Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Ruang Mawar RSUD Dr. Harjono Ponorogo bertempat di
gendung lantai tiga sebelah selatan gedung ICU RSUD Dr.
Harjono Ponorogo yang beralamat di Jalan Raya Ponorogo Pacitan,
Kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa Timur.

Ruang Mawar dilengkapi oleh beberapa ruangan maupun


peralatan yang menunjang pelayanan. Dari segi ruangan, ruang
Mawar di bagi menjadi beberapa ruangan yaitu :

a. Ruang Perawatan
Ruang mawar merupakan ruang kelas 3 memiliki 5
ruang untuk rawat inap yaitu A, B, C, D, dan Isolas. Dimana
ruang A dan B diperuntukan untuk pasien laki-laki kapasitas 12
bed, sedangkan ruang C dan D diperuntukan untuk pasien
perempuan terdapat 12 bed per ruang, dan ruang Isolasi terletak
diantara ruang A dan B dengan kapasitas 5 bed. Jika pasien
mengalami overload akan dirawat di lorong ruangan.

b. Ruang Diskusi
Ruang diskusi berada di ruangan perawatan. Terdapat 2
ruang diskusi digunakan untuk berdiskusi atau membahas kasus
yang terjadi pada pasien oleh tim medis, para medis, dan para
mahasiswa baik bidang kedokteran, keperawatan maupun
kebidanan yang sedang melakukan praktik klinik di ruang
Mamar RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

c. Ruang Tim Medis dan Para Medis


Ruang dimana tim medis maupun para medis melakukan
pemantauan sekaligus melakukan pendokumentasian tindakan
maupun perkembanganpasien pada masing-masing sift (waktu
jaga). Dia ruang ini juga biasanya dilakukan timbang terima
pasien antar para medis yang sedang dinas dengan para medis
yang akan dinas pada shif selanjutnya.

d. Ruang Peralatan Medis


Di ruang ini terdapat lemari 1 buah trolly injkesi dan trolly
rawat luka. Salain itu di ruang ini terdapat beberapa rak
penyimpanan alat-alat medis dan troli instrumen yang digunakan
untuk tindakan medis. Di runag ini pula tersimpan 1 unit suction
yang siap untuk digunakan apabila diperlukan, dan ada pula 1
unit alat EKG.

Selain yang telah dilaskan diatas, ruang Mawar RSUD


Dr.Harjono Ponorogo juga dilengkapi sarana dan prasarana lain
seperti toilet, ruang ganti pakaian untuk tim medis dan para
medis apabila waktu dinas, wastafel untuk cuci tangan setelah
dan sesudah melakukan tindakan, serta beberapa sarana dan
prasarana lain yang menunjang pelayanan pada pasien diruang
mawar RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

e. Jumlah Perawat
Jumlah tenaga perawat adalah orang dengan klasifikasi
pendidikan Diploma III dan Profesi Ners dan Tenaga
administrasi. Adapun struktur organisasi di Ruang Mawar Dr.
Harjono Ponorogo adalah sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
PROFESIONAL DIRUANG MAWAR

Kepala Ruang

Moh. Tarom, S.Kep.Ns

Katim II
Katim I
Siti Rusmandiah, Amd.Kep
Wiyono, S.Kep

Perawat Associate
Perawat Associate
1. Suwarningsih
1. Theresia Eva, 2. Umi Qolisatul M,
S.Kep.Ns Amd.Kep
2. Sujoni,AMK 3. Wahid Haris,
S.Kep.Ns
3. Heru Prayetno,
4. Sri Andriani,
Amd.Kep S.Kep.Ns
4. Yogi Suprayetno, 5. Sidik
Amd.Kep Gunarno,S.Kep.Ns
5. Siska Eli, Amd.Kep 6. Reza Alfhatoni,
6. Haniatul M, S.Kep.Ns
7. Zainatul
Amd.Kep
Fiana,Amd.Kep
7. Dewi Oktaviani,
Amd.Kep

Pasien Pasien

Ruang A,B,dan Isolasi Ruang C dan D

Sumber: RSUD Dr. Harjono Ponorogo

4.1 Bagan struktur organisasi manajemen asuhan keperawatan profesional diruang


mawar
STRUKTUR ORGANISASI RUANG MAWAR

Kepala Instansi Rawat Inap

Wiwik Widiyati,S.Kep.Ns.,MPH

Administrasi
Kepala Ruang
Didik Harianto
Moh. Tarom, S.Kep.Ns
Evi Yulianawati

Katim I Katim II

Wiyono, S.Kep Siti Rusmandiah, Amd.Kep

Perawat Associate
Perawat Associate
1. Theresia Eva, 1. Suwarningsih
S.Kep.Ns 2. Umi Qolisatul M,
2. Sujoni,AMK Amd.Kep
3. Heru Prayetno, 3.Wahid Haris,
Amd.Kep S.Kep.Ns
4. Yogi Suprayetno, 4.Sri Andriani, S.Kep.Ns
Amd.Kep 6. Sidik
5. Siska Eli, Amd.Kep Gunarno,S.Kep.Ns
6. Haniatul M, 7. Reza Alfhatoni,
Amd.Kep S.Kep.Ns
7. Dewi Oktaviani, 8. Zainatul
Amd.Kep Fiana,Amd.Kep

Sumber: RSUD Dr. Harjono Ponorogo

4.2 Bagan struktur organisasi di ruang mawar


4.1.2 Karakteristik Partisipan (Identifikasi Pasien)
Peneliti telah melakukan asuhan keperawatan pada klien
bernama Ny. A usia 48 tahun, jenis kelamin perempuan, bekerja
sebagai petani, klien koeperatif, pengalami penurunan BB dulu 50 an
sekarang 46,5 kg klien tinggal di Dk K, Kec M, Kab P. Klien telah
terdiagnosa DM Hyperglikemia dan dirawat di Ruang Mawar
RSUD Dr. Harjono Ponorogo dengan GDA 350 mg/dl.
4.1.3 Pengkajian
1) Identitas
Klien bernama Ny. A usia 48 tahun, jenis kelamin perempuan dan
pendidkan SMP.

2) Keluhan Utama
Klien mengatakan badanya lemas

3) Riwayat Penyakit Sekarang


SMRS : Pasien mengatakan pada tanggal 18 Febuari 2019
pasien mengatakan badanya lemas, mual dan muntah ± 5 setelah
makan, tidak nafsu makan, berat badan akhir-akhir ini menurun.
Lalu keluarga membawa pasien ke puskesmas terdekat tapi pihak
puskesmas tidak bisa menagani dan akhirnya pasien dirujuk ke
RSUD Dr. Harjono Ponorogo untuk ditangani lebih lanjut.
MRS : Pada tanggal 18 Febuari 2019 jam 14.30 pasien tiba di
UGD RSUD Dr.Harjono Ponorogo pasien mengatakan badanya
lemas, mual dan muntah 2 kali, kemudian pasien didiagnosa
mengalami Diabetets Mellitus (DM) hyperglikemia dengan kadar
gula darah 545 mg/dl kemudian pasien dirawat di ruang mawar
RSUD Dr. Harjono Ponorogo untuk ditangani lebih lanjut.
Saat Pengkajian : pada tanggal 19 Febuari 2019 jam (08.00
WIB) pasien mengatakan badannya lemas tidak nafsu makan, mual
dan tadi pagi muntah saat makan. Makannya tadi pagi tidak habis
dan hanya habis 1⁄4 porsi. Hasil GDA 350 mg/dl.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan salah satu orang tuanya ada yang
menderita penyakit gula (diabetes mellitus) yaitu ayahnya.

