Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan
penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakkan diagnosa
memerlukan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan
pendekatan multidisiplin.Petanda ganas atau tumor marker merupakan substansi
yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi akibat
kanker. Dewasa ini banyak diteliti dan dikembangkan pemeriksaan petanda ganas
ideal yang dapat memberikan petunjuk tentang perkembangan kanker, baik ditingkat
ekstraseluler, seluler maupun molekuler. Manfaat yang paling penting petanda ganas
ini adalah untuk mengkonfirmasi kecurigaan terdapatnya kanker yang telah diduga
sebelumnya bilamana pemeriksaan sitologi atau histopatologi tidak ditemukan,
memantau perjalanan penyakit dan respon pengobatan atau pasca bedah. Istilah
petanda ganas yang dahulu dikenal dengan petanda tumor (tumor marker)
didefinisikan sebagai berbagai substansi yang disekresikan oleh sel kanker atau sel
jinak sebagai respon terhadap keganasan dan dapat dideteksi kadarnya dalam cairan
tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat kanker dapat dideteksi di tingkat
ekstraseluler atau serologik, seluler dan molekuler. Petandaganas ini dapat dideteksi
dan diukur kadarnya dengan metoda kimia, imunologi maupun metode biologi
molekuler.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi laboratorium,
memungkinkan deteksi perubahan-perubahan yang terjadi pada kanker dapat
dideteksi sampai tingkat molekuler, maka pengertian petanda ganas saat ini lebih luas
selain substansi-substansi ekstraseluler yang mencakup molekul yang terdapat pada
permukaan sel maupun intra sel yang dikenal dengan istilah petanda molekuler atau
biomarker keganasan. Bila diperkirakan suatu tumor, metode yang sederhana dan
efektif untuk diagnosa kanker paru adalah sitologi sputum. Hasil sitologi sputum
tergantung banyak faktor meliputi kemampuan pasien untuk mengeluarkan sputum,
ukuran tumor, dekat atau tidaknya lokasi tumor kejalan napas utama, jenis histologi
tumor, perluasan tumor. Hasil yang kurang memuaskan dari sitologi sputum bila tumor
letaknya perifir, bertambah jelek bila ukuran tumor kurang dari 3 cm. Oleh karena hasil
dari sitologi sputum dipengaruhi oleh banyak faktor maka dengan menggunakan
antibodi yang tertuju pada satu antigen tertentu atau antigen monoklonal yaitu

1
pemeriksaan sitokeratin 19 dengan metode imunohistokimia dapat digunakan untuk
mendeteksi kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil.
Sitokeratin dan intermediat filamen terdapat dalam berbagai sel normal dan
jaringan patologis. Ekspresi dari sitokeratin adalah spesifik untuk jaringan yang
berbeda. Sitokeratin 19 dapat diekspresikan oleh epitel sel seperti percabangan
bronkus dan ekspresinya berlebihan dalam kanker paru. Sitokeratin merupakan
bagian dari sitoskeleton, sehingga beberapa fragmen dapat dilepaskan oleh sel yang
hancur atau tumor yang nekrosis. Imunohistokimia adalah gabungan antara diagnosis
histopatologi dengan diagnosis imunokimia yaitu diagnosis yang melibatkan reaksi
antigen antibodi membentuk antigen antibodi kompleks.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Cytokeratins adalah penanda epitel yang ekspresinya tidak hilang selama
transformasi maligna. CYFRA 21-1 adalah fragmen sitokeratin-19 yang larut
dalam serum dan dapat digunakan sebagai penanda tumor yang bersirkulasi.
Meskipun dinyatakan dalam semua jaringan tubuh, kejadian utamanya adalah di
paru-paru, khususnya di jaringan kanker paru-paru. CYFRA 21-1 adalah penanda
tumor sensitif dan spesifik kanker paru non-sel kecil (NSCLC), terutama subtipe
sel skuamosa. Ini juga mencerminkan luasnya penyakit dan memiliki peran
prognostik independen bersama dengan status kinerja dan stadium penyakit di
NSCLC. Selain itu, deteksi serum CYFRA 21-1 memungkinkan untuk identifikasi
pasien risiko tinggi yang mungkin mendapat manfaat dari kemoterapi adjuvant,
dan memungkinkan deteksi dini penyakit progresif di NSCLC berulang. Selain itu,
CYFRA 21-1 telah digambarkan sebagai penanda yang berguna untuk karsinoma
sel skuamosa esofagus dan untuk pemantauan terapi kanker kandung kemih.

