KEPERAWATAN KRITIS 1
SYOK CARDIOGENIK
DISUSU OLEH :
KELOMPOK III
NAMA
1. Oggy Pinangge
2. Karel B. Kandenapa
3. Henitince Demotekay
4. Yusak Yawandare
5. Isak Nupapati
6. Bernadeta Rahawarin
7. Merylin Kopouw
UNIVERSITAS MERDEKA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkah limpahan nikmat dan karunia-Nya
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih untuk dosen pengampu mata kuliah ini atas bimbingannya
makalah ini dapat terselesaikan. Terima Kasih juga untuk rekan-rekan mahasiswa sekalian yang
sudah mendukung penulisan makalah ini. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk rekan
rekan penulis sekalian untuk mendiskusikan isi dari makalah dan atas kerja kerasnya dalam
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan khususnya rekan-rekan mahasiswa.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………… i
Daftar Isi………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ … 1
1.2. TUJUAN.……………………………………………………… … 1
2.1. Definisi………………………………………………………… … 3
2.2. Etiologi…………………………………………………………… 4
2.5 Patofisiologi………………………………………………………. 8
2.7 Komplikasi……………………………………………………….. 12
2.8 Penataksanaan……………………………………………………. 12
3.1. Pengkajian……………………………………………………….. 14
PENUTUP……………………………………………………………. 30
4.1. KESIMPULAN………………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan kegagalan perfusi darah
ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi
kerusakan sel yang tak dapat dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk
mengenali keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang berguna
untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya dilakukan suatu
penatalaksanaan yang sesuai.
Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya adalah syok
kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang diakibatkan oleh karena tidak
cukupnya curah jantung untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot
jantung. Hal ini merupakan suatu keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan
tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara
80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini mengambil
peranan penting di dalam pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan jiwanya dari
ancaman kematian.
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung akut dan kemungkinan
terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan komplikasi infark yang paling ditakuti
karena mempunyai mortalitas yang sangat tinggi. Walaupun akhir-akhir ini angka kematian
dapat diturunkan sampai 56% (GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab kematian
yang terpenting pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit syok kardiogenik penulis
dapat:
C. RUMUSAN MASALAH
D. MANFAAT PENULISAN
1. Rumah Sakit
Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di
Rumah sakit
2. Akademik
3. Penulis
Memberikan pengalaman baru tentang bagaimana cara penanganan pada pasien yang mengalami
syok kardiogenik
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif,
terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan
kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak
adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel
kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga
terjadi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth,
2001)
Syok kardigenik ialah kelainan jantung primer yang mengakibatkan perfusi jaringan tidak cukup
untuk mendistribusikan bahan bahan makanan dan pengembalian sisa-sisa metabolik.
Dari segi hemodinamik syok kardiogenik ialah kelainan jantung primer yang mengakibatkan hal-
hal berikut:
1. Tekanan arterial sistolik <90 mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak 60 mmHg
dibawah tekanan basal (hipotensi relatif)
3. Tidak ada gangguan preload atau proses non-miokardial sebagai etiologi syok
(aritmia, asidosis atau depresan jantung secara farmakologi maupun fisiologik).
Kedua komponen tersebut merupakan suatu kesatuan persyaratan diagnosis. Akan tetapi secara
klinik, aplikasinya banyak menimbulkan kesulitan. Hipotensi bila diukur secara auskultasi dan
spigmomanometer kurang akurat karena:
2. Gangguan perfusi regional dapat terjadi meskipuntekanan arterial masih dalam batas
normal.
3. Sebaliknya pada beberapa situasi klinik tekanan arterial yang rendah sering masih
dapat ditolerir tanpa gangguan perfusi organ-organ tubuh. (GADAR, 1999)
B. ETIOLOGI
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung atau
akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Secara praktik syok kardiogenik timbul
karena gangguan mekanik atau miopatik, bukan akibat elektrik primer.
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau
hipoperfusi iskemik.
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum,
atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok
kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil.
5. Valvular stenosis.
8. Trauma jantung.
C. MANIFESTASI KLINIS
2. Hipoperfusi jaringan
13. Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut
2. Tanda Penting
c. Takikardi
d. Nadi cepat
g. Sianosis
i. Ekstremitas dingin
j. Perubahan mental
3. Kriteria
D. ANATOMI FISISIOLOGI
Terdapat variasi ukuran dan letak dari arteri koronaria. Sebagai contoh, pada sebagian orang,
cabang posterior interventikular dari arteri koronaria kanannya lebih besar dan menyuplai darah
ke sebagian besar bagian ventrikel kiri sedangkan pada kebanyakan orang tempat ini disuplai
oleh cabang anterior interventrikular dari arteri koronaria kiri. Contoh lain, nodus sino-atrial
umumnya disuplai oleh cabang nodus dari arteri koronaria kanan, akan tetapi pada 30-40%
populasi menerima suplai dari arteri koronaria kiri.