5) Perubahan Pola Kesehatan


a. Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan saat tidak enak badan langsung
digunakan untuk istirahat dan jika tidak sembuh langsung pergi
ke pak mantri atau ke puskesmas terdekat. Pasien mengatakan
sering makan telat, Pasien makan 3x sehari tapi terkadang hanya
2x sehari saja karena sudah merasa kenyang. Karena sering
memakan makanan ringan. Pasien bekerja di sawah dan suka
mengkonsumsi minuman yang manis karena saat disawah
minum manis membuat cepat kenyang dan tidak cepat lemas.
Pasien tidak pernah mengkonsumsi rokok maupun alkohol.

b. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan badannya lemas, tidak nafsu makan,
mula dan muntah, hanya sedikit habis 1⁄4 porsi nasi bubur
bubur, tahu, tempe, sayur dan pepaya. Tidak ada masalah dalam
kemampuan menelan dan mengunyah. BB : 46,5 kg, TB
𝐵𝐵 46,5 46,5
:160 cm, IMT: = 1,6 𝑋 1,6 = 2,56 = 18,2 (kurus). Pola asupan
𝑇𝐵2

cairan yang masuk antara lain Nacl : 1500 ml/ 24 jam, air putih
: 600 ml / 24 jam dan teh 150 ml/24 jam, jumlah : Nacl + air
putih + teh = 2250 ml / 24 jam sedangkan cairan keluar Urine :
1500 cc/ 24 jam IWL (Insensible Water Loss) 15 x BB/ 24 jam
= 15 x 46,5 / 24 jam = 697,5/ 24 jam. Penilaian Status Cairan
(balance cairan) : Intake – Output =2250 – (1500+679,5)=2150
– 2.197,5 = 52,5cc/24 jam.
6) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis,
tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 74x/menit, suhu: 35,5ºC,
respirasi : 20 x /menit, BB 46,5 kg, TB 160 cm, GCS: E: 4, M :5,
V:6, tugor kulit sedang, mukosa bibir pucat dan kering,
konjungtiva anemis dan tidak ada edema dan lesi.

7) Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Pada tanggal 19 Febuari 2019 telah dilakukan pemeriksaan


laboratorium HBG : 9,5 g/dl, ALB : 2,7g/dl dan GDA pada tanggal
19 Febuari 2019 yaitu 350 mg/dl.
8) Terapi
Pada di ruang mawar RSUD Dr. Harjono Ponorogo klien
mendapatkan terapi yang diberrikan pada tanggal 19 Febuari 2019
adalah Ranitidin 2 x 50 mg manfaat menurunkan kadar asam
lambung, Ondansetron 3 x 4 mg manfaat mencegah mual dan
muntah, Glibenelamide 2x 5 mg manfaat menurunkan kadar gula
darah pada DM tipe 2, Prosagon 2 x 30 mg manfaatnya mengobati
kebanyakan produksi asam lambung, Sucralfate 3 x 5 ml manfaat
melindungi tukak lambung dan insulin 3 x 8 unit untuk
menstabilkan gula darah.

4.1.4 Diagnosa Keperawatan


Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 Febuari
2019 peneliti menemukan data subjektif dan objektif dari klien yaitu
: Ds : pasien mengatakan mual dan muntah pasien mengatakan
tidak nafsu makan Do : Ku lemah, Kesadaran CM,

A (Antropometri) : BB biasanya 50 an dan BB sekarang 46,5kg, TB


𝐵𝐵 46,5 46,5
: 160 cm ,IMT: = 1,6 𝑋 1,6 = 2,56 = 18,2 (kurus)
𝑇𝐵2

B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal : HBG


: 9,5 g/dl, ALB : 2,7g/dl, GDA : 350mg/dl.
C (Clinical) : Rambut ada ubannya, terlihat kusam, tugor kulit
sedang, bibir pucar, konjungtiva pucat/anemis.

D (Diet): Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Pasien habis 1⁄


4
porsi. Jenis : BBD (bubur Diet Diabetets), buah dan roti. Frekuensi :
3x sehari. Komposisi : Nasi bubur, tahu, tempe, sayur dan pepaya.

E ( Energy ): Pasien hanya berbaring dan tampak lemah, untuk bisa


duduk harus dibantu keluarga.

F (Faktor): Tidak ada masalah dalam kemampuan menelan dan


mengunyah, pasien mual dan muntah.

Dari diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti mengambil


masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Pada kasus ini peneliti melakukan rencana asuhan


keperawatan pada klien Ny.A pada tanggal 19 Febuari 2019 dengan
masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Setelah dilakuakan
tindakan keperawatan selama 7 hari diharapkan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi dengan kriteria hasil. Status nutrisi : asupan makanan dan
cairan: asupan makanan secara oral terpenuhi, asupan cairan secara
oral terpenuhi, asupan cairan intravena terpenuhi. Status nutrisi
:asupan gizi terpenuhi, asupan makanan tidak menyimpang.

Dan NIC adalah manajemen nutrisi: mentukan status gizi


pasien, identifikasi alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki,
bantu pasien membuka, memotong dan memberikan makanan yang
dibutuhkan, berikan lingkungan senyaman mungkin saat pasien
makan, monitor kalori dan pantau asupan makana sesuai diet pasien,
lakukan dan bantu pasien perawatan mulut sebelum makan, anjurkan
pasien untuk duduk pada posisi tegak dikursi jika memungkinkan ,
anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien yang
sesuai dengan diet pasien.

Terapi nutrisi: monitor intake makanan/cairan dan hitung


masukan kalori perhari sesuai kebutuhan, pilih makanan yang
lunak dan tidak merangsang, anjurkan makanan sedikit tapi sering,
anjurkan pasien makan makanan dalam keadaan hangat, pastikan
diet mengandung makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi, pantau kesesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan gizi
harian, intruksikan kepada pasien dan keluarga tentang diet yang.

Monitor Nutrisi: identifikasi perubahan berat badan terakhir,


monitor tugor dan mobilitas, identifikasi (adanya) abnormalitas
rambut (misalnya: kering, tipis, kasar dan mudah patah), monitor
adanya mual dan muntah, monitor adanya (warna) pucat,
kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering.
4.1.6 Implementasi Keperawatan

Peneliti memberikan implementasi selama 7 hari pada klien


Ny. A mulai tanggal 19-25 Febuari 2019 untuk meningkatkan status
nutrisi klien supaya tidak mengalami ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dengan NIC managemen nutrisi,
terapi nutrisi dan monitor nutrsisi yaitu hari pertama yaitu
kontrak pertama dengan pasien, inform concent, BHSP, pengkajian,
mengkaji keadaan umum dan TTV pasien, dan mengukur BB,
memberikan insulin 8 µ dan mendampingi pasien minum obat,
mengajarkan oral hygiene kepada pasien sebelum makan, membuat
jadwal makan, mendamping pasien makan dan menyuapi pasien,
menganjurkan pasien untuk makan makanan yang hangat,
menganjurkan makanan yang lunak dan tidak merangsang,
menganjurkan makanan sedikit tapi sering, memantau asupan gizi
pasien dan monitor mual muntah, melakukan injeksi, memberikan
insulin 8µ, memdampingi pasien makan dan menyuapi pasien,
memantau asupan gizi pasien dan monitor mual muntah,
berkalaborasi dengan dengan ahli gizi, membuat kontrak
selanjutnya.
Hari kedua Memeriksa GDA pasien dan mengobservasi
TTV, memberikan insulin 8µ, mendampingi pasien pasien minum
obat sucralfate dan gliberanclamide, mengevalusi oral hygiene
pasien sebelum makan, mendampingi pasien makan dan menyuapi
pasien, memantau asupan gizi pasien dan monitor mual muntah,
melakukan injeksi, memberikan insulin 8µ dan mendampingi pasien
utuk minum obat, mendampingi pasien makan dan menyuapi pasien
menganjurkan pasien untuk makan yang lunak dan tidak
merangsang, memantau asupan gizi pasien, melakukan injeksi,
memberikan insulin 8µ dan mendampingi pasien minum obat,
mengevalusi oral hygiene pasien sebelum makan, mendampingi
pasien makan dan menyuapi pasien, memantau asupan gizi dan
monitor mual muntah, membuat kontrak selanjutnya.
Hari ketiga Memeriksa GDA pasien dan mengobservasi
TTV, memberikan insulin 8µ, mendampingi pasien minum obat
sucralfate dan gliberanclamide, mengevalusi oral hygiene pasien
sebelum makan, mendampingi pasien makan dan menyuapi pasien,
memantau asupan gizi pasien dan monitor mual muntah, melakukan
injeksi, memberikan insulin 8µ dan mendampingi pasien utuk
minum obat, mendampingi pasien makan dan menyuapi pasien,
memantau asupan gizi pasien dan monitor mual muntah, melakukan
injeksi, memberikan insulin 8µ dan mendampingi pasien minum
obat, mengevalusi oral hygiene pasien sebelum makan,
mendampingi pasien makan dan menyuapi pasien, memantau asupan
gizi pasien dan monitor mual muntah, membuat kontrak
selanjutnya.
Hari keempat memeriksa GDA pasien dan mengobservasi
TTV, memberikan insulin 8µ, memantau pasien minum obat
sucralfate dan gliberanclamide, mengevalusi oral hygiene pasien
sebelum makan memantau pasien makan, memantau asupan gizi
pasien dan monitor mual muntah, melakukan injeksi, memberikan
insulin 8µ dan memantau pasien untuk minum obat, memantau
pasien makan dan monitor mual muntah, melakukan injeksi,
memberikan insulin 8µ dan memantau pasien minum obat,
memantau pasien makan, membuat kontrak selanjutnya
Hari ke lima memeriksa GDA pasien dan mengobservasi
TTV, memberikan insulin 8µdan memantau pasien pasien minum
obat, memantau pasien makan, memantau asupan gizi pasien dan
monitor mual muntah, melakukan injeksi, memberikan insulin 8µ
dan memantau pasien utuk minum obat sucralfate dan
gliberanclamide,m emantau pasien makan, memantau asupan gizi
pasien, melakukan injeksi, memberikan insulin 8µ dan memantau
pasien minum obat, memantau pasien makan, membuat kontrak
selanjutnya.
Hari keenam, memeriksa GDA pasien dan mengobservasi
TTV, memberikan insulin 8µ dan memantau pasien minum obat,
memantau pasien makan dan asupan gizi pasien, melakukan
injeksi, memberikan insulin 8µ dan memantau pasien utuk minum
obat sucralfate dan gliberanclamide, melakukan injeksi,
memberikan insulin 8µ dan memantau pasien minum obat,
memantau pasien makan, membuat kontrak selanjutnya.
Hari ke tujuh Memeriksa GDA pasien dan mengobservasi
TTV dan BB, memberikan insulin 8µ dan memantau pasien minum
obat, memantau dan mengobservasi makan pasien, melakukan
injeksi, memriksa GDA, mengakhiri kontrak.

