Anda di halaman 1dari 2

Nama : erpan pahmi

Npm : 17380024
Kasus Kembalian Uang Alfamart dalam
Perspektif UU Perlindungan Konsumen

Sengketa antara Mustolih dan PT Sumber Alfaria Trijaya (PT SAT) yang awalnya diselesaikan
di Komisi Informasi Pusat dan kemudian berlanjut di Pengadilan Negeri Tangerang , pada
dasarnya adalah sengketa yang terkait dengan perlindungan konsumen. Mustolih adalah seorang
konsumen yang berbelanja di Alfamart, sebuah toko yang dikelola PT SAT. Sedangkan PT SAT
adalah pelaku usaha di bidang ritel. Baik Mustolih maupun PT SAT, keduanya tunduk pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Sebagai konsumen, Mustolih memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa[i] . Dalam kasus sengketa dengan PT SAT, Mustolih
ingin menggunakan haknya untuk mengetahui informasi mengenai penggunaan uang kembalian
yang didonasikan melalui Alfamart kepada beberapa yayasan sosial. Memang uang kembalian
tersebut tidak dikategorikan sebagai barang yang dikonsumsi. Namun upaya Alfamart untuk
menjadi penghubung antara yayasan sosial dengan konsumen yang ingin berdonasi dapat
dikategorikan sebagai jasa.

Dalam pasal 1 butir 5 UU Nomor 8 Tahun 1999, jasa didefinisikan sebagai layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Peran
yang dijalankan PT SAT sebagai media pengumpulan sumbangan sukarela adalah bentuk
pelayanan yang disediakan oleh PT SAT kepada konsumen, di samping PT SAT juga menjual
barang kebutuhan sehari-hari pada konsumen.

Setelah konsumen membayar barang belanjaannya, kasir Alfamart sebagai representasi dari PT
SAT akan menyediakan jasa pengumpulan donasi ini dengan bertanya, “Bapak/Ibu, apakah uang
kembaliannya mau didonasikan?” Konsumen yang bersedia menggunakan jasa ini tentu langsung
memberikan uang kembaliannya untuk disumbangkan. Sedangkan konsumen yang tidak
bersedia, tentu akan menolak dan kemungkinan akan menyumbangkan uangnya dengan cara
yang lain.
Sebagai pelaku usaha, berdasarkan pasal 7 butir b UU Nomor 8 Tahun 1999, PT SAT
berkewajiban untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan . Oleh karena itu, hasil dari jasa pengumpulan donasi yang dilakukan oleh PT SAT
melalui kasir Alfamart wajib dilaporkan penggunaannya secara benar, jelas, dan jujur. Tidak ada
penjelasan lebih lanjut tentang maksud benar, jelas, dan jujur dalam UU Nomor 8 Tahun 1999.

Namun menurut pendapat penulis, PT SAT harus melaporkan hasil pengumpulan donasi dengan
cara yang benar, misalnya melaporkan secara langsung di gerai Alfamart atau melalui situs
resmi perusahaan. Isi laporannya juga harus jelas sehingga dapat diketahui siapa yang memberi
donasi, kapan donasi diberikan, dan bagaimana donasi itu dipergunakan oleh yayasan-yayasan
sosial yang bekerja sama dengan PT SAT. Selain benar dan jelas, isi laporannya juga harus jujur
dan tidak mengada-ada sehingga laporan harus diaudit oleh akuntan publik, mengingat jumlah
donasi yang terkumpul sangat besar. Hingga 30 September 2016, donasi yang terkumpul
mencapai Rp21,1 miliar.[ii]

Terlepas dari perdebatan apakah PT SAT merupakan badan publik atau bukan[iii], PT SAT
memang harus terbuka terhadap penggunaan uang kembalian yang didonasikan agar terwujud
keterbukaan informasi sehingga konsumen memperoleh haknya untuk mengakses informasi dari
pelaku usaha.[iv]

[i] Pasal 4 butir c UU Nomor 8 Tahun 1999

[ii]

[iii]

[iv] Pasal 3 butir d UU Nomor 8 Tahun 1999

Anda mungkin juga menyukai