Saluran darah vena jantung Sistem aliran darah vena pada jantung sebagai berikut: Vena-vena
dan arteri-arteri koronaria mengalir ke dalam atrium kanan melalui sinus koronaria. Sinus
koronaria mengalir ke dalam atrium kanan ke arah kiri dari dan superior ke pembukaan dari vena
cava inferior. Great Cardiac Vein mengikuti cabang anterior interventrikular dari koronaria kiri
dan kemudian menjalar ke arah belakang kiri pada cabang-cabang atrioventrikular. Pembuluh
darah vena sedang mengikuti arteri interventrikular posterior dan bersamaan dengan pembuluh
darah vena kecil yang mengikuti arteri marginalis, mengalir ke dalam sinus koronaria. Sinus
koronaria mengalir ke pembuluh darah vena pada jantung.
Sistem konduksi jantungekg Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses
impuls normal di dalam jantung, yaitu:
1. Sel perintis (pacemaker cells) listrik jantung. Nodus sino- atrial (SA) adalah
pacemaker jantung. Ia terletak di atas krista terminalis, dibawah pembukaan vena
cava superior di dalam atrium kanan.
2. Sel konduksi listrik jantung. Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar
melalui otot-otot atrial untuk menyebabkan sinkronisasi kontraksi atrial. Impuls
tiba ke nodus atrioventrikular (AV) yang terletak di septum interatrial dibawah
pembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls diantar ke ventrikel melalui serabut
atrioventrikular (His) yang turun ke dalam septum interventrikular. Serabut His
terbagi menjadi 2 cabang kanan dan kiri. Cabang-cabang ini akan berakhir pada
serabut-serabut Purkinje dalam subendokardium dari ventrikel.
E. PATOFISIOLOGI
Syok kardiogenik dicirikan oleh lingkaran setan (vicious circle) dimana terjadi penurunan
kontraktilitas miokardium (depression of myocardial contractility), biasanya karena iskemia,
menyebabkan pengurangan cardiac output dan tekanan arteri (arterial pressure), dimana
menghasilkan hipoperfusi miokardium dan iskemia lanjutan dan penurunan cardiac output.
Disfungsi miokardial sistolik mengurangi stroke volume; dan bersama dengan disfungsi
diastolik, memicu peninggian tekanan end-diastolic ventrikel kiri dan pulmonary capillary
wedge pressure/PCWP (> 18 mmHg) seperti pada kongesti paru.
Jantung tidak mampu memusatkan secara sinkron atau penekanan dan aliran darah ke aorta
dihindarkan. LEVD (The Left Ventrikular End – Diastolik Pressure) dan Arterial Pressure (LAP)
meningkat dari sistolik outflow yang tidak efisien. Pada akhirnya, tekanan arteri pulmonary
selaput interstisial dan alveoli menurunkan daerah permukaan untuk pertukaran gas.
Asidosis laktat dari perfusi jaringan yang buruk dan hipoksemia dari edem paru (pulmonary
edema) dapat sebagai hasil dari kegagalan pompa dan kemudian berkontribusi terhadap
lingkaran setan ini dengan memburuknya iskemia miokardium dan hipotensi.
Asidosis berat (pH < 7,25) mengurangi daya kemanjuran/efektivitas (efficacy) yang secara
endogen dan eksogen telah diberi katekolamin (catecholamines).
Gangguan kontraktilitas
miokardium
Syok kardiogenik
F. PENATALAKSANAAN
Gangguan
Intoleransi aktifitas
1. Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :
rasa nyaman
2. Medikamentosa :
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
H. KOMPLIKASI
a. Cardiopulmonary arrest
b. Disritmi
d. Stroke
e. Tromboemboli
I. PENATALAKSANAAN
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan
intubasi.
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin.
7. Medikamentosa :
12. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
13. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon
IV.
1. Emergent therapy
pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses intravena. Diperlukan usaha untuk
memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2. Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion dengan 100mL
bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba; hingga, baik perfusi yang cukup
maupun terjadi kongesti paru. Pasien dengan infark ventrikel kanan memerlukan peningkatan
tekanan untuk mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg) dan
kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan dobutamine (2,5
mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10 menit). Dobutamine
menyediakan dukungan inotropik saat permintaan oksigen miokardium
meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-80
mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine. Pada dosis lebih besar dari
5,0 mikrogram/kg berat badan/menit, stimulasi alfa-adrenergik secara
bertahap meningkat, menyebabkan vasokonstriksi perifer. Pada dosis lebih
besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit, dopamine meningkatkan
ventricular irritability tanpa keuntungan tambahan.
