Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia inguinalis sudah ditemukan dan dicatat sebagai penyakit pada


manusia sejak tahun 1500 sebelum masehi dan mengalami banyak sekali
perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio
inguinal. Sampai saat ini hernia inguinalis masih merupakan tantangan bagi petugas
kesehatan dalam rangka peningkatan status kesehatan masyarakat karena besarnya
biaya yang diperlukan untuk penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat
lamanya pemulihan dan angka rekurensi yang cukup tinggi.1
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia inguinalis medialis (direct) dan
hernia inguinalis lateralis (indirect). Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum maka hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis
terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1,
dengan jenis kelamin pria lebih sering 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita.
Semakin bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya hernia juga semakin besar,
karena dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.1
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendicitis. Di Amerika Serikat Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar
yang terjadi pada tahun 2013, sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap
tahunnya. Hernia inguinalis lateral sisi kanan lebih sering terjadi dari pada di sisi
kiri. Perbandingan pria:wanita pada hernia inguinal lateral adalah 7:1. Di Indonesia
berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI tahun 2014 hernia menempati urutan
ke-7 dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia akibat
komplikasi. Dari total 18.145 kasus, 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094
kasus terjadi pada wanita. Sedangkan untuk pasien rawat jalan, hernia masih
menempati urutan ke 8. Dari 41.516 kunjungan, sebanyak 23.721 kasus adalah
kunjungan baru dengan 8.799 pasien pria dan 4.922 pasien wanita (Depkes RI,
2014).2,3
Permasalahan mengenai komplikasi dari penyakit hernia inguinalis lateralis
sangatlah serius karena dapat menjadi suatu keadaan yang gawat darurat.

1
Komplikasi dapat bermula dari hernia yang irreponibel kemudian terjadi ikarserasi,
yaitu terjadinya obstruksi usus. Selanjutnya dapat terjadi strangulasi, yaitu suatu
tahap dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi yang akan menyebabkan
nekrosis dan terjadinya peritonitis hingga menyebabkan kematian akibat sepsis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian yang lemah dari lapisan
muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4, yaitu :

a. Hernia reponibel, adalah keadaan dimana isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel / hernia akreta, adalah suatu keadaan dimana isi kantong
hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Biasanya disebabkan oleh
perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia inkarserata, adalah suatu keadaan dimana isi hernia terjepit oleh
cincin hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai dengan terjadinya gangguan pasase usus.
d. hernia strangulata, adalah suatu keadaan dimana isi hernia terjepit oleh cincin
hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta
gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis. Jika yang mengalami
strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia Richter, pasase usus
masih ada, dapat juga terganggu karena usus terlipat sehingga disertai
obstruksi usus.1,2.3

Berdasarkan letaknya Hernia dibagi menjadi diafragma, inguinal, umbilical,


femoral. Yang sering terjadi adalah hernia inguinalis. Khususnya hernia inguinalis
merupakan suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada
dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran
berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.1

Hernia terdiri dari :


a. Kantong hernia : Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.
Tidak semua hernia memiliki kantong, missalnya hernia incisional,
hernia adiposa, hernia intertitialis. 1

3
b. Isi hernia : Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Pintu hernia : Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui
kantong hernia.
d. Leher hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan
kantong hernia. Locus minoris resistence (LMR)1,2

Gambar 4. Bagian-bagian Hernia

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi dan faktor risiko penyakit hernia inguinalis secara umum dapat
dibagi menjadi dua, yaitu karena suatu kelainan kongenital atau suatu kelainan yang
didapat setelah lahir.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat
melalui kanal tersebut. Namun pada beberapa kasus kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya kanalis kanan juga terbuka. Dalam keadan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus tetap
terbuka ( karena tidak mengalami obliterasi ) maka akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital.1,2,3

4
Sedangkan untuk kelainan yang didapat setelah lahir, salah satu faktornya
adalah peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi secara kronik, sehingga hal
tersebut dapat mendorong isi hernia melewati melewati annulus internus dan dapat
membuka kembali kanalis inguinalis. Contohnya seperti batuk kronik, pekerjaan
mengangkat benda berat, hipertrofi prostad, konstipasi, dan asites. Faktor kedua
adalah akibat kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia
meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Kelemahan otot dinding perut juga
disebabkan karena kerusakan n.iliofemoralis dan n.ilioinguinalis setelah
apendektomi.1,2,3