4.1.7 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia menggunakan
NOC : Status nutrisi : asupan makanan dan cairan: asupan
makanan secara oral terpenuhi, asupan cairan secara oral terpenuhi,
asupan cairan intravena terpenuhi. Status nutrisi : asupan gizi
terpenuhi, asupan makanan tidak menyimpang. Hasil evaluasi pada
Ny.A didapatkan pada observasi jangka pendek hasil hari pertama
yang didapat skor 6-7 dengan kesimpulan nutrisi kurang, pada hari
kedua dengan skor 7 dengan kesimpulan nutrisi kurang, pada hari
ketiga dengan skor 6-8 dengan kesimpulan nutrisi kurang, pada hari
keempat dengan skor 9-11 dengan kesimpulan nutrisi cukup, pada
hari ke lima dengan skor 11-16 dengan kesimpulan nutrisi cukup,
pada hari ke enam dengan skor 15-17 dengan kesimpulan mengalami
kenaikan yaitu mulainya dengan nutrisi cukup naik menjadi nutrisi
baik dan pada hari dengan skor 17 dengan kesimpulan nutrisi baik.

4.2.Pembahsan
Dalam BAB IV ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan
antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Setelah asuhan keperawatan
kepada 1 klien selama 7 hari, maka penulis dapat menganalisis beberapa
kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus, yang akan dibahas dengan
sistematika 5 proses keperawatan, yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi.

4.2.1. Pengkajian
1) Identitas

Klien bernama Ny. A usia 48 tahun, jenis kelamin perempuan


dan pendidkan SMP. Dengan diagnosa medis DM Hyperglikemia di
ruang Mawar RSUD Dr. Harjono Ponorogo

Menurut teori Riyadi & Sukarmin 2013, umumya manusia


mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan
cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko
pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.
Sedangkan menurut teori Damayanti, 2015 faktor usia yang beresiko
menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun, hal ini karena adanya
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari
tingkat sel, kemudian berlanjut ke tingkat jaringan dan akhirnya pada
tingkat organ yang mempengaruhi homeostatis. Setelah seseorang
mencapai usia 30 tahun maka kadar glukosa naik 1-2 mg% tiap tahun
setiap puasa dan akan naik 6-13% pada 2 setelah makan, berdasarkan
hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan
relevasi diabetes serta gangguan toleransi glukosa. Menurut Indonesia
Diabetes Association, Soegondo menyebutkan bahwa DM tipe 2
biasnya ditemukan pada orang dewasa usia 40 tahun keatas.

Dari data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta hal tersebut
dijelaskan bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan
angaka penderita Diabetes Mellitus karena manusia mengalami
penurunan fisiologis, anatomis dan biokimia yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia diatas 30 tahun. Penurunan ini yang
akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin. Pada diabetes terjadi kekurangan insulin
berakibat pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunkan
pengunaan glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkatnya
penggunaan protein.

Menurut hasil penelitian Wulandari & Martini, 2013 juga


berpendapat bahawa penderita Diabetes Mellitus didominasi oleh
perempuan. (Zainuddin dkk, 2015) juga berpendapat perempuan lebih
beresiko mengidap diabetes, karena mengalami sindroma siklus
bulanan (premenstrual syndrome), pasca menopause yang membuat
distribusi lemak-lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat
proses hormonal tersebut Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk
menjaga keseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan
penyimpanan lemak, serta progesteron yang berfungsi menormalkan
kadar gula darah dan membantu menggunakan lemak sebagai energi.

Dari data diatas ada kesesuaian antara kedua teori tersebut dengan
kasus ini bahwa dalam kasus ini partisipannya adalah perempuan
karena perempuan lebih beresiko mengidap diabetes, karena
mengalami sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca
menopause yang membuat distribusi lemak-lemak tubuh menjadi
mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut Estrogen pada
dasarnya berfungsi untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan
meningkatkan penyimpanan lemak, serta progesteron yang berfungsi
menormalkan kadar gula darah dan membantu menggunakan lemak
sebagai energi.

Menurut hasil penelitian Rohimah dkk, 2016, tingkat pendidikan


berpengaruh terhadap status gizi pada DM. Seseorang berpendidikan
tinggi biasanya memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang lebih
baik dari pada orang yang berpendidikan yang rendah, hal ini
berkaitan dengan kemudahan menerima informasi sehingga dengan
adanya pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kesadaran dalam
menjaga kesehatan.
Dari data diatas ada kesesuaian antara fakta dan teori bahwa
tingkat pendidikan sesorang sangat mempengaruhi terhadap status gizi
seseorang. Jika seseorang berpendidikan tinggi biasanya memiliki
pengetahuan tentang kesehataan yang baik dibandiakan jika seseorang
yang berpendidikan yang rendah. Sehingga dengan adanya
pengetahuan seseorang dapat meningkatkan kesadaran dalam menjaga
kesehatan diri sendiri dan orang terdekat kita.

2) Keluhan
Pasien mengeluh badannya lemas. Menurut teori Kelemahan tubuh
terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan
oleh sel melalui proses metabolik yang dilakukan oleh sel melalui
proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal (Riyadi &
Sukarmin, 2013).

Dari data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta yaitu keluhan
utama penderita diabetes mellitus adalah mengeluh lemas karena
penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui
proses metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis
tidak dapat berlangsung secara optimal.

Pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual dan muntah. Menurut


teori Tandra 2014, itu terjadi karena penyerapan makanan jadi lambat
akibat neuropati otonom di lambung dan usus. Keadaan ini dinamakan
gastroparesis. Keluhannya adalah sebah, mual, muntah dan rasa penuh
waktu baru makan sedikit. Gastroparesis merupakan kelainan di
lambung yang ditandai dengan lambatnya pengosongan makanan dari
lambung ke usus halus. Dalam keadaan normal, bila ada makanan
masuk menuju lambung, otot lambung akan berkontraksi untuk
mencerna makanan dan mengalirkannya ke usus halus. Namun pada
kondisi gastroparesis, kontraksi otot lambung terganggu sehingga
makanan tertahan di lambung.
Dari data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta hal tersebut
dijelaskan bahwa klien ini mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu
makan itu terjadi karena penyerapan yang lambat di lambung dan usus
jadi kasus ini disebut dengan gastroparesis yaitu kondisi yang
menyebabkan rasa tidak nyaman pada sesoerang karena pola makan
yang salah atau tidak tepat.

