Pasal ini berhubungan dengan hak atas pendidikan dalam keseluruhan dimensinya. Komite
mengharapkan informasi mengenai pendidikan yang disediakan pada tingkat dasar, menengah dan
tinggi serta program-program pendidikan bagi orang dewasa. Di bawah Kovenan, Negara Pihak harus
menyediakan pendidikan dasar secara gratis dan itu, wajib. Kovenan mensyaratkan agar Negara
Pihak mengambil langkah-langkah yang terinci guna memenuhi kewajiban ini. Penyediaan
pendidikan dasar harus dilaksanakan segera dan dan tidak termasuk dalam klausul pelaksanaan
bertahap (realisasi progressif).
Hak atas pendidikan menegaskan pengakuan akan hak setiap orang atas pendidikan, di mana
pendidikan mampu memandu perkembangan kepribadian manusia seutuhnya, kesadaran akan
harga diri dan memperkuat penghormatan atas hak-hak asasi manusia dan kebebasan manusia yang
mendasar. Dalam Pasal 13 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2005 lebih lanjut dijelaskan bahwa, pendidikan
harus memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat bebas,
meningkatkan rasa pengertian, toleransi serta persahabatan antar semua bangsa, semua kelompok
ras, ethnis atau agama, dan mempromosikan agenda hak asasi manusia dan pemeliharaan
perdamaian.
Komite Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya menilai terkait dengan ketentuan di atas bahwa Negara
harus menjamin atas pendidikan sesuai dengan sasaran dan pendidikan yang diidentifikasi pada
Pasal 13 ayat (1) sebagaimana diintepretasikan dalam:[xxv]
Hak atas pendidikan meliputi (Pasal 13 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2005):
Pendidikan dasar (harus diwajibkan dan tersedia secara cuma-cuma bagi semua orang)
Pendidikan lanjutan (dalam berbagai bentuk, termasuk pendidikan teknik dan kejuruan)
Pendidikan tinggi (…harus tersedia bagi semua orang secara merata dan atas dasar
kemampuan)
Pendidikan mendasar (ditingkatkan untuk orang-orang yang belum mendapatkan atau
belum menyelesaikan pendidikan dasar)
Memfungsikan sistem sekolah (diupayakan secara aktif, sistem beasiswa yang memadai,
kondisi materiil bagi para pengajar)
Hak atas pendidikan berdasar ‘kebebasan’ dalam hal pendidikan, berdasar Pasal 13 ayat (3) UU No.
11 Tahun 2005 diatur:
Kebebasan orang tua dan wali yang sah memilih sekolah bagi anak-anak mereka selain yang
didirikan oleh lembaga pemerintah, sepanjang memenuhi standar minimal pendidikan
sebagaimana ditetapkan atau disetujui oleh Negara;
Kebebasan orang tua dan wali yang sah sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan untuk
memastikan bahwa pendidikan agama dan moral anak-anak mereka sesuai dengan
keyakinan mereka.
Sedangkan ‘entitlement’ dari hak atas pendidikan berdasarkan General Comment No. 13 adalah
meliputi:
Keteraksesan (Accessibility) —institusi – institusi pendidikan dan program harus dapat diakses setiap
orang, tanpa diskriminasi: dengan maksud pendidikan harus dapat diakses oleh setiap orang,
terutama kelompok yang paling rentan dalam hukum maupun dalam kenyataan.
Keteraksesan Fisik (Physical Accessibility) —pendidikan harus berada dalam jangkauan fisik yang
aman, baik secara kehadiran pada lokasi geografis yang cukup mudah (misalnya, sekolah di
lingkungan kehidupan sosial kemasyarakatan) atau melalui teknologi modern (akses pada
pembelajaran jarak jauh melalui internet)
Keberterimaan (Acceptability) yang menyatakan maksud bahwa, bentuk dan isi dari pendidikan,
termasuk kurikulum dan metode pengajaran harus dapat diterima oleh murid, dan pada kasus
tertentu oleh orang tua. Dalam konteks Keberterimaan ini berlaku sasaran pada Pasal 13 ayat (1) dan
standar minimum pendidikan (Pasal 13 ayat (3) dan (4)).
Penyesuaian (Adaptabibilty) di mana pendidikan harus fleksibel agar dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dan komunitas yang berubah-rubah dan tanggap terhadap kebutuhan murid
dalam lingkungan sosial dan budaya yang beragam.
Penerapan atas ciri-ciri pokok ‘entitlement’ di atas, General Comment No. 13 menegaskan bahwa
kepentingan murid akan menjadi pertimbangan utama.