2.3 Patofisiologi
Pada proses perkembangan fetus, normalnya pada umur kehamilan 8 bulan akan
terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal inguinalis. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Setelah bayi lahir umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut, namun pada beberapa kasus prosesus vaginalis belum menutup.
Umumnya testis kiri turun terlebih dahulu dari pada testis kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka
akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi
maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang
dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut
melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami
proses degenerasi.4
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia,akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit
dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi
obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,

5
muntah,konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul
edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.4
Komplikasi juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan karena
terpintirnya usus. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis
metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia, seperti obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat
menimbulkan peritonitis.4

2.4 Klasifikasi
Hernia Inguinalis Direk (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peningkatan tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach. Hernia berjalan langsung ke ventral melalui annulus inguinalis
subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan spermatic cord,
umumnya terjadi bilateral, sering terjadi pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang
mengalami inkarserasi dan strangulasi.
Berikut adalah batas-batas Trigonum Hesselbach:
Inferior: Ligamentum Inguinale.
Lateral: Vasa epigastrikainferior.
Medial:Tepi m.rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat aponeurosis
m.transversus abdominis.1

Gambar hernia ingunalis medial

6
Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan
tampak tonjolan berbentuk lonjong. HIL dapat terjadi secara kongenital atau
akuisita:

Hernia inguinalis inguinalis lateralis congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali
tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika
vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam
kantong peritoneum tersebut.1,2,3

Hernia inguinalis lateralis akuisita.

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang
tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantong peritonei ini
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika
vaginalis propria testis. 1,2,3

7
Gambar 6. Hernia inguinalis indirect

C. Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantung hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti
celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia inguinalis. Diagnosis
umumnya sukar untuk ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya akan
diketahui saat operasi.1

2.5 Manifestasi Klinis


Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya
nyeri dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia
ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum
masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar
biasanya pada hernia ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke

8
scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman
dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.
Pada umumnya hernia inguinalis medialis akan memberikan gejala yang
sedikit dibandingkan hernia ingunalis lateralis, serta kemungkinannya lebih sedikit
untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.1

Jenis Reponibel nyeri obstruksi sakit Toksik


Reponibel/bebas + - - - -

Ireponibel/akreta - - - - -

Inkarserata - + + + -

Strangulata - ++ + ++ ++

2.6 Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
Hernia inguinal
- Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan
tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Hernia perineum : benjolan di perineum.1,2,3

Palpasi
 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubikum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.

9
 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan
maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.3
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti
hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.3
 Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi
pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha
dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.3
 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal3
 Hernia inkarserata : nyeri tekan. 1,2,3

Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut diperoleh hipertimpani maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. 1,2,3

Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata). 1,2,3

Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Thumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut:

Pemeriksaan Finger Test :


1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

10
Gambar 7. Finger Test

Pemeriksaan Ziemen Test :


1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 8. Ziement Test

11
Pemeriksaan Thumb Test :
 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 9. Thumb Test

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, maka dari pemeriksaan darah
lengkap Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi. Tes Urinalisis juga diperlukan untuk menyingkirkan adanya masalah dari
traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.5,6
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas
dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna
untuk membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau
penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat
jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi yang
menunjukkan hernia inguinalis.5,6

12
2.8 Diagnosa Banding
Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis. Cara membedakannya
adalah dengan meminta pasien untuk mengejan, bila suatu hernia maka benjolan
akan membesar, sedang bila hidrocele benjolan akan menetap. Bila benjolan terdapat
pada skrotum , maka dilakukan pada satu sisi , sedangkan disisi yang berlawanan
diperiksa melalui diapanascopy. Bila tampak bening berarti hidrocele
(diapanascopy+). Pada hernia canalis inguinalis akan teraba usus, sedangkan pada
auskultasi akan terdengar bising usus.5,6
Diagnosis banding selanjutnya yaitu kriptochismus, adalah suatu keadaan
dimana testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinanya hanya sampai
kanalis inguinalis. Limfadenopati/ limfadenitis inguinal. Perhatikan apakah ada
infeksi pada kaki yang unilateral. Varises vena saphena magna didaerah lipat paha.
Lipoma yang menyelubungi funikulus spermatikus (sering disangka hernia
inguinalis medialis). 5,6