B. Manfaat
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk pemantauan terapi, selain menunjang
diagnosis serta mengetahui keganasan paru. Pemantauan pemeriksaan secara
serial diperlukan, apabila dijumpai kenaikan kadar, maka dapat menjadi petunjuk
yang berarti untuk penunjang diagnosis keganasan

C. Referensi Kadar CYFRA 21-1


Normal : ≤3.3 ng/ml

D. Prinsip Uji
The IBL CYFRA 21-1 ELISA Kit adalah enzim immunosorbent assay enzim-
linked fase padat berdasarkan prinsip sandwich. Sumur mikrotiter dilapisi dengan
antibodi monoklonal [tikus] yang diarahkan ke tempat antigenik unik dari molekul
CYFRA 21-1. Sebuah alikuot sampel pasien yang mengandung CYFRA 21-1
endogen diinkubasi dalam sumur terlapis dengan konjugat enzim, yang
merupakan antibodi monoklonal anti-CYFRA 21-1 yang dikonjugasi dengan

3
peroksidase horseradish. Setelah inkubasi, konjugat yang tidak terikat
dibersihkan. Jumlah peroksidase terikat sebanding dengan konsentrasi CYFRA
21-1 dalam sampel. Setelah menambahkan solusi substrat, intensitas warna yang
dikembangkan sebanding dengan konsentrasi CYFRA 21-1 dalam sampel pasien.

E. Prosedur Pemeriksaan
1. Spesimen di sentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm
2. Ambil sampel ± 20 Al, teteskan pada gelas obyek, buat bentuk bulatan kecil
3. Hapusan ditetesi methanol lalu didiamkan 1 hari dengan tujuan fixasi
sampai preparat benar-benar kering.
4. Cuci preparat dengan PBS 3 kali masing-masing 5 menit.
5. Blocking preparat dengan BSA 0,1% dan triton 0,25% selama 20 menit,
kemudian cuci dengan PBS 3 kali masing-masing 5 menit.
6. Inkubasi dengan AB primer semalam (anti sitokeratin 19) 1:500 semalam
(24jam), suhu 4 derajat celcius.
7. Inkubasi suhu ruang 2 jam, kemudian cuci dengan PBS
8. Inkubasi dengan AB sekunder berlabel enzim selama 20 menit
9. Rendam preparat dengan Substrat buffer selama 20 menit.
10. Staining preparat dengan DAB selama 20 menit, akan memberikan warna
coklat bila berikatan.
11. Rendam preparat dalam aquadest selama 3-5 menit, keringkan
12. Amati dengan mikroskop binolokuler menggunakan pembesaran 40 dan
100 kali

4
BAB III
PENUTUP

Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang
jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema.
Kadarnya juga meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih
dari 30 ng/ml didapatkan pada primary bronchial carcinoma
Cyfra 21-1 adalah penanda tumor yang relatif baru yang menggunakan dua
antibodi monoklonal spesifik terhadap sitokeratin 19 fragmen. Cyfra 21-1 merupakan
produk sel yang mengalami destruksi yang sering dilepaskan ke dalam serum atau
cairan tubuh lainnya akibat dekomposisi jaringan. Cyfra 21-1 sangat cocok untuk non
small cell lung ca (NSCLC) karena merupakan penanda tumor yang paling sensitif,
termasuk tumor squamous. Secara umum Cyfra 21-1 memiliki sensitivitas tinggi untuk
Ca Paru

DAFTAR PUSTAKA

5
http://labsakura.com/periksa/cyfra-21-1/
http://www.ibl-international.com/media/catalog/product/R/E/RE54101-IFU-EU-en-
CYFRA-21-1
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/Makalah%20dr.Putu%20Malang.pdf

Anda mungkin juga menyukai