3) Riwayat penyakit keluarga


Ny.A juga mempunyai penyakit penyakit keturunan DM ini dari
ayahnya menurut teori Riyadi & Sukarmin, 2013 diabetes dapat
menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi
karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan
pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin. Dan
teori menurut Damayanti 2015 menyebutkan bahawa riwayat keluarga
dengan DM tipe 2 akan mempunyai peluang menderita DM sebesar
15% dan resiko mengalami intoleransi glukosa yaitu ketidakmampua
dalam memetabolisme karbohidrat secar norma sebesar 30%. Faktor
genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah
kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsangan
sekretoris insulin.

Dari data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta hal
tersebut dijelaskan bahwa faktor keturunan akan mempunyai 15%
menderita DM karena mempunyai DNA dan genetik dari orang
tuannya, sehingga pada anaknya penyakit tersebut bisa diturunkan dari
DNA. Karena kelainan gen yang dapat mengakibatkan tubuhnya tak
dapat menghasilkan insulin dengan baik akan disampaikan
informasinya pada keturunan.
4) Pola Nutrisi
a. Domain 2 : NUTRITION
A (Antropometri) : BB biasanya 50 an dan BB sekarang 46,5kg,
𝐵𝐵 46,5 46,5
TB : 160 cm ,IMT: = 1,6 𝑋 1,6 = 2,56 = 18,2 (kurus)
𝑇𝐵2

Menurut Abata, 2014 untuk penderita diabetets, perlu


kecermatan ketika berat badan turun dengan cepat. Seringkali ini
bukan diakibatkan karena diet yang sukses, namun lebih disebabkan
karena pankreas rusak. Karena pankreas pada penderita diabetes gagal
mengolah gula menjadi energi, maka terjadilah resistensi insulin.
Tubuh akan mencari sumber alternatif dengan membakar membakar
cadangan lemak dalam tubuh. Akibatnya berat badan tubuh akan terus
menyusut.
Menurut teori dan fakta ada kesesuaian yaitu pada pasien
mengalami penururnan berat badan namun yang disebabkan karena
pankreas rusak. Karena pankreas pada penderita diabetes gagal
mengolah gula menjadi energi, maka terjadilah resistensi insulin.
Tubuh akan mencari sumber alternatif dengan membakar membakar
cadangan lemak dalam tubuh. Akibatnya berat badan tubuh akan terus
menyusut.
B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal: HBG
: 9,5 g/dl, ALB : 2,7g/dl, GDA : 350mg/dl.

Menurut Damayanti, 2015 mengemukakakan yaitu gula darah


puasa tahab diabetets ≥ 126 mg/dl dan tahap prediksi 100-125 mg/dl,
OGTT tahab diabetets ≥200 mg/dl dan tahap prediksi 140-199 mg/dl
dan gula darah acak > 200 mg/dl. Pemeriksaan HbA1c pre diabetes
5.7-6,4 % dan diabetes ≥ 6,5 %.

Berdasarkan data diatas antara teori dan fakta ada kesesuaian yaitu
pada saat pengkajian pasien kadar gula darah pasien 350 mg/dl
sedangkan menurut teori test gula darah acak adalah > 200 mg/dl.
Menurut Yani, 2015 kadar Hb dikatakan normal pada perempuan
dewasa 12 g/dl dan lelaki 14 g/dl. Anemia gizi besi adalah keadaan
dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal

Berdasarkan data diatas ada kesesuaian anatara teori dan fakta


yaitu Hb pada perempuan normalnya 12 mg sedangkan pada kasus ini
pasien berjenis kelamin perempuan dengan Hb 9,5 g/dl yaitu Hb pada
pasien ini kurang.

C (Clinical) : Rambut ada ubannya, terlihat kusam, tugor kulit


sedang, bibir pucar, konjungtiva pucat/anemis.

Menurut Doengus & dkk, 2012 dan Ernawati, 2012 kulit kering /
bersisik, tugor jelek. Konjungtiva pucat, rambut kering, helai rambut
mudah terlepas, penampilan bibir kering, bersisik,dan kehilangan
lemak pada subkutan.

Berdasarka data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta yaitu
pada pasien mengalami rambut ada ubannya, terlihat kusam, tugor
kulit sedang, bibir pucar, konjungtiva pucat/anemis.

D (Diet): Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Pasien habis 1⁄4


porsi. Jenis : BBD (bubur Diet Diabetets), buah dan roti. Frekuensi :
3x sehari. Komposisi : Nasi bubur, tahu, tempe, sayur dan pepaya.

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya


keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan
sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri (PERKENI, 2015).

Berdasarkan data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta yaitu
pada pasien ditekan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan
jenis dan jumlah terutama pada pasien yang menggunakan obat untuk
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin.
E ( Energy ): Pasien hanya berbaring dan tampak lemah, untuk bisa
duduk harus dibantu keluarga.

Menurut Ernawati, 2016 dan Doengus, 2012, kelemahan dapat


menyebabkan ketidakmampuan berjalan, penurunan atau kehilangan
refleks lutut dan tumit. Letih, tonus otot menurun, gangguan tidur/
istirahat.

Berdasarkan data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta yaitu
pada pasien ditemukan pasien hanya berbaring dan tampak lemah,
untuk bisa duduk harus dibantu keluarga dan teori diatas juga
menyebutkan bahwa dapat menyebabkan ketidakmampuan berjalan.

b. Pola Makan

Pasien mengatakan sering makan telat, Pasien makan 3x sehari


tapi terkadang hanya 2x sehari saja karena sudah merasa kenyang.
Karena sering memakan makanan ringan. Pasien tidak pernah
mengkonsumsi rokok maupun alkohol. Menurut Teori yang
dikemukakan oleh Riyadi & Sukarmin, 2013 kurang gizi atau
kelebihan berat badan sama-sama meningkat resiko terkena diabetes.
Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan
gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur
dan cenderung terlambat juga perperanan pada ketidakstabilan kerja
pankreas. Dan menurut teori Widodo, 2014 penderita harus dengan
sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan
ideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak
merokok, dan mengurangi stress

Berdasarkan data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta


bahawa penyebab Diabetets Mellitus adalah pola makan yang tidak
teratur dan cenderung terlambat juga perperanan pada ketidakstabilan
kerja pankreas. Pada diabetes terjadi kekurangan insulin berakibat
pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunkan pengunaan
glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkatnya
penggunaan protein. Pada diabetes tipe 2 masalah utama adalah
berhubungan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi
insulin menunjukan penurunan sensitifitas jaringan pada insulin.
Normalnya insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan
mengawali rangkaian reaksi meliputi metabolisme glukosa. Pada DM
tipe 2 reaksi intra seluler dikurangi, sehingga menyebabkan efektivitas
insulin menurun dalam menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan
dan pada pengaturan pembebasan oleh hati.

4.2.2. Diagnosa keperawatan


Berdasarkan pengkajian menggunakan 13 domain ditemukan
diagnosa keperawatan pada Ny.A yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, selain itu terdapat
diagnosa kurang pengetahuan dan ansietas.

Menurut teori Riyadi & Sukarmin, 2013 dan Bararah Jauhar,


2013 diagnosa atau masalah keperawatan yeng terjadi pada pasien
Diabetets Mellitus :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotik


(dari hiperglikemia) atau atau kehilangan gastrik berlebih.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin atau penurunan
masukan oral.
3. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat
intervestas informasi, tidak mengenal sumber informasi.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit

Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada pasien adalah sebagai


berikut :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotik
(dari hiperglikemia) atau atau kehilangan gastrik berlebih
Berdasarkan fakta dan teori tidak terjadi kesesuaian karena
pada klien tidak mengalami kekurangan volume cairan yaitu
Cairan masuk : Nacl : 1500 ml/ 24 jam (3 klof), air putih : 600 ml
/ 24 jam, teh : 150 ml/24 jam, jumlah : Nacl + air putih+ teh =
2.250 ml / 24 jam , cairan keluar : urine : 1500 cc/ 24 jam, IWL
(Insensible Water Loss), 15 x BB/ 24 jam = 15 x 46,5 / 24 jam =
697,5/ 24 jam, jumlah : urine+ IWL = 1500+697,5=2.197,5 cc/24
jam, penilaian status c(balance cairan) : Intake – Output 2250 –
2.179,5 cc/ 24 jam =70,5 cc/ 24 jam. Jadi dapat disimpulkan bahwa
klien tidak mengalami kekurangan volume cairan.
2) Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka
Diagnosa ini tidak muncul pada klien karena kekuatan otot pasien
baik dan pasien dapat miring kanan dan miring kiri sendiri seta
pasien tidak mengeluh nyeri pada anggota tubunya.