Tabel 2. Diagnose banding hernia

13
2.9 Penatalaksanaan

Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi
pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan
sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas
hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada
hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera. 5,6,7

Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang


rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
Herniotomi adalah tindakan dengan melakukan pembebasan kantong hernia
sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong5,6,7
Hernioraphy adalah tindakan dengan memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioraphy lebih
penting artinya dalam menvegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniatomy.
Dikenal berbagai metode hernioraphy seperti memperkecil annulus inguinalis

14
internus dengan jahitan tertutup, menutup dan memperkuat fascia transversal, dan
menjahitkan pertemuan M. transversus internus abdominis dan M. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon keligamentum inguinale
Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus
abdominis, M. oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Mc
Vay. 5,6,7

Penatalaksanaan di IGD

- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.


Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
- Merelaksasikan otot abdomen.
- Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap
hernia inguinalis.
- Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
- Posisikan kaki ipsilateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral
(seperti kaki kodok).
- Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjut selama proses reduksi penonjolan.
- Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untuk
mengembalikan hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan
menyebabkan hernia keluar dari pintu hernia.
- Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali
percobaan.
- Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat dan
posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit. 5,6,7

Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus dilakukan secara operatif
tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama
inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus),

15
testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti
tindakan operatif.
- Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua lebih baik melakukan operasi
elektif karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan
operasi cito.5,6,7

2.10 Komplikasi
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, atau peritonitis
hingga kematian.1

16
BAB III
LAPORAN KASUS

I. Identitas pasien
Nama : Pande Ketut Aswinda Restu
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Br. Batukan, Padang Sambian Kaja
Suku bangsa : Bali, Indonesia
Agama : Hindu
Status : Lajang
No RM : 804624
Tanggal MRS : 19 Juni 2017
II. Anamnesis
Keluhan Utama: Benjolan pada pelipatan paha
Pasien datang sadar ke IGD RS. Bhayangkara dengan keluhan muncul
bejolan pada pelipatan paha sebelah kanan sejak bulan oktober 2016.
Benjolan berbentuk lonjong dan sebesar telur ayam. Awalnya benjolan
hilang-timbul dengan sendirinya, munculnya saat pasien beraktivitas
terutama saat mengedan, benjolan menghilang saat beristirahat dan
berbaring. Namun sekarang benjolan menetap sejak 3 bulan, benjolan
juga dikatakan nyeri saat dipegang. Keluhan ini dikatakan mengganggu
aktivitas pasien. Keluhan lain seperti demam (-) nyeri perut (-), perut
kembung (-), mual (-). BAB BAK pasien dikatakan normal.

Riwayat pengobatan: Pasien sudah sempat datang ke poliklinik bedah RS


Trijata pada bulan November 2016, dan disarankan untuk dilakukan
operasi, namun pasien menolak.

Riwayat penyakit terdahulu: Pasien tidak pernah mengalami keluhan


serupa sebelumnya. Riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes,
penyakit jantung disangkal. Riwayat alergi makanan atau obat obatan
juga disangkal.

17
Riwayat penyakit keluarga: di kelurga tidak ada yang mengalami keluhan
serupa. Riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
jantung disangkal.

Riwayat sosial: Pasien seorang pelajar di sekolah seni. Pasien sering


mengangkat benda berat seperti gong. Riwayat makan dan minum teratur,
pasien merokok sejak 2 tahun, satu hari menghabiskan 5 batang rokok,
riwayat minum alkohol disangkal.

