Anda di halaman 1dari 6

3

Getaran Paksa

Operasi i dalam Vektor


Kita telah melihat bahwa getaran harmonik dapat dilambangkan dengan bentuk eiωt . Sebagai
tambahan untuk kecocokan perhitungan matematis, i juga dapat digunakan sebagai operator
vektor dari signifikansi fisis. Kita katakan bahwa ketika i mendahului ataupun beroperasi
pada suatu vektor, arah dari vektor berada di sudut positif (berlawanan arah jarum jam) dari
𝜋/2, a.k.a i berfungsi selaku suatu operator yang meningkatkan fase dari suatu vektor dalam
cakupan sudut 900 . Operator –i merotasikan vektor menjadi searah jarum jam dari 𝜋/2 dan
melambatkan fase dalam cakupan sudut 900 . Perhitungan matematis dari i selaku operator
berbeda dengan penggunaannya sebagai √−1 dan mulai sekarang i menjalankan peran
keduanya.

Vektor r = a + b yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1, di mana arah dari b adalah tegak
lurus terhadap a lantaran didahului oleh i. Besaran atau modulus atau r ditulis:

r = |r| = (𝑎2 + 𝑏 2 )1/2


dan

𝑟 2 = (𝑎2 + 𝑏 2 ) = (a + ib)(a – ib) = 𝐫𝐫 ∗,

di mana (a – ib) = 𝐫 ∗ didefinisikan sebagai konjugasi kompleks dari (a + ib); maka, tanda
dari i berubah.

Vektor 𝐫 ∗ = a – ib juga ditunjukkan dalam Gambar 3.1.

Vektor r dapat ditulis sebagai produk dari besaran r (besaran skalar) dan fase atau
arahnya dalam bentuk berikut (Gambar 3.1)

r = 𝑟ei∅ = r(cos∅ + i sin∅)

= a + ib

Menunjukkan bahwa a = r cos∅ dan b = r sin ∅.

53
Gambar 3.1 Representasi vektor menggunakan i selaku operator dan indeks eksponensial. Tanda
bintang di atas menunjukkan konjugasi kompleks di mana –i menggantikan i

Mengikuti
𝑎 𝑎
cos∅ = =
𝑟 (𝑎2 + 𝑏2 )1/2

dan
𝑏 𝑏
sin∅ = = d
𝑟 (𝑎2 + 𝑏2 )1/2

memberikan nilai tan∅ = b/a.


Membentuk persamaan,

𝐫 ∗ = 𝑟ei∅ = r(cos ∅ - i sin ∅)


𝑎 −𝑏 −𝑏
cos∅ = , sin∅ = , dan tan∅ = (Gambar 3.1)
𝑟 𝑟 𝑎

Pembaca harus memastikan bahwa operator i merotasikan vektor dari total sudut 𝜋/2 dengan
arah positif (sebagaimana yang dinyatakan dalam paragraf pertama hal. 53) dengan
mengambil ∅ = 𝜋/2 dalam pernyataan

r = 𝑟ei∅ = r(cos 𝜋/2 + i sin 𝜋/2)

Catat bahwa ∅ = −𝜋/2 pada r = 𝑟e−iπ/2 merotasikan vektor menjadi dalam arah negatif.

Bentuk Vektor dari Hukum Ohm


Hukum Ohm pertama kali dipenuhi oleh persamaan skalar V = IR, di mana V adalah
tegangan, hambatan adalah R, dan I adalah arus. Bentuk skalar ini menyatakan bahwa
tegangan dan arus selalu berada dalam fase. Keduanya akan mengikuti kurva persamaan a sin
(𝜔t + ∅) ataupun a cos (𝜔t + ∅), dan nilai dari ∅ akan sama untuk kedua tegangan dan arus.

Meskipun demikian, keberadaan satu komponen elektrik ataupun keduanya, yakni


induktansi L dan kapasitas C, akan menghasilkan fase yang berbeda dengan persamaan yang

54
Gambar 3.2 Suatu getaran elektrik paksa.Tegangan 𝑉𝑎 diaplikasikan pada seri sirkuit LCR
memberikan persamaan 𝑉𝑎 = 𝐿𝑑 I/dt + IR + q/C

hanya terdiri dari tegangan dan arus, Hukum Ohm menghasilkan bentuk vektor

V = I𝐙𝑒 ,

di mana 𝐙𝑒 disebut impedansi, menggantikan hambatan, dan merupakan penjumlahan vektor


hambatan efektif dari R, L, dan C pada suatu sirkuit.

Ketika suatu tegangan alternatif 𝐕𝑎 dengan frekuensi 𝜔 diaplikasikan terhadap suatu


hambatan, induktansi dan kondensator yang ditunjukkan dalam Gambar 3.2a, menghasilkan
persamaan tegangan yang seimbang sebagai berikut:
d𝐼
𝑉𝑎 = IR + L + q/C
dt

dan arus yang melalui sirkuit didapat dari I = 𝐼0 ei𝜔t. Tegangan terhadap induktansi
d
𝑉𝐿 = L 𝐼0 ei𝜔t = i𝜔L𝐼0 ei𝜔t = i𝜔LI
dt

Tetapi 𝜔L, sebagaimana yang kita lihat dari bab terakhir, memiliki dimensi berupa ohm,
yang menjadi nilai dari hambatan efektif yang dipresentasikan oleh induktansi L ke arus
frekuensi 𝜔. Hasil dari 𝜔LI dengan dimensi arus waktu ohm, sebagai contoh volts, didahului
oleh i; hal ini memberitahu kita bahwa fase dari tegangan terhadap induktansi adalah 900
ketika arus melalui sirkuit.
Membentuk persamaan tegangan terhadap kondensator
𝑞 1 1 iI
= ∫ 𝐼 d𝑡 = 𝐼0 ei𝜔t = -
𝐶 𝐶 𝐶 𝜔𝐶

(karena 1/i = -i).

