Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

Oleh :
Dwinkha Agita Putri , S.Ked

Pembimbing :
dr. Helmi Muchtar, Sp.M
2

Nama : Ny. S
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Raja Basa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 95629
Keluhan Utama

• Mata sebelah kiri berair dan merah, kaku

Keluhan Tambahan

• Mata terasa gatal, nyeri, silau jika terkena matahari, terasa


mengganjal

3
4

Pasien datang ke Poliklinik Mata RS


Pertamina Bintang Amin dengan
keluhan mata sebelah kiri berair
dan merah, kaku. Pasien juga
mengeluh mata terasa gatal, nyeri,
silau jika terkena sinar matahari.
Mata terasa ada yang mengganjal
seperti kelilipan.
Riwayat Penyakit
Dahulu Pasien tidak pernah mempunyai keluhan
atau sakit seperti ini sebelumnya.
Hipertensi (-), DM (-)

Riwayat Penyakit
Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keuhan sama seperti ini

Riwayat
Pengobatan
Belum pernah 5
6

 Keadaan Umum : Sakit ringan


 Kesadaran : Compos mentis
 Status Gizi : Baik

 Vital Sign
 Tekanan Darah : 110/70 mmhg
 Nadi : 88x/menit
 Respirasi : 22x/menit
 Suhu : 36,50 C

Kepala, leher, thoraks, abdomen,


ekstremitas dalam batas normal
STATUS OFTAMOLOGIS
OD OS
20/20 VISUS 20/20
Tidak dilakukan KOREKSI Tidak dilakukan
Orthoforia BULBUS OCULI Orthoforia
Trichiasis (-), Madarosis (-) SUPERSILIA Trichiasis (-), Madarosis (-)

Dalam batas normal PALPEBRAS SUPERIOR Nyeri tekan (+)

Dalam batas normal PALPEBRA INFERIOR Nyeri tekan (+)

Dalam batas normal KONJUNGTIVA PALPEBRA Hiperemis (+)

Dalam batas normal KONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (+)

Dalam batas normal KONJUNGTIVA BULBI Injeksi siliar (+)

Putih SKLERA Putih


Jernih KORNEA Kerotik presipitat (+)

Dalam CAMERA OCULI ANTERIOR Dangkal, flare (+)

Coklat, utuh IRIS Sinekia posterior (+)


Reflek cahaya (+) PUPIL Miosis
Jernih LENSA Jernih
9

 PemeriksaanTonometri
TIOD : 13 mmHg
TIOS : 17 mmHg
10

RESUME

Ny, S datang ke Poliklinik Mata RS Pertamina Bintang Amin dengan


keluhan mata sebelah kiri berair dan merah, kaku. Pasien
mengeluh mata terasa gatal, nyeri, silau jika terkena matahari.
Mata terasa ada yang mengganjal seperti kelilipan.
Pada pemeriksaan oftamologi Oculi Sinistra : Tajam penglihan 20/20,
palpebral superior dan inferior nyeri tekan (+), konjungtiva
palpebra dan fornices hiperemis (+), konjungtiva bulbi injeksi
siliar (+), kornea keratik presipitat (+), COA dangkal flare (+),
pupil miosis. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum dan status
generalis dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang tonometri,
hasil TIOD : 13 mmHg dan TIOS : 17 mmHg.
Uveitis Anterior OS

Keratitis

Glaukoma

DIAGNOSIS KERJA

• Uveitis Anterior OS

11
12

• R/ Xitrol ED MD No. I
S 6.dd gtt. 1 OS
• R/ Cendo Tropin ED MD No. I
S 3.dd gtt. I
• R/ Timol ED MD No. I
S 6.dd gtt.1 OS
• R/ Methylprednisolon tab No. X
S 1.dd. 2.tab
13

• Quo ad vitam : Dubia ad bonam


• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
15

Uvea merupakan lapisan vaskuler


berpigmen dari dinding bola
mata yang terletak antara
kornesklera dan neuroepitelium.
Uvea terdiri dari tiga bagian, yaitu
iris, badan siliaris, dan koroid
Koroid merupakan bagian posterior dari uvea yang
terletak antara retina dan sklera. Terdapat tiga lapisan
vaskuler koroid, yaitu vaskuler besar, sedang, dan
kecil.
Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior
dan posterior yang berasal dari arteri oftalmika.
Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari
sirkulus arteri mayoris iris yang terletak di badan
siliaris yang merupakan anastomosis arteri siliaris
anterior dan arteri siliaris posterior longus.
Vaskularisasi koroid berasal dari arteri siliaris
posterior longus dan brevis