III. Pemeriksaan fisik


1. Status Present
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu Aksila : 36,5 0C
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 168 cm
BMI : 21,96 kg/m2
2. Status General
Mata : Anemia -/-, ikterus -/-
THT : Kesan tenang
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax:
Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 MCL.S
Perkusi : Batas kanan : PSL.D
Batas kiri : ICS 5 MCL.S
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Inspeksi : Simetris
Palpasi : Vokal fremitus normal/normal
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing-/-

18
Abdomen : Inspkesi : Distensi (-), petekiae (-), jejas (-)
Auskultasi : BU (+) N
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani

Ektremitas : Hangat dikeempat regio , edema (-) dikeempat regio

3. Status lokalis : Regio Inguinal dextra


Inspeksi : Massa (+) sesuai dengan warna kulit
normal berbentuk lonjong. Benjolan berada diatas
ligamentum inguinal. Sikatrik (-), edema (-).
Auskultasi : BU (+) pada benjolan
Palpasi : Nyeri (+), massa (+) berukuran 4cm x
3cm, konsistensi lunak, mobile di kulit terfiksir di
dasar. Benjolan tidak dapat direposisi
Finger test  Tidak dapat dilakukan
Thumb test  Tidak dapat dilakukan
Ziemann test  Tidak dapat dilakukan

IV. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Parameter Hasil Nilai normal Remarks

WBC 10,93 4,00-10,00 H

NEU% 53,2 50,00-70,00 N

LYM% 33,7 20,00-40,00 N

MON% 8,3 3,00-12,00 N

EOS% 3,6 0,50-5,00 N

19
BAS% 1,2 0,00-1,00 H

RBC 5,41 3,50-5,50 N

HGB 14,5 11,00-16,00 N

HCT 52,9 37,00-54,00 N

MCV 97,8 80,00-100,00 N

MCH 32,3 27,00-34,00 N

MCHC 33,0 32,00-36,00 N

PLT 301 150,00-450,00 N

BT (Menit) 3’30” 0-4 N

CT (Menit) 6’45” 0-8 N

V. Diagnosis banding
 Hernia inguinalis medialis irreponibel dextra
 Limfadenitis inguinal dextra
 Lipoma inguinal dextra
VI. Diagnosis kerja
Hernia inguinalis lateralis irreponibel dextra
VII. Penatalaksanaan
 Konsul TS bedah
 MRS
 IVFD RL 28 TPM
 Cefotaxime 3x1 gr
 Pasien dipuasakan
 Planning herniotomi dan herniorafi besok pagi.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berusia 20 tahun, mengeluhkan muncul benjolan pada


pelipatan paha kanan sejak oktober 2016. Benjolan berbentuk lonjong dan sebesar
telur ayam. Awalnya benjolan hilang-timbul, muncul saat beraktivitas terutama
mengedan, menghilang saat beristirahat dan berbaring. Namun sekarang benjolan
menetap sejak 3 bulan dan nyeri saat dipegang. Keluhan ini dirasakan sangat
mengganggu pasien. Keluhan lain seperti demam dan tanda-tanda obstruksi (-).
Pasien sudah sempat memeriksakan diri pada November 2016, dan disarankan
operasi namun menolak. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluha serupa,
riwayat penyakit kronis dan riwayat alergi makanan maupun obat-obatan. Pada
keluarga pasien juga tidak ada yang memiliki keluhan serupa. Pasien memiliki
kebiasaan mengankat benda berat, serta memiliki kebiasaan merokok.
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui defek
pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital maupun
didapat. Berdasarkan teori menyatakan bahwa hernia inguinalis lebih sering terjadi
pada pria dibandingkan wanita, pria lebih berisiko 7x lipat, hal ini berhubungan
dengan anatomi dan embirologi dari pria, dimana pada laki-laki kanalis inguinalis
berisi korda spermatikus sedangkan pada perempuan berisi ligamen rotundum uteri.
sehingga hal tersebut sesuai dengan kasus bahwa pasien berjenis kelamin laki-laki.1
Penyebab hernia inguinalis berdasakan teori dibagi menjadi 2, yaitu akibat
dari suatu kelainan kongenital dan didapat setelah lahir. Pada kasus penyebab hernia
inguinalis lateralis kanan pada pasien adalah karena kelainan kongenital. Hal
tersebut diketahui saat dilakukannya oprasi, pasien juga diketahui mengalami
undesensus testis kanan, serta tampak prosesus vaginalis kanan tidak mengalami
obliterasi, sehingga masih terdapat hubungan antara rongga peritoneum dan skrotum.
Secara normal penurunan testis terjadi pada bulan ke 8 kehamilan melalui kanal
tersebut, dan paling lambat prosesus vaginalis sudah menutup setelah bayi berumur
2 bulan. Faktor risiko yang mendukung terjadinya penyakit hernia inguinalis lateralis
pada pasien adalah peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi secara kronik,
hal ini disebabkan oleh kebiasaan pasien sering mengangkat benda berat. Selain itu

