Kinerja Pejabat Fungsional Perancang Peraturan Perundang Undangan PDF
Kinerja Pejabat Fungsional Perancang Peraturan Perundang Undangan PDF
PERANCANG PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
SUHARIYONO AR
www.djpp.depkumham.go.id
JENJANG KARIER PNS
www.djpp.depkumham.go.id
Salah satu kelompok jabatan
fungsional yang terdapat pada instansi
pemerintah sebagai salah satu pilihan-
/jenjang karier adalah Perancang
Peraturan Perundang-undangan
www.djpp.depkumham.go.id
DASAR HUKUM JAFUNG PERANCANG
1. UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK
KEPEGAWAIAN;
2. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;
3. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 47 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 1997 TENTANG PEGAWAI NEGERI
SIPIL YANG MENDUDUKI JABATAN RANGKAP;
4. PERATURAN PRESIDEN NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN
FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;
5. KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN
FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL;
6. KEPMENPAN NOMOR NOMOR 41/KEP/M.PAN/12/2000 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN ANGKA
KREDITNYA;
7. KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA R.I. DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR M.390-KP.04.12 TAHUN 2002
NOMOR: 01 TAHUN 2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN
FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN ANGKA
KREDITNYA;
www.djpp.depkumham.go.id
DASAR HUKUM JAFUNG PERANCANG
8. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR M.02.PR.08.10 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN
ANGKA KREDIT PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;
9. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR M.01.PR.08.10 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ORGANISASI DAN
TATA KERJA TIM PENILAI ANGKA KREDIT PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN;
10. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR M.73.KP.04.12 TAHUN 2006 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;
11. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR M.3396.KP.04.12 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN;
12. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR M.HH-06.KP.09.02 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
TIM PENILAI ANGKA KREDIT PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PADA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA.
www.djpp.depkumham.go.id
PERATURAN PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG
YANG SEDANG DIPERSIAPKAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
www.djpp.depkumham.go.id
Siapa dan apa?
www.djpp.depkumham.go.id
PERAN PERANCANG
• menentukan pilihan-pilihan (alternatif) yang dikehendaki oleh penentu
kebijakan;
• merumuskan substansi secara konsistens atau taat asas;
• merumuskan substansi yang tidak menimbulkan penafsiran (ambigu);
• merumuskan substansi yang adil, sepadan, atau tidak diskriminatif;
• menjamin bahwa peraturan yang dirancang dapat dilaksanakan dengan
mudah oleh pelaksana;
• menjamin bahwa peraturan yang dirancang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan di atasnya atau melanggar kepentingan
umum;
• menjamin bahwa peraturan yang dirancang dapat memecahkan masalah
yang dihadapi oleh penentu kebijakan;
• menjadi penengah dalam penyelesaian tumpang tindih kewenangan dan
pengaturan dalam pembahasan di tingkat antardepartemen atau
antarlembaga;
• melakukan negosiasi atau pendekatan-pendekatan psikologis terhadap
penentu kebijakan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
www.djpp.depkumham.go.id
KEWAJIBAN PERANCANG?
www.djpp.depkumham.go.id
KEWAJIBAN PERANCANG?
www.djpp.depkumham.go.id
INSTANSI PEMBINA
DAN SEBARAN TENAGA PERANCANG
INSTANSI PEMBINA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
www.djpp.depkumham.go.id
SYARAT UNTUK MENJADI PERANCANG
1. MEMENUHI ANGKA KREDIT KUMULATIF MINIMAL YANG DITENTUKAN
Untuk Perancang Pertama minimal 100 angka kredit yang dapat diperoleh
langsung dari ijazah Strata Satu (S1) Sarjana Hukum atau Sarjana lain di bidang
hukum;
2. BERIJAZAH SERENDAH-RENDAHNYA SARJANA HUKUM ATAU SARJANA LAIN DI
BIDANG HUKUM DENGAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN YANG DITENTUKAN
UNTUK JABATAN PERANCANG;
3. PANGKAT SERENDAH-RENDAHNYA PENATA MUDA (III/a);
4. TELAH MENGIKUTI DAN LULUS DIKLAT FUNGSIONAL DI BIDANG
PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;
5. PENILAIAN PRESTASI KERJA SEKURANG-KURANGNYA BERNILAI BAIK DALAM 1
(SATU) TAHUN TERAKHIR;
6. MEMILIKI PENGALAMAN DALAM KEGIATAN PERANCANGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN SEKURANG-KURANGNYA 2 (DUA) TAHUN (Syarat
bagi Pegawai yang menduduki jabatan lain untuk diangkat ke dalam jabatan
Perancang); dan
7. USIA SETINGGI-TINGGINYA 5 (LIMA) TAHUN SEBELUM MENCAPAI USIA
PENSIUN DARI JABATAN TERAKHIR YANG DIDUDUKINYA (Syarat bagi Pegawai
yang menduduki jabatan lain untuk diangkat ke dalam jabatan Perancang).
