PENDAHULUAN
1
Komplikasi dapat bermula dari hernia yang irreponibel kemudian terjadi ikarserasi,
yaitu terjadinya obstruksi usus. Selanjutnya dapat terjadi strangulasi, yaitu suatu
tahap dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi yang akan menyebabkan
nekrosis dan terjadinya peritonitis hingga menyebabkan kematian akibat sepsis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian yang lemah dari lapisan
muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Hernia reponibel, adalah keadaan dimana isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel / hernia akreta, adalah suatu keadaan dimana isi kantong
hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Biasanya disebabkan oleh
perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia inkarserata, adalah suatu keadaan dimana isi hernia terjepit oleh
cincin hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai dengan terjadinya gangguan pasase usus.
d. hernia strangulata, adalah suatu keadaan dimana isi hernia terjepit oleh cincin
hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta
gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis. Jika yang mengalami
strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia Richter, pasase usus
masih ada, dapat juga terganggu karena usus terlipat sehingga disertai
obstruksi usus.1,2.3
3
b. Isi hernia : Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Pintu hernia : Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui
kantong hernia.
d. Leher hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan
kantong hernia. Locus minoris resistence (LMR)1,2
Etiologi dan faktor risiko penyakit hernia inguinalis secara umum dapat
dibagi menjadi dua, yaitu karena suatu kelainan kongenital atau suatu kelainan yang
didapat setelah lahir.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat
melalui kanal tersebut. Namun pada beberapa kasus kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya kanalis kanan juga terbuka. Dalam keadan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus tetap
terbuka ( karena tidak mengalami obliterasi ) maka akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital.1,2,3
4
Sedangkan untuk kelainan yang didapat setelah lahir, salah satu faktornya
adalah peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi secara kronik, sehingga hal
tersebut dapat mendorong isi hernia melewati melewati annulus internus dan dapat
membuka kembali kanalis inguinalis. Contohnya seperti batuk kronik, pekerjaan
mengangkat benda berat, hipertrofi prostad, konstipasi, dan asites. Faktor kedua
adalah akibat kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia
meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Kelemahan otot dinding perut juga
disebabkan karena kerusakan n.iliofemoralis dan n.ilioinguinalis setelah
apendektomi.1,2,3
2.3 Patofisiologi
Pada proses perkembangan fetus, normalnya pada umur kehamilan 8 bulan akan
terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal inguinalis. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Setelah bayi lahir umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut, namun pada beberapa kasus prosesus vaginalis belum menutup.
Umumnya testis kiri turun terlebih dahulu dari pada testis kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka
akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi
maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang
dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut
melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami
proses degenerasi.4
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia,akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit
dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi
obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
5
muntah,konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul
edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.4
Komplikasi juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan karena
terpintirnya usus. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis
metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia, seperti obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat
menimbulkan peritonitis.4
2.4 Klasifikasi
Hernia Inguinalis Direk (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peningkatan tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach. Hernia berjalan langsung ke ventral melalui annulus inguinalis
subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan spermatic cord,
umumnya terjadi bilateral, sering terjadi pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang
mengalami inkarserasi dan strangulasi.
Berikut adalah batas-batas Trigonum Hesselbach:
Inferior: Ligamentum Inguinale.
Lateral: Vasa epigastrikainferior.
Medial:Tepi m.rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat aponeurosis
m.transversus abdominis.1
6
Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan
tampak tonjolan berbentuk lonjong. HIL dapat terjadi secara kongenital atau
akuisita:
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali
tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika
vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam
kantong peritoneum tersebut.1,2,3
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang
tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantong peritonei ini
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika
vaginalis propria testis. 1,2,3
7
Gambar 6. Hernia inguinalis indirect
C. Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantung hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti
celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia inguinalis. Diagnosis
umumnya sukar untuk ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya akan
diketahui saat operasi.1
8
scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman
dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.
Pada umumnya hernia inguinalis medialis akan memberikan gejala yang
sedikit dibandingkan hernia ingunalis lateralis, serta kemungkinannya lebih sedikit
untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.1
Ireponibel/akreta - - - - -
Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
Palpasi
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubikum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
9
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan
maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.3
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti
hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.3
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi
pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha
dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.3
Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal3
Hernia inkarserata : nyeri tekan. 1,2,3
Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut diperoleh hipertimpani maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. 1,2,3
Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata). 1,2,3
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Thumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
10
Gambar 7. Finger Test
11
Pemeriksaan Thumb Test :
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
12
2.8 Diagnosa Banding
Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis. Cara membedakannya
adalah dengan meminta pasien untuk mengejan, bila suatu hernia maka benjolan
akan membesar, sedang bila hidrocele benjolan akan menetap. Bila benjolan terdapat
pada skrotum , maka dilakukan pada satu sisi , sedangkan disisi yang berlawanan
diperiksa melalui diapanascopy. Bila tampak bening berarti hidrocele
(diapanascopy+). Pada hernia canalis inguinalis akan teraba usus, sedangkan pada
auskultasi akan terdengar bising usus.5,6
Diagnosis banding selanjutnya yaitu kriptochismus, adalah suatu keadaan
dimana testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinanya hanya sampai
kanalis inguinalis. Limfadenopati/ limfadenitis inguinal. Perhatikan apakah ada
infeksi pada kaki yang unilateral. Varises vena saphena magna didaerah lipat paha.
Lipoma yang menyelubungi funikulus spermatikus (sering disangka hernia
inguinalis medialis). 5,6
13
2.9 Penatalaksanaan
Konservatif
a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi
pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan
sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas
hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada
hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera. 5,6,7
Operatif
14
internus dengan jahitan tertutup, menutup dan memperkuat fascia transversal, dan
menjahitkan pertemuan M. transversus internus abdominis dan M. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon keligamentum inguinale
Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus
abdominis, M. oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Mc
Vay. 5,6,7
Penatalaksanaan di IGD
Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus dilakukan secara operatif
tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama
inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus),
15
testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti
tindakan operatif.
- Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua lebih baik melakukan operasi
elektif karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan
operasi cito.5,6,7
2.10 Komplikasi
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, atau peritonitis
hingga kematian.1
16
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas pasien
Nama : Pande Ketut Aswinda Restu
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Br. Batukan, Padang Sambian Kaja
Suku bangsa : Bali, Indonesia
Agama : Hindu
Status : Lajang
No RM : 804624
Tanggal MRS : 19 Juni 2017
II. Anamnesis
Keluhan Utama: Benjolan pada pelipatan paha
Pasien datang sadar ke IGD RS. Bhayangkara dengan keluhan muncul
bejolan pada pelipatan paha sebelah kanan sejak bulan oktober 2016.
Benjolan berbentuk lonjong dan sebesar telur ayam. Awalnya benjolan
hilang-timbul dengan sendirinya, munculnya saat pasien beraktivitas
terutama saat mengedan, benjolan menghilang saat beristirahat dan
berbaring. Namun sekarang benjolan menetap sejak 3 bulan, benjolan
juga dikatakan nyeri saat dipegang. Keluhan ini dikatakan mengganggu
aktivitas pasien. Keluhan lain seperti demam (-) nyeri perut (-), perut
kembung (-), mual (-). BAB BAK pasien dikatakan normal.
17
Riwayat penyakit keluarga: di kelurga tidak ada yang mengalami keluhan
serupa. Riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
jantung disangkal.
18
Abdomen : Inspkesi : Distensi (-), petekiae (-), jejas (-)
Auskultasi : BU (+) N
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Pemeriksaan laboratorium
19
BAS% 1,2 0,00-1,00 H
V. Diagnosis banding
Hernia inguinalis medialis irreponibel dextra
Limfadenitis inguinal dextra
Lipoma inguinal dextra
VI. Diagnosis kerja
Hernia inguinalis lateralis irreponibel dextra
VII. Penatalaksanaan
Konsul TS bedah
MRS
IVFD RL 28 TPM
Cefotaxime 3x1 gr
Pasien dipuasakan
Planning herniotomi dan herniorafi besok pagi.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
21
pasien juga memiliki kebiasaan merokok yang dari teori dapat berisiko terhadap
penyakit hernia.4
Keluhan yang dirasakan pasien sesuai dengan teori tentang gejala penyakit
hernia inguinalis lateralis, yaitu muncul benjolan pada lipatan paha yang unilateral,
berbentuk lonjong. Benjolan bersifat hilang timbul, biasanya timbul saat beraktifitas
atau saat mengejang, dan menghilang saat berbaring, hal tersebut merupakan gejala
dari hernia reponibel. Namun pada hernia yang sudah berlangsung lama, maka
benjolan tersebut dapat menetap yang merupakan gejala dari hernia irreponibel.
Beberapa pasien juga mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar hingga ke
scrotum. Sensasi nyeri dipengaruhi oleh ukuran dari benjolan. Berdasarkan kasus
benjolan bersifat menetap, namun tidak menunjukkan adanya gejala inkarserata
maupun gejala strangulate, hal tersebut diketahui melalui anamnesis bahwa BAB
pasien lancar (tadi pagi), masih bisa kentut, serta pasien tidak mengeluh nyeri perut
hebat, perut kembung, dan tidak mengeluh demam. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dari gejala yang ditemukan pada pasien mengarah ke hernia ingunalis lateralis
irreponibel. 1,2,3
Pada pemeriksaan fisik diperoleh hasil status present masih dalam batas
normal, pemeriksaan abdomen juga dalam batas normal. Namun pada status lokalis
region inguinal dekstra tampak 1 buah massa berbentk lonjong, berukuran 4cm x
3cm, warna sesuai dengan warna kulit normal. Benjolan berada diatas ligamentum
inguinal. Pada auskultasi terdengar bising usus. Dan saat palpasi pasien merasa nyeri,
benjolan mobile di kulit terfiksir didasar, serta benjolan tidak dapat direposisi.
Pemeriksaan tambahan seperti finger test, thumb test, dan ziemann test tidak dapat
dilakukan karena benjolan tidak dapat direposisi. Sehingga dari dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari hasil pemeriksaan fisik tersebut mendukung diagnosis hernia
lateralis irreponibel dekstra.
Berdasarkan kasus pasien diagnosis banding dengan hernia inguinalis
medialis irreponibel dextra. Cara membedakan antara HIM dan HIL adalah HIM
biasanya terjadi pada usia tua, dan berhubungan dengan melemahnya kekuatan otot-
otot dinding abdomen, bejolan biasanya bilateral, dari pemeriksaan fisik tampak
benjolan berbentuk bulat karena hernia berjalan langsung ke ventral melalui anulus
inguinalis subcutaneous. Diagnosis banding kedua adalah limfadenitis inguinal
dextra, cara membedakannya dengan HIL adalah pada limfadenitis disertai dengan
22
infeksi pada kaki yang unilateral. Diagnosis banding ketiga adalah lipoma inguinal
dextra, cara membedakannya dengan HIL adalah pada palapasi lipoma mobile
dikulit dan mobil didasar, serta pada auskultasi pada benjolan tidak terdengar bising
usus.5,6
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien adalah dikonsulkan dengan
dokter bedah, pasien di rawat inap, diberikan terapi cairan intravena ringer laktat 28
TPM, antibiotik intravena cefotaxime 3x1 gr, pasien dipuasakan, direncanakan
herniotomi dan herniorafi besok pagi. Sehingga hal tersebut sudah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa tatalaksana non bedah adalah mencari dan
memperbaiki faktor yang menimbulkan hernia, medikamentosa simtomatis seperti
pemberian analgesik. Pada kasus pasien tidak merasa nyeri, sehingga tidak perlu
diberikan analgetik. Kemuadian tatalaksana definitive hernia menurut teori adalah
dengan operasi. Pada hernia reponibel dan ireponibel dilakukan elektif, sedangkan
bila sudah terjadi proses inkarserasi dan strangulasi tindakan bedah harus dilakukan
segera. Tindakan bedah yang dilakukan adalah herniotomi dan herniorafi. Pada
bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan
pemasangan mesh, basini plasty, atau teknik lain untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguialis. Pada bedah darurat, cincin hernia dicari dan dipotong,
usus yang terjepit dilihat, apabila vital, dikembalikan ke rongga perut sedangkan bila
tidak dilakukan reseksi dan anastomosis. Prognosis pasien adalah baik karena belum
terjadi strangulasi dan inkarserasi.1,7
23
BAB IV
SIMPULAN
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis interna yang
terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menelusuri kanalis inguinalis, dan
keluar di anulus eksternal di atas krista pubis dengan diselubungi kantong korda.
Kanalis inguinalis normal pada fetus karena pada bulan ke 8 kehamilan terjadi
desensus testis menarik peritoneum ke dalam skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum kedaerah skrotum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi
yang sudah lahir biasanya prosesus mengalami obliterasi, bila tidak maka hal
tersebut yang dapat menyebabkan hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang
dewasa, kanal telah menutup namun karena lokus minorus resisten, sehinga pada
peningkatan tekanan intraabdomen menyebabkan kanal terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateral akuisita. Gejala klinis bervariasi dari asimptomatis hingga
mengancam jiwa seperti pada hernia inkarserata dan strangulata. Biasanya pasien
engeluh adanya benjolan diselagkangan yang bisa mengecil atau menghilang dan
timbul saat mengejan. Nyeri dapat dirasakan apabila telah terjadi komplikasi.
Diagnosis diperoleh berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Tatalaksana untuk hernia dibagi menjadi 2 yaitu bedah dan non bedah.
Tatalaksana bedah adalah dengan herniotomi dan herniorafi. Sedangkan terapi non
bedah adalah dengan mengurangi simptomatis pasien.
Pasien didiagnosis dengan hernia inguinalis lateralis dekstra ireponibel. Hal
tersebut diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang mendukung. Diagnosis tersebut sudah sesuai dengan teori. Pada kasus
penyebab hernia inguinalis lateralis kanan pada pasien adalah karena kelainan
kongenital. Hal tersebut diketahui saat dilakukannya oprasi, pasien juga diketahui
mengalami undesensus testis kanan. serta tampak prosesus vaginalis kanan tidak
mengalami obliterasi, sehingga masih terdapat hubungan antara rongga peritoneum
dan skrotum. Hal tersebut juga diperberat dengan kebiasaan mengankat benda berat
dan kebiasaan merokok. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien sudah sesuai
teori, yaitu dilakukan herniotomi dan herniorafi. Prognosis pasien baik, pasien dapat
sembuh dengan baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, et al. Buku Ajar Ilmu Bedah.(Edisi 4). Jakarta: EGC, 2017.
640-652.
2. Rawis CG, Limpeleh HP, Wowiling PAV. Pola Hernia Inguinalis Lateralis
di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014.
Jurnal e-Clinic. 2015 Mei-Agustus; 3(2):695-699.
3. Onuigbo WIB, Njeze GE. Inguinal Hernia. A Review. Journal of Surgery and
Operative Care. 2016 Jan 25; 1(2):2455-7617.
4. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran
(Edisi 4). Jakarta: Media Aesculapius, 2014. 219-221.
5. Leblanc KE, Leblanc LL, Leblanc KA. Inguinal Hernias: Diagnosis and
Management. American Academy of Family Physicians. 2013; 87(12):844-
848.
6. Miller J, Cho J, Michael MJ, Saouaf R, Towfigh S. Role of Imaging in The
Diagnosis of Occult Hernias. JAMA Surg. 2014; 149: 1077–80.
7. Berger D. Evidence-Based Hernia Treatment in Adults. Deutsches Arzteblatt
International. 2016; 113: 150–8.
25