dapat
menghilangkan kelebihan hormon, dan menyisakan produksi hormon yang
cukup untuk memelihara fungsi normal. Teknik pembedahan modern
memungkinkan pengangkatan hanya sebagian dari kelenjar yang
mengalami kelainan. Teknik ini digunakan bila suatu tumor kecil kelenjar
hipofisis menyebabkan produksi hormon yang berlebihan. Tumor dapat
direseksi dengan teknik bedah mikroskopik tanpa mengangkat atau
mengistirahatkan sisa kelenjar hipofisis. Pada kasus lain, pengangkatan
sebagian kelenjar saja tidak mungkin dilakukan. Contohnya bila kelenjar
adrenal diangkat, maka baik korteks maupun medula adrenal harus diangkat.
Walaupun tubuh dapat berfungsi dengan baik tanpa medula adrenal, kapasitas
tubuh untuk menyekresi katekolamin mungkin terganggu.
Alternatif lain dalam menghadapi kelebihan hormon adalah pemberian
obat-obatan yang menghambat produksi hormon baik dengan menghalangi
atau merusak jaringan yang menghasiikan hormon. Misalnya, pasien dengan
hipertiroidisrne dapat diberikan yodium radioaktif konsentrasi tinggi. Yodium
radioaktif terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid dan akan merusak sel-sel yang
memproduksi tiroksin, sehingga terjadi remisi. Contoh lain adalah hiperfungsi
adrenal tempat kelenjar dapat dihambat dengan obat-obatan yang
mengganggu biosintesis hormon-hormon korteks adrenal.
Penekanan pembentukan hormon juga terjadi pada pemberian
kontrasepsi oral. Estrogen dan pragesteron diberikan untuk menghambat
pelepasan gonadotropin hipofisis, selanjutnya hal ini akan menekan fungsi
ovarium dan ovulasi normal.

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit endokrin adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
atau kelebihan hormon; defisiensi diobati dengan mengganti hormon yang
kurang, sedangkan kelebihan diobati dengan mengangkat secara pembedahan
seluruh atau sebagian kelenjar yang bekerja berlebihan, atau dengan
memberikan obat-obatan yang menghambat atau merusak jaringan yang
membuat hormon. Gangguan endokrin umum termasuk diabetes mellitus,
Akromegali (kelebihan produksi hormon pertumbuhan), penyakit Addison
(penurunan produksi hormon oleh kelenjar adrenal), Cushing syndrome
(tingkat kortisol tinggi untuk waktu yang lama), penyakit Graves (jenis
hipertiroidisme mengakibatkan produksi berlebihan hormon tiroid), tiroiditis
Hashimoto (penyakit autoimun yang mengakibatkan hipotiroidisme dan
produksi rendah hormon tiroid), hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif),
hipotiroidisme (tiroid kurang aktif), dan prolaktinoma (kelebihan produksi
prolaktin oleh kelenjar hipofisis).
Sistem endokrin adalah kumpulan kelenjar, masing-masing
mengeluarkan berbagai jenis hormon yang mengatur metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan, fungsi jaringan, fungsi generatif,
reproduksi, tidur dan suasana hati, antara lain.

23

Anda mungkin juga menyukai