Berdasarkan data hasil pengkajian peneliti pada pasien diatas


maka peneliti menetapkan tiga diagnosa yang muncul pada pasien
tersebut adalah :

Dari ketiga diagnosa yang ditemukan, peneliti berfokus pada


masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik (Herdman & Kamitsuru, 2017).

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang kronik


dan bersifat sistemik dengan karakteristik peningkatan glukosa darah
atau hiperglikemia yang disebabkan menurunnya sekresi atau aktifitas
dari insulin sehingga mengakibtakan terhambatnya metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak (Tarwoto,2012). Ada beberapa faktor
pencetus yang menyebebabkan masalah nutrisi yaitu gangguan saluran
cerna ternyata merupakan masalah yang ditemui pada penderita-
penderita diabetes mellitus yaitu dengan keluhan sabah, mual, muntah
dan rasa penuh waktu baru makan sedikit. Keadaan ini dinamakan
gastropareis, gastroparesis merupakan kelainan di lambung yang
ditandai dengan lambatnya pengosongan makanan dari lambung ke
usus halus. Dalam keadaan normal, bila ada makanan masuk menuju
lambung, otot lambung akan berkontraksi untuk mencerna makanan dan
mengalirkannya ke usus halus. Namun pada kondisi gastroparesis,
kontraksi otot lambung terganggu sehingga makanan tertahan di
lambung itu terjadi karena penyerapan makanan jadi lambat akibat
neuropati otonom di lambung dan usus (Tandra 2014).

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat


berhubungan dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan
penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan
metabolisme protein dan lemak) (Wijayaningsih, 2013). Penderita
diabetes mellitus biasanya akan mengalami penurunan berat badan,
bahkan hingga belasan kilo. Ini terjadi karena proses peluruhan
timbunan gula yang gagal di proses menjadi energi, terpaksa
menggunankan bantuan lemak tubuh sehubungan dengan keterbatasan
insulin yang dimiliki (Kingham, 2009). Tubuh kemudian akan mencari
sumber energi alternatif dengan membakar cadangan lemak dalam
tubuh. Jika cadangan lemak habis, maka sasaran selanjutnya adalah
otot. Akibatnya bobot tubuh akan terus menyusut (Abata, 2014).
Perubahan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta
peningkatan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran
cerna yang mengakibatkan pasien mengalami kekurangan nutrisi
(Lestari & Winarsih, 2015).

Berdasarkan fakta dan teori, peneliti berpendapat bahwa antara


fakta dan teori ada kesesuaian.Pada kasus Ny.A ini peneliti berpendapat
bahwa masalah yang dialami pasien diabetes mellitus dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena
badannya lemas, tidak nafsu makan, mengalami penurunan berat badan
dan mual muntah.

4.2.3. Intervensi keperawatan


Masalah yang muncul pada klien Ny.A, peneliti telah memberikan
perawatan 7 hari dengan tujuan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuahan dari kebutuhan tubuh dapat teratasi. Berdasarkan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuahn tubuh, peneliti
memberikan rencana untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuahan tubuh dengan melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan indikator ketidakseimbangan nutris kurang dari kebutuhan tubuh
yaitu klien status nutrisi teratasi. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan NIC yaitu manajemen
nutrisi, terapi nutrisi dan monitor nutrisi dilakukan perencanaan dengan
tujuan dan harapan yaitu masalah klien ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuahn tubuh dapat teratasi.

Sesuai dengan teori yang ada dalam prosedur keperawatan pada klien
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan
intervensi meliputi ( Bulechek, Gloria M, Dkk,2013):

Berdasarkan teori yang ada pada prosedur keperawatan pada klien


dnegan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan
intervensi sebagai berikut : manajemen nutrisi : tentukan status gizi pasien,
identifikasi alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki, bantu pasien
membuka, memotong dan memberikan makanan yang dibutuhkan, berikan
lingkungan senyaman mungkin saat pasien makan, monitor kalori dan
pantau asupan makana sesuai diet pasien, lakukan dan bantu pasien
perawatan mulut sebelum makan, anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
tegak dikursi jika memungkinkan, anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien yang sesuai dengan diet pasien, terapi nutrisi:
monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari sesuai
kebutuhan, pilih makanan yang lunak dan tidak merangsang, anjurkan
makanan sedikit tapi sering, anjurkan pasien makan makanan dalam
keadaan hangat, pastikan diet mengandung makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi, pantau kesesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan gizi harian, intruksikan kepada pasien dan keluarga tentang diet
yang, monitor nutrisi, identifikasi perubahan berat badan terakhir, monitor
tugor dan mobilitas, identifikasi (adanya) abnormalitas rambut (misalnya:
kering, tipis, kasar dan mudah patah), monitor adanya mual dan muntah,
monitor adanya (warna) pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang
kering.

Menurut teori Putri & dkk, 2013 terapi DM yang paling utama adalah
pengaturan makan merupan gambaran tentang pola makan /kebiasaan
makan meliputi jenis dan frekuensi makan. Pengaturan ini merupakan
bagian dari penatalaksanaan Diabetes Mellitus secara total. Kunci
keberhasilan dalam pengaturan makan adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari seluruh tim (petugas kesehatan, keluarga dan pasien).

Berdasarkan perencanaan yang dibuat peneliti tidak sama persis


dengan yang tertera di NIC, peneliti hanya mengambil sebagian dari
perencanaan tersebut. Hal ini dikarenakan peneliti hanya memilih yang
dapat diaplikasikan dengan mudah kepada pasien.

Berdasarkan data diatas antara fakta dan teori ada kesesuaian. Sesuai
dengan tinjauan kasus pada klien Ny.A peneliti memberikan asuhan
keperawatan selama 7 hari dalam mengatasi ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuahan tubuh. Tindakan yang dilakukan sesuai NIC yaitu
managemen nutrisi, terapi nutri dan monitor nutrisi.

4.2.4. Implementasi keperawatan


Implementasi yang telah ditetapkan pada kasus Ny.A pada
dasarnya menggunakan perencanaan yang telah disusun pada tinjauan
keperawatan pada klien DM. Pada Ny.A diberikan tindakan sesuai dengan
perencanaan yang disesuaikan dengan keadaan pasien yaitu peneliti
memberikan rencana untuk menangani ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dengan melakukan tindakan keperawatan, serta
menurut NIC: manajemen nutrisi, terapi nutrisi, monitor nutrisi.
Manajemen Nutrisi : mengajarkan oral hygiene kepada pasien sebelum
makan, membuat jadwal makan pasien yaitu 3 J yaitu tepat jadwal/jam,
jumlah, dan jenis (yaitu sarapan jam jam 07.00, selingan jam 10.00, makan
siang jam 12.00, selingan jam 16.00 dan makan malam jam 18.00, jumlah
1 porsi diberikan 3 kali sehari dan jenisnya meliputi nasi bubur, tempe,
tahu, rolade, ikan, telur, sayur, roti, pepaya, pisang dan apel), mendamping
pasien makan dan menyuapi pasien. Terapi nutrisi: menganjurkan pasien
untuk makan makanan yang hangat, memilih makanan yang lunak dan
tidak merangsang, menganjurkan makanan sedikit tapi sering, memantau
asupan gizi pasien, berkalaborasi dengan dengan ahli gizi memberikan
makanan sesuai diet pasien yang dialami yaitu BDD (Bubur Diet Diabetes)
dan berkalaborasi dengan tim medis. Monitor nutrisi : mengkaji TTV dan
BB, memantau asupan gizi pasien dan monitor mual dan muntah.