16
17

 Uveitis adalah peradangan


pada jaringan uvea akibat
infeksi, trauma, neoplasia, atau
proses autoimun.
 Uveitis anterior adalah
peradangan yang mengenai
iris dan badan siliaris yang
disebut juga iridosiklitis.
18

Berdasarkan spesifitas penyebab:

Penyebab spesifik (infeksi)


Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,ataupun
parasit yang spesifik.

Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi


hipersensitivitas
Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
terhadap mikroorganisme atau antigen yang
masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi
antigen antibodi dengan predileksi pada traktus
uvea.
19
Berdasarkan asalnya: Berdasarkan reaksi
radang yang terjadi:
Eksogen
Pada umumnya Non granulomatosa
disebabkan oleh Infiltrat yang terjadi
karena trauma, terdiri dari sel plasma
operasi intra okuler, dan limfosit.
ataupun iatrogenik.
Granulomatosa
Endogen Infiltrat yang terjadi
Dapat disebabkan terdiri dari sel
oleh fokal infeksi di epiteloid dan
organ lain ataupun makrofag.
reaksi autoimun.
Berdasarkan perjalanan penyakit: 20

Akut
Apabila serangan terjadi satu atau dua kali, dan
penderita sembuh sempurna diluar serangan
tersebut.

Residif
Apabila serangan terjadi lebih dari dua kali disertai
penyembuhan yang sempurna di antara serangan-
serangan tersebut.

Kronis
Apabila serangan terjadi berulang kali tanpa pernah
sembuh sempurna di antaranya.
21
Dilatasi pembuluh darah kecil hiperemi perikorneal
(pericorneal vascular injection)

Permeabilitas pembuluh darah ↑

Eksudasi iris edema, pucat, pupil reflex ↓ s/d hilang, pupil
miosis

Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke BMD & BMD keruh, sel
dan flare (+), efek tyndal (+)

Sel radang menumpuk di BMD & hipopion (bila proses
akut)

Migrasi eritrosit ke BMD & hifema (bila proses akut)

Sel-sel radang melekat pada endotel kornea & keratic precipitate

Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan
iris melekat pada kapsul lensa anterior & sinekia posterior
dan pada endotel kornea & sinekia anterior

Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup
pupil & seklusio pupil / oklusio pupil

Gangguan pengaliran keluar cairan mata
dan peningkatan tekanan intra okuler & glaukoma sekunder

Gangguan metabolisme lensa & lensa keruh, katarak komplikata

Keradangan menyebar luas & endoftalmitis, panoftalmitis

Mengenai mata jiran & symphatetic ophtalmia
22
23
Pada anamnesa penderita mengeluh:

- Mata terasa seperti ada pasir.


- Mata merah disertai air mata.
- Nyeri, baik saat ditekan ataupun
digerakkan. Nyeri bertambah hebat bila telah
timbul glaukoma sekunder.
- Fotofobia, penderita menutup mata bila
terkena sinar
- Blefarospasme.
- Penglihatan kabur atau menurun ringan,
kecuali bila telah terjadi katarak komplikata,
penglihatan akan banyak menurun.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

- Kelopak mata edema disertai ptosis ringan.


- Konjungtiva merah, kadang-kadang disertai kemosis.
- Hiperemia perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar
limbus,
dan keratic precipitate.
- Bilik mata depan keruh (flare), disertai adanya hipopion atau hifema bila
proses sangat akut. Sudut BMD menjadi dangkal bila didapatkan sinekia.
- Iris edema dan warna menjadi pucat, terkadang didapatkan iris
bombans.
Dapat pula dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia anterior.
- Pupil menyempit, bentuk tidak teratur, refleks lambat sampai negatif.
- Lensa keruh, terutama bila telah terjadi katarak komplikata.
- Tekanan intra okuler meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder24
25
0 • Tidak ditemukan
• Flare terlihat dengan
1+
pemeriksaan yang teliti
• Flare tingkat sedang, iris
2+
masih terlihat bersih
• Kekeruhan lebih berat, iris
3+
dan lensa sudah keruh
• Flare sangat berat, fibrin
4+ menggumpal pada akuous
humor
Pemeriksaan laboratorium

Penderita uveitis anterior akut dengan respon yang baik terhadap pengobatan non
spesifik, umumnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.
Sementara bagi penderita yang tidak responsif , diusahakan untuk menemukan
diagnosis etiologinya melalui pemeriksaan laboratorium.
Pada penderita ini sebaiknya dilakukan skin test untuk pemeriksaan tuberkulosis
dan toksoplasmosis. Untuk kasus-kasus yang rekurens (berulang), berat, bilateral,
atau granulomatosa, perlu dilakukan tes untuk sifilis, foto Rontgen untuk mencari
kemungkinan tuberkulosis atau sarkoidosis. Penderita muda dengan arthritis
sebaiknya dilakukan tes ANA. Pada kasus psoriasis, uretritis, radang yang
konsisten, dan gangguan pencernaan, dilakukan pemeriksaan HLA-B27 untuk
mencari penyebab autoimun. Pada dugaan kasus toksoplasmosis, dilakukan
pemeriksaan IgG dan IgM. 26
27
28

 Beberapa penyakit yang


memberikan gejala
menyerupai uveitis
anterior antara lain
konjungtivitis akut dan
glaukoma akut.
29

 Tujuan utama dari pengobatan


uveitis anterior adalah untuk
mengembalikan atau memperbaiki
fungsi penglihatan mata. Apabila
sudah terlambat dan fungsi
penglihatan tidak dapat lagi
dipulihkan seperti semula,
pengobatan tetap perlu diberikan
untuk mencegah memburuknya
penyakit dan terjadinya komplikasi
yang tidak diharapkan.
Terapi non spesifik
1.Penggunaan kacamata hitam
Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama akibat pemberian
midriatikum.

2.Kompres hangat
Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus untuk
meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih cepat.

3.Midritikum/ sikloplegik
Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan silier relaks, sehingga
dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan. Selain itu, midriatikum sangat
bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun melepaskan sinekia yang telah ada.
Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:
- Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes
- Homatropin 2% sehari 3 kali tetes
- Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes
30
4.Anti inflamasi
Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai berikut:
Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.
Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler :

dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)


prednisolone succinate 25 mg (1 ml)
triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)
methylprednisolone acetate 20 mg
Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik prednisone oral mulai 80 mg per hari sampai
tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari.
Anak : prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali
Pada pemberian kortikosteroid, perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin
terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu, dan
komplikasi lain pada penggunaan sistemik.

31
Terapi spesifik
Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior telah
diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering diberikan
berupa antibiotik:
Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid
Subkonjungtiva kadang juga dikombinasi dengan steroid
Per oral dengan Chloramphenicol 3 kali sehari 2 kapsul
Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali

32
Terapi terhadap komplikasi
1.Sinekia posterior dan anterior
Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia anterior, perlu diberikan
midriatikum, seperti yang telah diterangkan sebelumnya.

2.Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada uveitis anterior. Terapi
yang harus diberikan antara lain:
Terapi konservatif:
timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam
acetazolamide 250 mg tiap 6 jam
Terapi bedah:
Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap tinggi. sudut tertutup:
iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi perlekatan iris dengan trabekula
(Peripheral Anterior Synechia atau PAS) dilakukan bedah filtrasi. sudut terbuka: bedah filtrasi.
3.Katarak komplikata
Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang diperlukan adalah
pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak serta kemampuan ahli
bedah.

33
34

 Dengan pengobatan, serangan


uveitis non granulomatosa umumnya
berlangsung beberapa hari sampai
minggu dan sering kambuh. Uveitis
granulomatosa berlangsung
berbulan-bulan sampai tahunan,
kadang-kadang dengan remisi dan
eksaserbasi, dan dapat menimbulkan
kerusakan permanen dengan
penurunan penglihatan nyata walau
dengan pengobatan yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai