Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif. Sangat penting untuk mengetahui variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian. Rancangan dari suatu studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan faktor penelitian waktu. Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara rinci. Keuntungan yang paling besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah respondennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas (Nursalam, 2016) Peneliti melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan di Puskesmas daerah Ponorogo. 3.2 Batasan istilah Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan di Puskesmas daerah Ponorogo, maka penyusunan studi kasus harus menjabarkan tentang konsep halusinasi penglihatan. Batasan istilah disusun secara naratif dan apabila diperlukan ditambahkan informasi kualitatif sebagai penciri dari batasan yang dibuat oleh penulis. 3.3 Partisipan Partisipan pada syudi kasus ini adalah klien dengan gangguan jiwa persepsi sensori halusinasi penglihatan. Subjek yang digunakan adalah 1 klien. Kriteria subjek adalah : a. Penderita gangguan jiwa halusinasi penglihatan dalam rentang usia remaja hingga dewasa b. Klien dengan perawatan di rumah c. Klien sadar dan kooperatif d. Tanpa ada komplikasi penyakit tertentu 3.4 Lokasi dan waktu a. Lokasi studi kasus ini dilaksanakan di Puskesmas daerah Ponorogo b. Waktu penelitian Jadwal kegiatan penyususnan proposal sampai dengan ujian proposal dilaksanakan pada bulan ... sampai ... Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data pada bulan ... selama satu minggu. Setelah itu dilanjutkan pengolahan data pada bulan ... sampai terselesaikannya KTI dan dilaksanakan sidang KTI. 3.5 Pengumpulan data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrument yang digunakan. Selama proses pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih tenaga pengumpulan data ( jika diperlukan), memerhatikan prinsip-prinsip validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan ( Nursalam, 2016). 1. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut ( face to face ). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala social yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara. Wawancara bukanlah sekadar memperoleh angka lisan saja, sebab dengan wawancara peneliti akan dapat : a. Memperoleh kesan langsung dari responden. b. Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden. c. Membaca air muka ( mimik ) dari responden. a. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden. d. Memancing jawaban bila jawaban macet.
Wawancara ini dilakukan secara pada klien dan keluarga
klien untuk mengetahui keluhan utama yang dialami oleh klien, tanda dan gejala penyakit, kebiasaan pola hidup, serta riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu. Wawancara ini juga dapat dilakukan pada perawat yang ada di ruangan tersebut untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Dalam wawancara, peneliti bisa mendapatkan data secara verbal yang meliputi : keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi atau pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan. Dalam penelitian, pengamatan adalah prosedur yang berencana, meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam melakukan observasi, bukan hanya “melihat”, atau “menonton” , tetapi keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan pencatatan. Ahli lain mengatakan bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan sistemik tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat” (Notoatmojdo, 2010) Peneliti menggunakan metode wawancara untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga mengenai stroke. Pemeriksaan Fisik dalam pengkajian keperawatan dipergunakan untuk memperoleh data obyektif dari klien. Tujuan dari pemeriksaan fisik untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah, dan data dasar guna mneyusun rencana asuhan keperawatan. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik yaitu inspeksi, palapasi, perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2008) Pada pemeriksaan fisik pasien stroke dengan gangguan Defisiensi Pengetahuan berfokuskan pada pemeriksaan comfort atau kenyamanan, juga pada pemeriksaan koping, serta status pendidikan, dan social, karena pada pemeriksaan itu kita dapat hasil subjektif maupun objektif tentang bagaimana pasien mempunyai pengetahuan dari sumber informasi yang klien dapatkan selain itu kita juga dapat menilai bagaimana penerimaan dirinya selama sakit selain itu juga harus melakukan pemeriksaan fisik lainnya seperti pemeriksaan kepala, dada terdiri dari paru-paru dan jantung , kemudian pemeriksaan fisik abdomen apakah ada gangguan pada sistem pencernaan akibat bedrest atau gangguan eliminasi serta pemeriksaan ekstremitas pada pasien. 3. Studi dokumentasi Studi dokumentasi merupakan kegiatan untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah peneliti yang dipilih, maka peneliti perlu banyak membaca buku – buku literatur (Notoatmodjo, 2010). Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengambildata yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, table atau daftar periksa, hasil laboratorium, status pasien dan lembar observasi yang dibuat.
3.6 Analisis data
Pengolahan dan analisa data penelitian (data mentah) harus diolah berdasarkan prinsip-prinsip pengolahan data secara profesional. Ketidakakuratan dalam pengolahan dan analisis data akan berakibat kesimpulan hasil penelitian yang “bias” yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Hasil dari pengolahan dan analisis data tersebut terwujud dalam “data penelitian” yang terekam dalam berbagai bentuk (Notoatmodjo, 2010). Analisa dan penelitian studi kasus keperawatan yang sigunakan adalah analisa deret waktu. Analisa deret waktu adalah serangkaian nilai pengamatan yang diambil selama kurun waktu tertentu dan studi literature dituangkan secara diskriptif dan naratif.
Untuk cara penilaian Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Penglihatan melalui wawancara dan observasi setiap hari yang dilakukan dengan acuan NOC, yaitu :
a. Mengetahui halusinasi secara umum
b. Mengetahui halusinasi penglihatan c. Mengetahui Faktor-faktor penyebab d. Mengetahui Durasi penyakit yang terjadi e. Mengetahui Tanda dan gejala f. Mengetahui Efek psikososial penyakit g. Mengetahui bagaimana hubungan stress fidik dan emosional h. Mengetahui Pilihan pengobatan yang tersedia i. Menegtahui Efek terapeutik obat j. Mengetahui Efek samping obat k. Menjelaskan Komplikasi Dengan skala pengukuran likert lima poin Nursing Outcomes Classification (NOC) : 1 : Tidak ada pengetahuan 2 : Pengetahuan terbatas 3 : Pengetahuan sedang 4 : Pengetahuan banyak 5 : Pengetahuan sangat banyak
3.7 Etika penelitian
Agar studi alamiah benar-benar dapat terjadi dan peneliti tidak mendapat persoalan masalah etik maka ada beberapa yang harus di persiapkan oleh peneliti antara lain yaitu : 1. Meminta izin pada penguasa setempat dimana peneliti akan di laksanakan sekaligus memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian. 2. Menempatkan orang-orang yang diteliti bukan sebagai “objek” melainkan orang yang derajatnya sama dengan peneliti. 3. Menghargai, menghormati dan patuh terhadap semua peratuaran, norma, nilai masyarakat, kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat tempat penelitian di lakukan. 4. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan dengan informasi yang diberikan. 5. Informasi tengang subjek tidak di publikasikan bilas ubjek tidak menghendaki, termasuk nama subjek tidakakan di cantumkan dalam laporan penelitian. 6. Peneliti dalam merekrut terlebih dahulu, memberikan imformed consent, yaitu memberitahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan tujuan penelitian pada sampel dengan sejelas-jelasnya. 7. Selama dan sesudah penelitian (privacy) tetap dijaga, semua partisipan diperlakukan sama, nama partisipan di ganti dengan nomor (anonymity). Peneliti akan menjaga kerahasian informasi yang diberikan dan hanya di gunakan untuk kegiatan penelitian serta tidakan di publikasi akan tanpa izin partisipan. 8. Selama pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan partisipan. Sehingga partisipan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan untuk mengungkapkan masalah yang di alami (Saryono & Mekar , 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojdo, D. S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.
Saryono, & Mekar , A. D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.