21
pasien juga memiliki kebiasaan merokok yang dari teori dapat berisiko terhadap
penyakit hernia.4
Keluhan yang dirasakan pasien sesuai dengan teori tentang gejala penyakit
hernia inguinalis lateralis, yaitu muncul benjolan pada lipatan paha yang unilateral,
berbentuk lonjong. Benjolan bersifat hilang timbul, biasanya timbul saat beraktifitas
atau saat mengejang, dan menghilang saat berbaring, hal tersebut merupakan gejala
dari hernia reponibel. Namun pada hernia yang sudah berlangsung lama, maka
benjolan tersebut dapat menetap yang merupakan gejala dari hernia irreponibel.
Beberapa pasien juga mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar hingga ke
scrotum. Sensasi nyeri dipengaruhi oleh ukuran dari benjolan. Berdasarkan kasus
benjolan bersifat menetap, namun tidak menunjukkan adanya gejala inkarserata
maupun gejala strangulate, hal tersebut diketahui melalui anamnesis bahwa BAB
pasien lancar (tadi pagi), masih bisa kentut, serta pasien tidak mengeluh nyeri perut
hebat, perut kembung, dan tidak mengeluh demam. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dari gejala yang ditemukan pada pasien mengarah ke hernia ingunalis lateralis
irreponibel. 1,2,3
Pada pemeriksaan fisik diperoleh hasil status present masih dalam batas
normal, pemeriksaan abdomen juga dalam batas normal. Namun pada status lokalis
region inguinal dekstra tampak 1 buah massa berbentk lonjong, berukuran 4cm x
3cm, warna sesuai dengan warna kulit normal. Benjolan berada diatas ligamentum
inguinal. Pada auskultasi terdengar bising usus. Dan saat palpasi pasien merasa nyeri,
benjolan mobile di kulit terfiksir didasar, serta benjolan tidak dapat direposisi.
Pemeriksaan tambahan seperti finger test, thumb test, dan ziemann test tidak dapat
dilakukan karena benjolan tidak dapat direposisi. Sehingga dari dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari hasil pemeriksaan fisik tersebut mendukung diagnosis hernia
lateralis irreponibel dekstra.
Berdasarkan kasus pasien diagnosis banding dengan hernia inguinalis
medialis irreponibel dextra. Cara membedakan antara HIM dan HIL adalah HIM
biasanya terjadi pada usia tua, dan berhubungan dengan melemahnya kekuatan otot-
otot dinding abdomen, bejolan biasanya bilateral, dari pemeriksaan fisik tampak
benjolan berbentuk bulat karena hernia berjalan langsung ke ventral melalui anulus
inguinalis subcutaneous. Diagnosis banding kedua adalah limfadenitis inguinal
dextra, cara membedakannya dengan HIL adalah pada limfadenitis disertai dengan

22
infeksi pada kaki yang unilateral. Diagnosis banding ketiga adalah lipoma inguinal
dextra, cara membedakannya dengan HIL adalah pada palapasi lipoma mobile
dikulit dan mobil didasar, serta pada auskultasi pada benjolan tidak terdengar bising
usus.5,6
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien adalah dikonsulkan dengan
dokter bedah, pasien di rawat inap, diberikan terapi cairan intravena ringer laktat 28
TPM, antibiotik intravena cefotaxime 3x1 gr, pasien dipuasakan, direncanakan
herniotomi dan herniorafi besok pagi. Sehingga hal tersebut sudah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa tatalaksana non bedah adalah mencari dan
memperbaiki faktor yang menimbulkan hernia, medikamentosa simtomatis seperti
pemberian analgesik. Pada kasus pasien tidak merasa nyeri, sehingga tidak perlu
diberikan analgetik. Kemuadian tatalaksana definitive hernia menurut teori adalah
dengan operasi. Pada hernia reponibel dan ireponibel dilakukan elektif, sedangkan
bila sudah terjadi proses inkarserasi dan strangulasi tindakan bedah harus dilakukan
segera. Tindakan bedah yang dilakukan adalah herniotomi dan herniorafi. Pada
bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan
pemasangan mesh, basini plasty, atau teknik lain untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguialis. Pada bedah darurat, cincin hernia dicari dan dipotong,
usus yang terjepit dilihat, apabila vital, dikembalikan ke rongga perut sedangkan bila
tidak dilakukan reseksi dan anastomosis. Prognosis pasien adalah baik karena belum
terjadi strangulasi dan inkarserasi.1,7

23
BAB IV
SIMPULAN

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis interna yang
terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menelusuri kanalis inguinalis, dan
keluar di anulus eksternal di atas krista pubis dengan diselubungi kantong korda.
Kanalis inguinalis normal pada fetus karena pada bulan ke 8 kehamilan terjadi
desensus testis menarik peritoneum ke dalam skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum kedaerah skrotum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi
yang sudah lahir biasanya prosesus mengalami obliterasi, bila tidak maka hal
tersebut yang dapat menyebabkan hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang
dewasa, kanal telah menutup namun karena lokus minorus resisten, sehinga pada
peningkatan tekanan intraabdomen menyebabkan kanal terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateral akuisita. Gejala klinis bervariasi dari asimptomatis hingga
mengancam jiwa seperti pada hernia inkarserata dan strangulata. Biasanya pasien
engeluh adanya benjolan diselagkangan yang bisa mengecil atau menghilang dan
timbul saat mengejan. Nyeri dapat dirasakan apabila telah terjadi komplikasi.
Diagnosis diperoleh berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Tatalaksana untuk hernia dibagi menjadi 2 yaitu bedah dan non bedah.
Tatalaksana bedah adalah dengan herniotomi dan herniorafi. Sedangkan terapi non
bedah adalah dengan mengurangi simptomatis pasien.
Pasien didiagnosis dengan hernia inguinalis lateralis dekstra ireponibel. Hal
tersebut diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang mendukung. Diagnosis tersebut sudah sesuai dengan teori. Pada kasus
penyebab hernia inguinalis lateralis kanan pada pasien adalah karena kelainan
kongenital. Hal tersebut diketahui saat dilakukannya oprasi, pasien juga diketahui
mengalami undesensus testis kanan. serta tampak prosesus vaginalis kanan tidak
mengalami obliterasi, sehingga masih terdapat hubungan antara rongga peritoneum
dan skrotum. Hal tersebut juga diperberat dengan kebiasaan mengankat benda berat
dan kebiasaan merokok. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien sudah sesuai
teori, yaitu dilakukan herniotomi dan herniorafi. Prognosis pasien baik, pasien dapat
sembuh dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, et al. Buku Ajar Ilmu Bedah.(Edisi 4). Jakarta: EGC, 2017.
640-652.
2. Rawis CG, Limpeleh HP, Wowiling PAV. Pola Hernia Inguinalis Lateralis
di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014.
Jurnal e-Clinic. 2015 Mei-Agustus; 3(2):695-699.
3. Onuigbo WIB, Njeze GE. Inguinal Hernia. A Review. Journal of Surgery and
Operative Care. 2016 Jan 25; 1(2):2455-7617.
4. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran
(Edisi 4). Jakarta: Media Aesculapius, 2014. 219-221.
5. Leblanc KE, Leblanc LL, Leblanc KA. Inguinal Hernias: Diagnosis and
Management. American Academy of Family Physicians. 2013; 87(12):844-
848.
6. Miller J, Cho J, Michael MJ, Saouaf R, Towfigh S. Role of Imaging in The
Diagnosis of Occult Hernias. JAMA Surg. 2014; 149: 1077–80.
7. Berger D. Evidence-Based Hernia Treatment in Adults. Deutsches Arzteblatt
International. 2016; 113: 150–8.

25

Anda mungkin juga menyukai