www.djpp.depkumham.go.id
Salah satu kelebihan/keuntungan dari jabatan
fungsional Perancang adalah dapat merangkap
jabatan struktural
Tunjangan Perancang:
1. Perancang Pertama (III/a-III/b), sebesar Rp. 325.000,-
2. Perancang Muda (III/c-III/d),sebesar Rp. 750.000,-
3. Perancang Madya (IV/a-IV/b-IV/c), sebesar Rp. 1.200.000,-
4. Perancang Utama (IV/d-Ive), sebesar Rp.1.400.000,-
(Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Perancang
Peraturan Perundang-undangan)
www.djpp.depkumham.go.id
Menuju Kualitas Kompetensi
• Dalam Penjelasan UU P3 disebutkan bahwa Untuk menunjang
pembentukan peraturan perundang-undangan, diperlukan
peran tenaga perancang peraturan perundang-undangan
sebagai tenaga fungsional yang berkualitas yang mempunyai
tugas menyiapkan, mengolah, dan merumuskan rancangan
peraturan perundang-undanganan.
• Makna ”berkualitas” sebagaimana ditentukan dalam
penjelasan tersebut tampaknya akan mengalami hambatan
dan tantangan tersendiri dalam bidang kepemerintahan
karena masih berbenah di sana-sini mengingat jabatan
tersebut relatif anyar atau baru dibanding jabatan fungsional
lainnya seperti jabatan peneliti atau jaksa penuntut umum.
• Mencari format mengenai kompetensi dan sertifikasi jabatan
fungsional perancang serta kurikulum dalam diklat perancang,
diperlukan kerja keras dan ketekunan yang luar biasa. Hal ini
masih dalam proses penyelesaian di lingkungan Kementerian
Hukum dan HAM.
www.djpp.depkumham.go.id
PERMASALAHAN PERANCANG
• KURANGNYA KUANTITAS PERANCANG (DI PUSAT
SEKITAR 151 ORANG DI ANTARNYA DI DEP. HUK DAN
HAM 22 ORANG.
• KURANGNYA KUALITAS PERANCANG
• BANYAKNYA RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN, BAIK BERASAL DARI
KEMENTERIAN/LPNK.
• MUTASI KE JABATAN STRUKTURAL ATAU JABATAN
LAINNYA YANG MENJANJIKAN
www.djpp.depkumham.go.id
( JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG )
PENERIMAAN/REKRUITMEN
Proses penerimaan disesuaikan dengan kebutuhan
perancang di Kementerian/LPNK/Lembaga Negara
INSENTIF :
Diklat Perancangan ANIMO PERANCANG
Batas Usia Pensiun
karier yg jelas
www.djpp.depkumham.go.id
KINERJA PERANCANG DAN APBN
Kinerja perancang terkait erat dengan anggaran
(anggaran mengikuti kinerja).
Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal:
Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana.
Kedua, biaya dari program-program yang
diusulkan dalam mencapai tujuan.
Ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur
pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan
untuk tiap-tiap program.
www.djpp.depkumham.go.id
EFISIENSI ANGGARAN
Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfokus pada
efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas.
www.djpp.depkumham.go.id
OUTPUT & ABK
• Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan
orientasi output. Jadi, menyusun anggaran dengan pendekatan
kinerja, maka mindset harus fokus pada "apa yang ingin dicapai".
• Kalau fokus ke "output", berarti pemikiran tentang "tujuan"
kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun
anggaran.
• Tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance
atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan
dana secara efisien.
• Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat
memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan
terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil
yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga
dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)
www.djpp.depkumham.go.id
TAHAPAN YG HARUS DILALUI
Untuk dapat menyusun ABK, harus ditetapkan:
• Perencanaan strategik/Renstra (Penyusunan Renstra
dilakukan secara obJektif dan melibatkan seluruh
komponen yang ada di dalam pemerintahan dan
masyarakat).
• Standar harga, tolok ukur kinerja dan standar pelayanan
minimal (SPM) yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
• Pengukuran kinerja (tolok ukur) (digunakan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan-
/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang
telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi
pemerintah).
www.djpp.depkumham.go.id
Pengukuran Kinerja
Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu
ditetapkan indikator-indikator terlebih dahulu antara lain
indikator masukan (input) berupa dana, sumber daya
manusia dan metode kerja.