4. Terapi reperfusi
Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan infark
miokard akut dan syok kardiogenik.
BAB III
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Umur : -
b. Jenis kelamin : -
f. Pendidikan : Pendidikan yang kurang dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena
syok kardiogenik.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri dan sesak berulang,serta anggota grak badan teraba dingin .
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian nyeri dada dan sesak
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan seperti : Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri ,Ansietas, bila
cemas, Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi , Sulfat atropin, bila frekuensi jantung <
50x/menit , Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak
adekuat Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
Biasanya pasien dengan syok kardiogenik mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap
kesehatannya. Dan biasanya pasien mengalami nyeri pada dada dan sesak
b. Pola-aktivitas latihan
Biasanya pasien dengan syok kardiogenik mengalami gangguan aktivitas, karena sesak yang
dialami.
d. Pola eliminasi
Biasanya pasien dengan syok kardiogenik, kurang dapat menerima keadaan penyakitnya
4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Gangguan pernapasan terjadi sekunder akibat syok. Komplikasi yang mematikan adalah
gangguan pernapasan berat. kongesti paru – paru dan edema intra alveolar akan mengakibatkan
hipoksia dan kemunduran gas – gas darah arteri. Atelektasis dan infeksi paruyang sekarang
sering disebut sebagai sindrom distres pernapasan. Takipnea, dispnea, dan ronki basah
ditemukan, demikian juga gejala – gejala yang dijelaskan sebeumnyansebagai manifestasi gagal
jantung ke belakang.
b. B2 (Blood)
Selain dari bertambahnya kerja miokardium dan kebutuhannya terhadap oksigen, beberapa
perubahan lain juga terjadi. Oleh karena metabilisme anaerobik dimulai pada keadaan syok,
maka miokardium tidak dapat mempertahankan cadangan fosfat berenergi tinggi (adenosin
trifosfat) dalam kadar normal dan kntraktifilitas ventrikel akan makin terganggu. Hipoksia dan
asidosis menghambat pembentukan energi dan mendorong terjadinya kerusakan lebih lanjut pada
sel – sel moikardium. Kedua faktor ini juga menggeser kurva fungsi ventrikel kebawah dan ke
kanan yang akan semakin menekan kontraktilitas.
Hematologi
Selama syok yang berkelanjutan, dapat terjadi penggumpalan komponen – komponen seluler
intravaskuler dari sistem hematologis yang akan meningkatkan tahanan vaskuler perifer lebih
lanjut. Koagulasi intravaskuler difus (DIC) dapat terjadi selama syok berlangsung, yang akan
memperburuk keadaan klinis.
c. B3 (Brain)
Dalam keadaan normal, aliran darah serebral biasanya menunjukkan autoregulasi yang baik yaitu
dengan usaha dilatasi sebagai respon terhadap berkurangnya aliran darah atau iskemia. Namun
pengaturan aliran darah serebral ternyata tidak mampu mempertahankanaliran darah perfusi yang
memadai pada tekanan darah dibawah 60mmHg. Selama hipotensi yang berat, gejala – gejala
defisit neurologis dapat ditemukan. Kelainan ini biasanya tidak berlangsung terus jika klien pulih
dari keadaan syok, kecuali jika disertai dengan gangguan serebrovaskuler.
d. B4 (Bladder)
Perfusi ginjal yang menurun menakibatkan anuria dengan keluaran kemih kurang dari 20 ml/jam.
Dengan semakin berkurangnya curah jatung, biasanya menurunkan pula keluaran kemih. Oleh
karena adanya krespon kompensatorik retensi natrium dan air, maka kadar natrium dalam kemih
juga berkurang. Sejalan dengan menurunnya laju filtrasi gloumerulus, terjadi peningkatanBUN
dan kreatin. Bila hipotensi berat berkepanjangan, dapat terjadi nekrosis tubular akut yang
kemudian disusul dengan gagal ginjal akut.
e. B5 (Bowel)
Hati : syok yang berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan sel – sel hati. Kerusakan sel
dapat terlokalisir pada zona – zona nekrosis yang terisolasi atau dapat berupa nekrosis hati yang
masif pada syok berat. gangguan fungsi hati dapat terlihat nyata dan biasanya bermanifestasi
sebagai peningkatan enzim – enzim hati, glutamat oksaloasesat transaminase serum (SGOT), dan
glutamat-piruvat transaminase serum (SGPT). Hipoksia hati juga merupakan mekanisme etiologi
yang mengawli komplikasi – komplikasi ini.
f. B6 (Bone)
B. Diagnosa Keperawatan
2. Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel sekunder dari sel – sel
miokardium.
5. Rsiko tinggi terjadinya koagulasi intravaskular divus b.d penurunan aliran darah
1. Dx.1
2. Dx.2
Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel sekunder dari sel – sel
miokardium.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam setelah diberiakan tindakan keperawatan, penurunan
curah jantung dapat teratasi.
Kriteria :
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 80 x/menit
- Denyut jantung dan irama jantung teratur
- CRT < 3 detik
INTERVENSI RASIONAL
Catat bunyi jantung. S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa, umum (S3 dan
S4) dihasilkan sebagai aliran darah
kedalam serambi, distensi murmur dapat
menunjukkan inkompetensi/ stenosis
mitral.
Palpasi nadi perifer. Penurunan denyut jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis pedis, dan postiabial.
Kaji perubahan pada respons, contoh : Dapat menunjukkan tidak adekuatnya
letargi, cemas, dan depresi. perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
Berikan oksigen tambahan dengan nasal Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kanul 3 sampai 5 lpm. kebutuhan miokardium melwan efek
hipoksia/ iskemia.
Kolaborasi untuk pemberian obat:
Dopamine Dopamine adalah vasopresor pilihan untuk
syok kardiogenik.
Vasodilator digunakan untuk
Vasodilator meningkatkan curah jantung, menurunkan
volume sirkulasi (vasodilator) dan
tahananvaskuler sistemik arteri dilator,
serta kerja ventrikel.
3. Dx.3
Nyeri dada b.d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan
miokardium sekunder dari penurunan suplai darahke miokardium, peningkatan produksi
asam laktat
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respon nyeri
dada.
Kriteria hasil :
- Secara subyektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada
- Secara obyektif di dapatkan TTV dalam batas normal
- Wajah rileks
- Nyeri 0-1 (dari 0-10)
INTERVENSI RASIONAL
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, Variasi penampilan dan perilaku klien
lama dan penyebarannya karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan Nyeri berat dapat menyebabkan syok
nyeri dengan segera kardiogenik yang berdampak pada
kematian mendadak
Lakukan manajemen nyeri keperawatan : Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
1. Atur posisi fisiologis O2 ke jaringan yang mengalami iskemia
4. Dx.4
5. Dx.5
Aktual/risiko tinggi terjadinya koagulasi intravaskuler difusi (DIC) b.d penurunan aliran
darah, penggumpan komponen-komponen seluler intravaskuler dari sistem hematologi
sekunder akibat syok yang berkelanjutan.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien tidak mengalami DIC
Kriteria hasil :
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg, nadi 80x/menit)
- Tidak terjadi aritmia
- Denyut dan irama jantung teratur
- CRT kurang dari 3 detik.
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan pemantauan hemodinamik ketat Peran utama perawat adalah pemantauan
status hemodinamik dan jantung serta
pemantauan EKG harus dipertahankan dan
berfungsi secara tepat. Perawat menyiapkan
obat-obatan, cairan intravena, dan peralatan
yang mungkin digunakan dan harus siap
untuk membantu dalam penerapan tindakan
ini. Perubahan dalam status hemodinamik,
jantung, dan status pulmonal di catat dan di
laporkan dengan segera. Selain itu, adanya
bunyi napas tambahan, perubahan irama
jantung, dan temuan fisik lainnya di
laporkan dengan segera
Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah Oleh karena adanya peningkatan tekanan
total sesuai dengan indikasi, hindari cairan ventrikel kiri, klien tidak dapat
garam menolerensasi peningkatan volume cairan
(preload). Klien juga mengeluarkan sedikit
natrium yang menyebabkan retensi cairan
dan meningkatkan kerja miokard
Pantau seri EKG dan perubahan foto dada Depresi segmen ST dan datarnya
gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen. Foto dada
dapat menunjukan pembesaran jantung dan
perubahan kongesti pulmonal
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis Antikoagulan dapat digunakan untuk
antikoagulan : menhambat pembentukan bekuan darah.
Heparin Tidak seperti trombolik, obat ini tidak
melarutkan bekuan yang sudah ada, tetapi
bekerja sebagai pencegahan terhadap
pembentukan bekuan baru. Antikoagulan
digunakan pada klien yang memiliki
gangguan pembuluh arteri dan vena yang
membuat mereka berisiko tinggi terjadi
pembentukan bekuan darah.
Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk
membantu mempertahankan
6. Dx.6
7. Dx.7
PENUTUP
KESIMPULAN
Syok kardiogenik adalah Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung, manifestasinya meliputi
hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
Daftar Pustaka
I Made Bakta, I Ketut Suastika.1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Trisnohadi HB. 2000. Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
falkutas kedokteran universitas indonesia
Scwartz, Shires Spencer. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.