Serta memantau gula darah acak setiap hari untuk memantau tingi
rendahnya kadar gula pasien dan memeberikan insulin 3x8µ secara sc
dengan kondisi pasien dan berkaloborasi dengan dokter memberikan terapi
obat dikarenakan ada mual dan muntah dan menstabilkan kadar gula darah
yaitu Ranitidin untuk menurunkan kadar asam lambung 2x50 mg
diberikan secara IV, ondansetron untuk mencegah mual muntah 3x4 mg
diberikan secara IV, prosagon untuk mengobati kebanyakan produksi
asam lambung 1x30 mg diberikan secara IV, glibenelamide untuk
menurunkan kadar gula darah pada DM tipe 2 2x5 mg diberikan secara
oral dan sucralfate untuk melindungi tukak deudenum dari asam lambung
3x 5ml diberikan secara oral. Dan memberikan penyuluhan tentang
managemen diabetes mellitus pada diagnosa ke dua yaitu kurang
pengetahuan dan dilakukan pada hari kedua.

Tujuan utama terapi Diabetes Mellitus adalah mencoba


menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencap ai kadar glukosa darah
normal (euglikenia) tanpa terjadi hipoglikemia dan ganguan series pada
pola aktivitas pasien (Rendy & TH, 2012).

Penyakit Diabetes Mellitus dapat dikendalikan melaui diet,


olahraga dan obat-obatan. Dari aspek pelaksanaan diet, umumnya
diterapkan prinsip 3J, yaitu tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis.

1) Tepat Jadwal
Hal yang perlu diperhatikan adalah jadwal sebagai berikut:
sarapan, snak jam 10.00, makan siang, snak sore jam 16.00, dan
makan malam. Usahakan makan tepat pada waktunya, karena apabila
telat makan, akan terjadi hipoglikemia (rendah kadar gula darah)
dengan gejala pusing, mual, dan pusing. Apabila hal ini terjadi segera
minum air gula (Muaris, 2018).

2) Tepat Jumlah
Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah makanan atau porsi
makanan yang dikonsumsi. Prinsip jumlah makanan yang dianjurkan
bagi penderita diabetes adalah porsi kecil dan sering, artinya makan
dalam jumlah sedikit tetapi sering. Adapun pembagian kalori untuk
setiap kali makan dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagi
berikut: sarapan 20% dari total kebutuhan kalori sehari, snak pagi
10%, makan siang 25%, snak sore 10%, makan malam 25% dan snak
malam 10% (Muaris, 2018).

3) Tepat Jenis
Hal yang sangat penting adalah jemis makanan yang
dikonsumsi, karena menentukan kecepatan naiknya kadar gula darah.
Kecepatan suatu makanan dalam menaikan kadar gula darah disebut
indeks glikemik. Semakin cepat naiknya kadar gula darah sehabis
makan tersebut dikonsumsi, semakan tinggi indeks glikemik makanan
tersebut. Jadi hindari makanan yang berindeks glikemik tinggi seperti
sumber karbohidrat, sederhana, gula, madu, sirup, roti, mie, dan lain-
lain. Makanan yang berindeks glikemik rendah adalah makanan yang
kaya dengan serat. Contohnya sayuran dan buah-buahan (Muaris,
2018).

Prinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah


dalam rentan normal. Untuk mengontrol gula darah, ada empat fakta
penting yang harus diperhatikan yaitu :

1. Managemen diet
Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan
penanganan pasien Diabetes Mellitus. Tujuan yang paling penting
dalam managemen nutrisi dan diet adalah mengontrol total
kebutuhan kalori tubuh, intake yang dibutuhkan, mencapain kadar
serum lipid normal.

Komposisi nutrisi pada diet Diabetes Mellitus adalah


kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat.

2. Obat-obatan penurun gula darah


1) Obat antidiabetik oral atau Oral Hypoglikemik Agent (OH)
Efektif pada Diabetes Mellitus tipe II, jika managemen nutrisi
dan latihan gagal.

Jenis- jenis obat-obatan antidiabetik oral antara lain :

a. Sulfonilurea : bekerja dengan merangsang beta sel pankreas


untuk melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk
obat jenis ini adalah Glibenklamid, Tolbutamid,
Klorpropakid.
b. Biguanida : bekerja dengan menghambat penyerapan
glukosa di usus, misalnya mitformin, glukophage.
2) Pemberian hormon insulin

Pasien dengan Diabetes Mellitus tipe I tidak mampu


memproduksi insulin dalam tubuhnya, sehingga sangat
tergantung pada pemberian insulin. Berbeda dengan Diabetes
Mellitus tipe 2 yang tidak tergantung pada insulin, tetapi
memerlukannya sebagai pendukung untuk menurunkan
glukosa darah dalam mempertahankan kehidupan.

Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan


transport glukosa kedalam sel dan menghambat konveksi
glikogen dan asam amino menjadi glukosa. Berdasarkan daya
kerjanya insulin dibedakan menjadi :

a. Insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam) seperti


Reguler insulin, actrapid.
b. Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam) yaitu
seperti NPH (Neutral Protamine Hagedorn) insulin, Lente
insulin.
c. Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam) seperti
Protamin zinc insulin dan ultralente.
d. Insulin campuran yaitu kerja kerja cepat dan menengah
misalnya 70% NPH, 30% reguler.
3. Pendidikan kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan
Diabetes Mellitus adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal yang
perlu disampaikan pada pasien Diabetes Mellitus yaitu :

a) Penyakit Diabetes Mellitus yang meliputi pengertian, tanda dan


gejala, penyebab, patofisilogi dan test diagnosis.
b) Diet atau managemen diet pada penderita Diabetes Mellitus.
c) Aktifitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga.
d) Pencegahan terhadap komplikasi Diabetes Mellitus diantara
penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi gangren pada
kaki dengan latihan senam kaki.
e) Pemberian–pemberian obat-obatan Diabetes Mellitus dan cara
injeksi insulin
f) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah sacara mandiri
(Tarwoto, 2012).
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)
merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita Diabetes mellitus, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya : leaflet, poster, kaset video, diskusi kelompok dan
sebagainya (Rendy & TH, 2012).

4. Monitoring
Pasien dengan Diabetes Mellitus perlu diperkenalkan tanda
dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling
penting adalah bagaimana memonitoring glukosa darah secara
mandiri. Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan secara
mandiri dengan menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini
penting untuk memastikan glukosa darah dalam keadaan stabil.
Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waktu
atau pengukuran gula sewaktu yaitu pasien tanpa melakaukan
puas, pengukuran 2 jam setelah makan dan pengukuran pada saat
puasa (Tarwoto, 2012).

Berdasarkan data diatas antara fakta dan teori ada kesesuaian pada
pasien Ny.A telah dilakukan tindakan selama 7 hari dengan melakukan
tindakan pemberian jadwal 3 J yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis yaitu
seperti tepat jadwal meliputi sarapan pada pukul 07.00, selingan pukul
10.00, makan siang pukul 10.00, selingan pukul 16.00 dan makan malam
jam 18.00, memberikan managemen diet, pemberian obat-obatan untuk
pasien dan pemberian insulin dan memberikan penyuluhan pada pasien
dan keluarga dan memonitoring kadar gula pasien.