Agar input dapat diinformasikan dengan akurat dalam
suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap
kewajarannya. Dalam menilai kewajaran input dengan
keluaran (output) yang dihasilkan, peran analisa standar
biaya (ASB) sangat diperlukan.
ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan
biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan.
www.djpp.depkumham.go.id
Menentukan Indikator Kinerja
Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan suatu yang
akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk
menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahapan
perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah
kegiatan selesai dan bermanfaat (berfungsi).
Indikator kinerja meliputi:
1. Masukan (Input);
2. Keluaran (Output);
3. Hasil (Outcome);
4. Manfaat (Benefit);
5. Dampak (Impact);
www.djpp.depkumham.go.id
MAKNA
• Masukan (Input) adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu proses
untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan ditetapkan
sebelumnya. Indikator masukan meliputi dana, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, data dan informasi lainnya yang diperlukan.
• Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu
dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan. Indikator keluaran
dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu aktivitas atau tolok ukur
dikaitkan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan
terukur.
• Hasil (Outcome) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan
atau hasil nyata dari suatu keluaran. Indikator hasil adalah sasaran
program yang telah ditetapkan.
• Manfaat (Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya
akan nampak setelah beberapa waktu kemudian. Indikator manfaat
menunjukkan hal-hal yang diharapkan dicapai bila keluaran dapat
diselesaikan dan berfungsi secara optimal.
• Dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh manfaat
dari suatu kegiatan. Indikator dampak merupakan akumulasi dari
beberapa manfaat yang terjadi, dampaknya baru terlihat setelah beberapa
waktu kemudian.
www.djpp.depkumham.go.id
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(1)
• Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
proses pembuatan peraturan perundang-undangan
yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan,
persiapan, teknik penyusunan, perumusan,
pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan
penyebarluasan (Pasal 1 angka 1 UU 10/2004).
• Penyusunan RUU didasarkan pada Prolegnas yang telah
ditetapkan oleh DPR setelah dibahas bersama dengan
Pemerintah (Kemhukham);
• Prolegnas dengan sistem terbuka (antara lain ratifikasi
dan putusan MK);
• Prolegnas dengan sistem pengecualian [Pasal 17 ayat
(3) UU 10/2004] jo Perpres No. 68 Thn. 2005.
• Setiap tahun masih akan ditentukan prioritas RUU yang
dibahas pada tahun berikutnya (termasuk luncuran
RUU yang belum sempat dibahas tahun sebelumnya).
www.djpp.depkumham.go.id
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(2)
Permasalahan:
• Apakah setiap tahapan pembentukan peraturan di atas
mempunyai anggaran masing-masing dan tersendiri dan
selalu melibatkan perancang?
• Jika masing-masing, bagaimana mengukur atau
menentukan indikator kinerjanya? Karena penganggaran
dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi
output, maka harus fokus pada "apa yang ingin dicapai".
• Pembentukan peraturan perundang-undangan tidak berdiri
sendiri atau adanya ketergantungan dengan instansi terkait
(baik lintas lembaga maupun lintas sektor), terutama
kinerja Ditjen PP dalam melakukan harmonisasi dan DPR
sebagai pintu keluaran (output) yang paling menentukan;
www.djpp.depkumham.go.id
Perancang Ada Di Mana?
• Penyusunan NA (perencanaan)?
• Persiapan penyusunan RUU/RPP/Rperpres?
• Teknik penyusunan RUU/RPP/Rperpres?
• Perumusan RUU/RPP/Rperpres?
• Pembahasan RUU (di DPR/Pem)?
• Pengesahan RUU/RPP/Rperpres?
• Pengundangan RUU/RPP/Rperpres? Dan
• Penyebarluasan UU/PP/Perpres.
www.djpp.depkumham.go.id
Ukuran Kinerja
Secara konsisten, penyusunan Prolegnas di lingkungan
DPR-RI dan Pemerintah dilakukan dengan memperhatikan
konsepsi RUU yang meliputi:
• latar belakang dan tujuan penyusunan;
• sasaran yang akan diwujudkan;
• pokok-pokok pikiran, lingkup atau objek yang akan
diatur; dan
• jangkauan dan arah pengaturan.
www.djpp.depkumham.go.id
Ukuran Kinerja
www.djpp.depkumham.go.id
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH
www.djpp.depkumham.go.id