1/𝜔𝐶, dinyatakan dalam ohm, adalah nilai dari hambatan efektif yang dipresentasikan oleh
kondensator ke frekuensi arus 𝜔 . Kini, bagaimanapun juga, tegangan I/ 𝜔𝐶 terhadap
kondensator didahului oleh –i dan sebab itu membuat arusnya lambat dalam cakupan sudut
900 . Tegangan dan arus terhadap hamatan adalah fase dan Gambar 3.2b menunjukkan bahwa
bentuk vektor dari Hukum Ohm dapat dituliskan dengan V = I𝐙𝑒 = I[R + i(𝜔𝐿 − 1/𝜔𝐶)],
dengan impedansi 𝐙𝑒 = R + i(𝜔𝐿 − 1/𝜔𝐶), nilai 𝜔𝐿 dan 1/𝜔𝐶 dinamakan resistensi karena

55
mereka menunjukkan hubungan fase dengan baik sebagai resistensi efektif dan (𝜔𝐿 − 1/𝜔𝐶)
sering dituliskan sebagai Xe , komponen penting dari Ze

Besarnya Ze (nilai impedansi) dalam satuan ohm, dapat dituliskan dengan formula
sebagai berikut.

dan vektor Ze dirumuskan melalui besar dan fase sebagai,

Kemudian didapatkan,

dan

dengan ∅ adalah beda fase antara total tegangan yang melalui sirkuit dan arus yang
melaluinya.
Nilai ∅ dapat berupa bilangan negatif atau positif tergantung nilai relatif dari 𝜔𝐿 dan 1/𝜔𝐶,
ketika 𝜔𝐿 > 1/𝜔𝐶 , maka ∅ bernilai positif, tetapi ketergantungan frekuensi komponen
menunjukkan ∅ dapat berubah tanda dan besarnya.
Besar dari Ze juga bergantung pada frekuensi dan mempunyai nilai minimum saat
Ze = R ketika 𝜔𝐿 = 1/𝜔𝐶.
Dalam bentuk vektor pada hukum ohm, V = IZe , jika V = V0ei𝜔t dan Ze = Ze ei∅ , maka
kita dapatkan,

Dengan amplitudo arus V0/Ze dengan keterlambatan tegangan oleh sudut fase ∅.

Impedansi dari Sirkuit Mekanik


Argumen serupa berlaku saat kita menganggap bukan osilator listrik tetapi rangkaian
mekanik yang memiliki massa, kekakuan dan ketahanan
Impedansi mekanik didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
satuan kecepatan dalam getaran, yaitu Zm = F/v atau F = vZm.
56
Kemudian, impedansi mekanik dapat kita tulis sebagai berikut

di mana

dan

m menjadi beda fase antara gaya dan kecepatan. Besar Zm =


Massa, sama halnya dengan induktansi, menghasilkan reaktansi positif, serta kekakuan
berlaku sama dengan kapasitansi.

Ciri dalam Getaran Paksa

Kita sekarang berada dalam posisi yang pas untuk mendiskusikan ciri fisik dari getaran paksa
dari massa m, kekakuan s, dan resistansi s yang didorong oleh gaya alternatif
dimana F0 adalah amplitudo dari gaya (Gambar 3.3). driven by an alternating force
F0 cos !t, where F0 is the amplitude of the force (Figure 3.3). Getaran listrik yang ekuivalen
akan tertulis sebagai tegangan alternatif diterapkan pada lintasan induktansi L,
kapasitansi C, dan resistansi R pada Gambar 3.2a.
Persamaan mekanika gerak, yaitu keseimbangan gaya dinamis, ditunjukkan oleh

dan persamaan tegangan pada kasus kelistrikan adalah

Kita harus menganalisis ciri dari sistem mekanika kecuali analisisnya sesuai dengan getaran
listrik sama baiknya.

s
r m F0 cos ωt

Gambar 3.3 Getaran listrik mekanik dengan gaya F0cosωt diterapkan pada lintasa mekanik teredam
dari Gambar 2.

57
Solusi lengkap dari x dalam persamaan gerak terdiri dari dua ketentuan:

(1) Ketentuan “tidak tetap” yang mana dipengaruhi oleh waktu, dan solusi persamaan
sudah dijelaskan pada Bab 2. Hal tersebut membuat solusi menjadi

yang mengalami penurunan dengan e-rt/2m . Ketentuan kedua


(2) Disebut dengan ketentuan “stabil”, dan mendeskripsikan ciri dari getaran setelah pada
ketentuan pertama habis.
Pada mulanya kedua ketentuan saling berkontribusi pada persamaan, tetapi pada
momen ini kita berfokus pada ketentuan “stabil” yang mendeskripsikan ciri pokok dari
getaran.
Untuk melakukan ini kita harus menulis ulang persamaan gaya dalam bentuk vector
dan menyatakan cosωt dengan eiωt seperti di bawah ini:

(3.1)
Penyelesaian vector x akan menghasilkan besaran dan fase dengan memperhatikan gaya
penggerak F0e iωt . Sebagai awal, mari kita coba solusi x = A e iωt , dimana A adalah bilangan
kompleks, sehingga solusi tersebut bisa memiliki komponen di luar dan di dalam fase dengan
gaya penggerak.
Kecepatan

sehingga

dan persamaan (3.1) menjadi

atau, setelah mengalikan pembilang dan penyebut dengan –i

dengan hal itu

58

Anda mungkin juga menyukai