4.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses dari keperawatan yang menyangkut
pengumpulan data objektif dan subjektif yang akan menunjukkan apakah
kriteria hasil atau indikator sudah tercapai atau belum, masalah apa yang
sudah terpecahkan dan apa yang perlu terkaji, direncanakan, dilaksanakan,
dan di nilai kembali.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 hari dengan
melakukan pendekatan NOC : status nutrisi : asupan makanan dan cairan
dan status nutrisi, serta NIC : managemen nutrisi, terapi nutrisi dan
monitor nutrisi, yang semula pasien dengan gangguan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada hari pertama nutrisi kurang
dengan skor 6 dan pada hari terakhir nutrisi baik dengan skor 17 maka
didapat hasil grafik observasi jangka pendek ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Ny. A :

20
18
16
14
12
10 pagi
8
6 siang
4 sore
2
0
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
nutrisi nutrisi nutrisi nutrisi nutrisi nutrisi nutrisi
kurang kurang kurang cukup cukup baik baik

Grafik 4.2.1 Obsevasi jangka panjang

Dari grafik diatas setelah dilakukan intervensi dan observasi selama 7 hari,
mengalami naik turun yaitu

a) Pada hari pertama di dapatkan score 6-7 karena pasien hanya


menghabiskan 1⁄ porsi, tidak nafsu makan dan mengalami mual
4
dan muntah.
b) Pada hari kedua didapat skor 7 karena pasien hanya menghabiskan
1⁄ porsi, tidak nafsu makan, masih mual .
4

c) Pada hari ke tiga didapat skor 6-9 karena pasien menghabiskan 1⁄ -


4
1⁄ porsi, kurang nafsu makan dan masih mual.
2
d) Pada hari ke empat didapat skor 9-11 karena pasien menghabiskan
1⁄ -3⁄ porsi, kurang nafsu makan dan masih mual.
2 4
e) Pada hari ke lima didapat skor 11-16 karena pasien menghabiskan
3⁄ - 1 porsi, nafsu makan cukup dan sudah tidak mual.
4
f) Pada hari enam didapat skor 15-17 karena karena pasien
menghabiskan 3⁄ - 1 porsi, nafsu makan cukup baik dan sudah
4
tidak mual.
g) Pada hari ke tujuh didapat skor 17 karena menghabiskan 1 porsi
makan, nafsu makan baik dan sudah tidak mual.

Sesuai dengan NIC untuk meningkatkan nafsu makan dengan


melakukan terapi nutrisi : monitor intake makanan/cairan dan hitung
masukan kalori perhari sesuai kebutuhan, pilih makanan yang lunak dan
tidak merangsang, anjurkan makanan sedikit tapi sering, anjurkan pasien
makan makanan dalam keadaan hangat, pastikan diet mengandung
makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi, pantau kesesuaian
diet untuk memenuhi kebutuhan gizi harian, intruksikan kepada pasien dan
keluarga tentang diet yang.

Berdasarkan fakta dan teori diatas ada kesesuaian antara keduanya.


Peneliti telah melakukan tindakan kepada Ny.A untuk mengatasi masalah
tidak nafsu makan selama 7 hari dengan menganjurkan pasien untuk
makan makanan yang hangat, memilih makanan yang lunak dan tidak
merangsang, menganjurkan makanan sedikit tapi sering, memantau asupan
gizi pasien, berkalaborasi dengan dengan ahli gizi memberikan makanan
sesuai diet pasien yang dialami yaitu BDD (Bubur Diet Diabetes) dan
berkalaborasi dengan tim medis.

Dan untuk mengatasi mual dan muntah dengan berkalaborasi


dengan team medis dengan pemberian ondansetron dan sucralfate.
Menurut Tewu Dan Dkk, 2015 ondansetron adalah obat yang digunakan
untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah yang disebabkan oleh
efek samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi. Menurut teori Athijah
Umi dan Dkk, 2011 sucralfate atau sukralfat adalah obat untuk mengobati
tukak pada usus halus. Sucralfate akan membentuk lapisan pelindung pada
tukak untuk melindunginya dari infeksi lanjutan. Lapisan pelindung ini
akan membantu mempercepat proses penyembuhan tukak.

Berdasarkan teori dan fakta terdapat kesesuaian yaitu pada pasien


Ny.A mengalami mual dan muntah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 7 hari masalah mual dan muntah dapat teratasi
dengan kalaborasi dengan tim medis dengan pemberina obat untuk
mengatasi mual dan mutah yaitu diberikan obat ondansetron dan
sucralfate untuk mengatasi mual dan muntah pada klien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bahwa masalah nutrisi jangka


pendek dapat teratasi karena skor mengalami kenaikan dengan skor hari
pertama 6-7 yaitu nutrisi kurang dan hari terakhir dengan skor 17 yaitu
nutrisi baik.

Berikut adalah hasil grafik observasi jangka panjang


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ny. A. :

20
18
16
14
12
Hemoglobin
10
8 Albumin
6
IMT
4
2
0
Hari pertama Hari terakhir
( skor 6 ) (skor 12)

4.2.2 Grafik observasi jangka penjang

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa setelah diobservasi pada


hari pertama dan terakhir kadar Hb mengalami kenaikan yaitu dari 9,5
g/dl menjadi 12,5 g/dl, kadar Albumin juga mengalami kenaikan pada hari
pertama 2,7 g/dl menjadi 3,6 g/dl dan IMT tidak mengalami kenaikan pada
hari pertama sampai hari terakhir dengan hasil 18,2.
Menurut teori Saputro Aries, 2015 hemoglobin (Hb) adalah protein
kompleks yang terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem yang
mengandung zat besi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit) pada seseorang adalah
makanan, usia, jenis kelamin, aktivitas, merokok, dan penyakit yang
menyertainya seperti leukemia, thalasemia, dan tuberkulosi. Makanan
merupakan zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan
yang dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu
Fe (zat besi) dan protein. Jenis kelamin perempuan lebih mudah
mengalami penurunan dari pada laki-laki, terutama pada saat menstruasi
(Curtale et al., 2000) dalam Saputro Aries (2015). Kenaikan kadar
hemoglobin dan jumlah eritrosit ini di sebabkan karena vitamin C
mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pembantu dalam penyerapan zat
besi dan antioksidan pada waktu tubuh menghasilkan radikal bebas karena
latihan fisik maksimal. Zat besi (Fe) berguna untuk meningkatkan sel
darah merah sedangkan vitamin C merupakan antioksidan yang
dibutuhkan tubuh saat beraktivitas fisik maksimal, sehingga tidak terjadi
stres oksidatif yang dapat merusak enzim, reseptor protein, membran lipid,
dan DNA (Khasaf, et al., 2003 dalam Saputro Aries, 2015).

Berdasarkan data diatas antara fakta dan teori ada kesesuaian pada
pasien Ny.A telah dilakukan tindakan selama 7 hari dengan kadar
hemoglobin hari pertama 9,5 g/dl dan pada hari terakhir 12,5 g/dl dengan
pemberian makanan yang mengandung protein seperti: tahu, tempe, telur,
daging, ayam dan pemberian buah yang mengandung vitamin C seperti
pisang dan pepaya dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Jadi salah satu
faktor yang mempengaruhi kenaikan hemoglobin yaitu dengan pemberian
makanan yang mengadung protein dan vitamin

Menurut teori Syamsitun Nurul & Siswati Tri, 2015


hipoalbuminemia adalah kadar albumin yang rendah/di bawah nilai normal
(serum < 3,5 g/dl) sedangkan kadar normal albumin berkisar sebesar 3,4-
5,5 g/dL. Telur merupakan bahan makanan hewani yang mengandung
protein tinggi. Kadar ovalbumin paling banyak pada putih telur. Putih telur
ayam ras mengandung 10,5 g protein/100 g putih telur dan 95%
diantaranya adalah albumin (9,83 g) sedangkan 100 g putih telur itik
mengandung 11 g protein. Putih telur merupakan bahan makanan yang
mudah dan murah untuk didapatkan, mempunyai nilai biologis yang
tertinggi dibanding bahan makanan lain sehingga sangat baik untuk
membantu meningkatkan kadar albumin dan Hb darah. Rendahnya tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya pengetahuan
termasuk pengetahuan tentang gizi, dan pengetahuan mempengaruhi
persepsi, sikap dan praktek pengelolaan makanan.

Berdasarkan data diatas antara fakta dan teori ada kesesuaian pada
pasien Ny.A telah dilakukan tindakan selama 7 hari dengan kadar
Albumin hari pertama 2,9 g/dl dan hari terakhir 3,6 g/dl dengan
pemberian makanan dengan tinggi protein untuk meningkatkan dan
mempertahankan kadar albumin serta meminimalkan kemungkinan
penurunan kadar albumin untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada
pasien.

Menurut penelitian Lipoeto Nur Dkk, 2016 Pada kenyataannya


angka prevalensi malnutrisi dirumah sakit cukup tinggi dengan segala
dampak buruknya bagi pasien. Perubahan status gizi pada pasien gizi
kurang selama 2 minggu perawatan juga tidak menunjukkan suatu
perbaikan, dimana tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi
awal masuk dengan status gizi setelah 2 minggu. Pasien yang masuk
rumah sakit dalam kondisi gizi kurang dalam 2 minggu perawatan tetap
mengalami malnutrisi. Lain halnya dengan pasien yang masuk rumah sakit
dengan gizi normal, status gizi yang seharusnya dipertahankan ini, selama
2 minggu perawatan cendrung menurun, dengan perbedaan yang
signiifikan antara status gizi awal dengan status gizi setelah 2 minggu.
Status gizi mempunyai efek yang penting dalam penyembuhan penyakit.
Pasien dengan malnutrisi menjadi apatis, depresi, lemah, dan kehilangan
keinginan untuk sembuh sehingga meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas. Peranan Pada 20 orang pasien underweight, rawat inap selama
2 minggu ternyata tidak mampu untuk menaikkan berat badannya, tidak
terdapat perbedaan signifikan antara berat badan awal dengan berat badan
setelah 2 minggu perawatan. Hal ini akibat kurangnya nafsu makan pasien
karena penyakit yang dideritanya dan dapat juga karena menu yang
disajikan oleh instalasi gizi kurang bervariasi, tidak sesuai dengan selera
pasien.

Berdasarkan teori dan fakta ada kesesuaian bahwa untuk menaikan


berat badan pada pasien sakit itu memerlukan waktu yang lama seperti
teori diatas faktanya pada pasien juga tidak mengalami kenaikan berat
badan yaitu hari pertama 46,5 kg dan hari terakhir 46,5 kg dan TB 160 cm
jadi IMT nya 18,2 dengan kesimpulan nutrisi kurang dan salah satu
penyebabnya karena mual dan muntah, tidak nafsu makan dan makan
kadang-kadang tidak habis 1 porsi. Jadi penting sekali dijalankannya
program manajemen nutrisi mulai dari melakukan penilaian status nutrisi,
merencanakan, serta menyediakan dukungan nutrisi yang optimal serta
mengevaluasi status gizi lebih lanjut.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nutrisi yaitu usia, gaya


hidup, stress dan pola makan yang salah ( Riyadi & Sukarmin, 2013). Ada
beberapa faktor pencetus yang menyebebabkan masalah nutrisi yaitu
gangguan saluran cerna ternyata merupakan masalah yang ditemui pada
penderita-penderita diabetes mellitus yaitu dengan keluhan sabah, mual,
muntah dan rasa penuh waktu baru makan sedikit. Keadaan ini dinamakan
gastropareis, gastroparesis merupakan kelainan di lambung yang ditandai
dengan lambatnya pengosongan makanan dari lambung ke usus halus.
Dalam keadaan normal, bila ada makanan masuk menuju lambung, otot
lambung akan berkontraksi untuk mencerna makanan dan mengalirkannya
ke usus halus. Namun pada kondisi gastroparesis, kontraksi otot lambung
terganggu sehingga makanan tertahan di lambung itu terjadi karena
penyerapan makanan jadi lambat akibat neuropati otonom di lambung dan
usus (Tandra 2014)
Menurut Tarwoto, 2012 mengontrol nutrisi, diet dan berat badan
merupakan penanganan pasien Diabetes Mellitus. Tujuan yang paling
penting dalam managemen nutrisi dan diet adalah mengontrol total
kebutuhan kalori tubuh, intake yang dibutuhkan, mencapain kadar serum
lipid normal.

Dari hasil evalusi pada kasus Ny.A setelah dilakukan observasi


dengan memberikan intervensi managemen nutrisi, terapi nutrisi dan
monitor nutrisi selama 7 hari mampu mengatasi masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Diabetets
Mellitus Ny.A diberikan diet BDD akan tetapi dibutuhkan waktu yang
lama hari pertama dan keddua nutrisi kurang dan pada hari ke tiga
mengalami naik turun karena pengaruh ada mual dan muntah, hari
keempat dan kelima mengalami kenaikan yaitu nutrisi cukup, dan hari ke
enam dan ketujuh mengalami kenaikan yaitu dari nutrisi cukup menjadi
nutrisi baik. Jadi dapat disimpulkan masalah pada pasien Ny. A teratasi.
Dari data diatas ada kesesuaian antara teori dan fakta hal tersebut
dijelaskan bahwa gastroparesis adalah kondisi yang menyebabkan rasa
tidak nyaman pada sesoerang karena pasien megalami mual dan muntah
sehingga menyebabkan pola nutrisi tidak terpenuhi dengan baik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Data yang telah diperoleh peneliti baik wawancara, observasi, studi


dokumentasi dan studi pustaka tindakan perawatana yang telah diberikan
pada Ny. A dengan kasus ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh diperoleh kesimpulan meliputi dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implemntasi dan evaluasi sebagai berikut :

1. Klien bernama Ny. A usia 48 tahun, jenis kelamin perempuan dan


pendidkan SMP, klien mengeluh badanya lemas, mual dan muntah serta
tidak nafsu makan. Penyakit yang diderita adanya keturunan dari ayahnya.
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul dari klien DM dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Intervensi berdasarkan NOC : status nutrisi :asupan makanan dan
cairandan NIC :manjemen nutrisi, terapi nutrisi dan monitor nutrisi.
4. Pemberiaan implementasi asuhan keperawatan pada klien yang sudah
direncanakan di lakuakan. Dari tindakan yang sudah di lakukan sesuai
NIC :. manjemen nutrisi, terapi nutrisi dan monitor nutrisi selama 7 hari.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien DM dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di ruang Mawar
RSUD Dr. Harjono Ponorogo yang sudah dilakukan selama 7 hari. Dari
grafik diatas setelah dilakukan intervensi dan observasi selama 7 hari.
Dilakukan observasi jangka pendek dan panjang. Observasi jangka
pendek pada hari pertama dengan skor 6-7 dengan kesimpulan pasien
mengalami nutrisi kurang dan pada hari ke 7 dengan skor 17 dengan
kesimpulan nutrisi baik pada pasien mengalami kenaikan. Dan observasi
jangka panjang pada hari pertama dengan skor 6 dan hari terakhir dengan
skor 12 juga mengalami kenaikan. Dan dapat disimpulkan masalah Ny.A
teratasi yaitu nutrisi baik.
5.2 Saran
Kesimpulan diatas dapat dikemukakan saran-saran yang bisa
diterima dan dapat meningkatkan mutu dan melakukan tindakan
membantu mencegah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dan mempercepat proses penyembuhan luka klien dengan diagnosa
DM Hyperglikemia antara lain:
5.2.1. Bagi pasien
Pasien yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh di sarankan untuk selalu mengatur pola
makan, diet untuk mengatur kadar gula agar tidak naik dan rutin
memantau kadar gula darah di pelayanan kesehatan terdekat seperti
polindes maupun puskesmas.
5.2.2. Bagi keluarga
Keluarga juga dapat membantu memberikan motivasi serta
dukungan kepada klien untuk menjalani hidup yang sehat dalam
mengatur nutrisi seperti pola makan, diet dan mengontrol kadar
gula darah anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus.
5.2.3. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan atau perawata dapat
memanfaatkan dan mengebangkan lagi intervensi keperawatan
diabetes mellitus dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dalam karya tulis ilmiah ini agar dapat
memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien dan keluarga.
5.2.4. Bagi rumah sakit
Diharapkan pihak rumah sakit supaya lebih membantu dan
memfasilitasi bagi peneliti untuk melakukan peneliti dalam bentuk
fasilitas secara berkala kepada klien dan keluarga tentang
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhsn tubuh
5.2.5. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan memberikan kemudahan
dan memberikan fasilitas bagi mahasiswa dalam penyusunan tugas
akhir dengan cara memberikan literature yang lengkap di
perpustakaan agar mahasiswa terbantu dengan adanya literature
yang lengkap dan terbaru.
5.2.6. Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan untuk lebih memanfaatkan atau menggunakan
waktu yang lebih efektif, menggunakan sumber-sumber bacaan
yang terbaru dan lebih lengkap lagi sehingga dapat memberikan
dan menyusun asuhan keperawatan pada klien secara optimal,
khususnya untuk klien DM dengan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dengan menyesuaikan hari perawatan
dan target keberhasilan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai