Anda di halaman 1dari 12

Article Review

MUTASI GEN P53 PADA KARSINOMA KOLOREKTAL

Oleh :

dr. Made Agus Praktyasa, S.ked

NIM : 1971021008

PPDS Ilmu Bedah Umum

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH

DENPASAR

2019
Article Review

MUTASI GEN P53 PADA KARSINOMA KOLOREKTAL

Nama : Made Agus Praktyasa

Program Studi : Ilmu Bedah

NIM : 1971021008

Abstrak

Karsinoma kolorektal merupakan penyakit keganasan yang menduduki peringkat nomor

tiga di dunia. Sebagian besar kanker kolorektal berjenis adenokarsinoma, yaitu sekitar

85-90%. Terdapat banyak mutasi gen yang berperan dalam penyakit kanker kolorektal,

salah satunya adalah mutasi dari gen p53. Protein p53 dikode oleh gen TP53, dimana

secara normal p53 berfungsi untuk mengatur dan menjaga siklus sel. P53 akan

memberikan respon terhadap stress selluler, baik dengan cara menghentikan

pembelahan sel atau dengan menginduksi apoptosis sel. Mutasi gen p53 akan mengacu

pada kondisi malignancy, keadaan ini hampir 100% terjadi pada kasus karsinoma. P53

yang telah bermutasi akan mempromosikan tumor secara aktif, melawan fungsi p53

normal. Mutasi p53 memiliki mekanisme gain-of-function (GOF). Inaktivasi p53 adalah

jalur kunci genetik nomor dua, dan dikaitkan dengan transisi adenoma menjadi

karsinoma invasif.

Kata Kunci : Karsinoma kolorektal, Adenokarsinoma, Mutasi gen p53, GOF.


Abstract

Colorectal carcinoma is the third most common malignant disease in the world.

Adenocarcinoma is the most often type of colorectal cancers, which is about 85-90%.

There are many gene mutations that play role in colorectal cancer, one of which is a

mutation of p53 gene. The p53 protein is encoded by the TP53 gene, which function

normally to regulate and maintain the cell cycle. P53 will respond to cellular stress,

either by stopping cell division or by inducing cell apoptosis. P53 gene mutation will

refer to the condition of malignancy, this condition is almost 100% occur in carcinoma

cases. P53 which has mutated will actively promote tumors to against normal p53. The

p53 mutation has a gain-of-function (GOF) mechanism. Inactivation of p53 is the

second key genetic pathway, and is associated with the transition from adenoma to

invasive carcinoma.

Keywords : Carcinoma colorectal, Adenocarsinoma, Gen p53 mutatuin, GOF.


Pendahuluan

Karsinoma kolorektal adalah suatu penyakit keganasan yang terjadi pada kolon dan

rektum. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga terbanyak di dunia setelah karsinoma

payudara dan karsinoma paru.1 Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian

terbanyak kedua di Amerika Serikat. Pada tahun 2011 diestimasikan terdapat sekitar

141.210 kasus baru dan 49.380 diantaranya meninggal. 2 Selanjutnya pada tahun 2014

diestimasi terdapat 96.830 kasus baru karsinoma kolon dan 40.000 kasus baru

karsinoma rektum. Di Indonesia stimasi insiden penyakit ini sebesar 292.600 dan

mortalitasnya 214.600. Sekitar 75% karsinoma kolorektal ditemukan di rektosigmoid,

dan merupakan penyakit pada usia lanjut.3

WHO mengklasifikasikan karsinoma kolorektal menjadi tujuh, yaitu

Adenocarcinoma; Mucinus adenocarcinoma; Signet ring cell carcinoma; Squamous

adenosquamous carcinoma; Small cell carcinoma; Medullary carcinoma; dan

Undifferentiated carcinoma.3 Sebagian besar kanker kolorektal adalah adenocarcinoma

(85-90%).3 Perubahan epitel usus terjadi secara genetik, maupun epigenetik. Perubahan

genetik disebabkan oleh genomic instability dan adanya mutasi pada BRAF gene.

Akibat genomic instability, maka akan terjadilah perubahan molekuler ataupun fisiologi

dari gen APC, CTNNB1, KRAS, BRAF, SMAD4,TP53, PIK3CA, TGFBR2.4

Gen TP53 yang mengkode p53, merupakan gen yang paling sering mengalami

mutasi pada penyakit kanker. Hampir seluruh kanker menonaktifkan gen p53,

contohnya adalah kanker kolorektal.4 Protein p53 memiliki berbagai fungsi biologis,
yaitu berperan dalam pengaturan siklus sel.5 Sehingga dalam makalah ini, penulis akan

berfokus pada permasalahan mutasi gen p53 pada penyakit kanker kolorektal.

Fungsi Normal Gen P53

Sejumlah penelitian telah menunjukkan menunjukkan bahwa gen p53 menjadi faktor

transkripsi pada banyak gen dan microRNA terhadap respons stress selluler. Peran inti

dari gen p53 adalah sebagai tumor suppressor.3 Gen p53 berperan sebagai sensor

Kerusakan DNA. Terdapat sistem yang sangat canggih untuk mendeteksi DNA yang

rusak dan untuk memperbaiki gen tersebut. Ketika p53 merespons terhadap kerusakan

DNA, maka gen p53 akan menghentikan siklus sel atau menginduksi apoptosis.5 Hal

tersebut ditunjukkan pada penelitian tahun 1991, tampak bahwa induksi p53 wild-type

dapat menginduksi apoptosis pada sel leukemia. Pada penelitian, tikus yang mengalami

mutasi spesifik gen p53 tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan siklus sel,

namun masih tetap memiliki kemampuan untuk menginduksi apoptosis. Dengan

keadaan tersebut memungkinkan tikus coba secara efisien menekan untuk tumor yang

diinduksi onkogen. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi proapoptosis

gen p53 dapat memainkan peran yang lebih penting.5

Studi juga menunjukkan bahwa wild-type p53 dapat mengikat daerah promotor

gen bax dan mengatur transkripsi gen bax. Bax adalah anggota family gen Bcl-2, yang

membentuk heterodimer dengan Bcl-2. Famili protein Bcl-2 berperan penting peran

dalam apoptosis sel kanker. Misalnya, Bcl-2 mengontrol pelepasan sitokrom c di

mitokondria, sehingga mengaktifkan jalur apoptosis dengan cara mengaktifkan caspase

9. Selanjutnya Caspase 9 mengaktifkan caspase 3 yang berperan sebagai eksetor.

Keduanya caspases tersebut memainkan peran kunci dalam jalur apoptosis.5,6


CD95 ( yang disebut juga dengan Fas dan Apo-1) merupakan "reseptor

kematian"

menunjukkan peran utamanya dalam apoptosis. Dilaporkan bahwa antibodi anti-CD95

mengurangi pertumbuhan tumor xenograft sel-B manusia.5 Agen sitotoksik, seperti obat

kemoterapi, dapat menginduksi apoptosis terhadap sel yang peka terhadap obat.

Sehingga penting untuk mengklarifikasi jalur pensinyalan mana yang paling

berkontribusi terhadap apoptosis sel. Beberapa penelitian telah menunjukkan jalur

CD95 memainkan peran penting dalam apoptosis yang disebabkan oleh sitotoksik agen.

Dan juga pada sistem ini melibatkan aktivasi wild-type p53.6 Oleh karena itu, status p53

mungkin mempengaruhi kemosensitivitas melalui pensinyalan CD95.

Protein p53 tidak hanya menginduksi apoptosis tetapi juga menyebabkan

penghentian siklus sel.5 Hal tersebut ditentukan oleh jenis stres seluler. Gen p53 dapat

menginduksi penghentian siklus G1 melalui aktivasi transkripsi dari cyclin-dependent

kinase inhibitor gen p21. Gen p53 juga mengatur transisi G2 / M. Sebagai contoh, p53

dapat menghalangi sel masuk ke dalam fase mitosis dengan menghambat dari Cdc2.

Cdc2 perlu berikatan dengan cyclin B1 agar dapat berfungsi. Represi cyclin B1 dengan

p53 juga dapat menghambah siklus sel pada fase G2. Namun, siklus sel yang transien

mungkin tidak menyebabkan eradikasi tumor, karena sel dengan potensial onkogenik itu

tidak dapat diperbaiki, dan dapat melanjutkan proliferasi.6

Oleh karena itu, mekanisme lain pada penghentian siklus, mungkin

memainkan peran penting dalam menekan pertumbuhan tumor yang dimediasi oleh p53.

celluler senescence adalah penghentian siklus sel secara permanen. Tedapat

banyak laporan mengenai korelasi antara pertumbuhan tumor, gen p53, dan celluler

senescence.5 Ras onkogenik diekspresikan ke dalam sel primer manusia dan tikus
menyebabkan penghentian siklus sel. Proses ini disebabkan oleh akumulasi p53 dan

p16. Laporan ini menyiratkan bahwa penghentian siklus sel memiliki peran penting

dalam menekan pertumbuhan sel tumor.6

Gambar 1. Respon Gen P53 terhadap low stress dan high stress 6

Mutasi Gen P53

Evolusi sel normal menjadi suatu sel kanker merupakan proses yang kompleks,

disertai dengan perubahan genetik dan epigenetik ,yang akan memberi keuntungan

selektif pada sel yang mengalami perubahan. Perubahan yang mendasari tumorigenesis

adalah sel tumor didukung dengan self-sufficiency of growth signal, ketidakpekaan

terhadap antigrowth signal, kemampuan untuk menghindari apoptosis, potensi untuk

berreplikasi tak terbatas, kemampuan untuk angiogenesis, dan kemampuan menginvasi

dan bermetastasis.7 Pada tahun 1947, Isaac Berenblum dan Philippe Shubik menemukan

bahwa karsinogenesis kimia terdiri dari dua tahapan, yaitu inisiasi dan promosi. 2

dekade kemudian teori ini diperluas dengan adanya inaktivasi tumor suppressor dan

aktivasi onkogen.7,8
Meskipun terdapat keberagaman yang sangat besar dari gen yang mengalami

tumorigenesis, faktor transkripsi p53 (yang dikodekan oleh gen TP53) menonjol sebagai

kunci dari tumor suppressor dan regulator utama dari berbagai jalur pensinyalan. Peran

p53 sebagai tumor suppressor termasuk kemampuan untuk menginduksi penghentian

siklus sel, perbaikan DNA, pematangan sel, dan apoptosis. Mutasi TP53

dilaporkan terjadi pada hampir 100% pada kasus karsinoma. Pentingnya peran p53

dalam melawan perkembangan sel kanker tampak dalam sindrom Li-Fraumeni (LFS),

suatu jenis sindrom kanker langka yang terkait dengan mutasi germline TP53. Berbeda

dengan mayoritas gen tumor suppressor, seperti RB, APC, atau BRCA1, yang biasanya

tidak aktif selama perkembangan kanker oleh delesi atau pemotongan mutasi.9

Gen TP53 dalam tumor manusia sering ditemukan mengalami mutasi missense, dimana

nukleotida tunggal tersubstitusi oleh yang lain. Akibatnya, sebuah full-length

protein yang hanya mengandung satu asam amino.10 Kanker terkait mutasi TP53 adalah

sangat beragam di lokasi mereka dalam urutan pengkodean p53 dan efeknya pada

stabilitas termodinamika dari protein p53. Namun, sebagian besar mutasi

mengakibatkan hilangnya kemampuan p53 untuk mengikat DNA dengan urutan yang

spesifik dan mengaktifkan transkrips target gen kanonikal p53.7,8

Mutasi TP53 tersebar diseluruh coding ekson, dengan sebuah dominasi kuat

dalam ekson 4-9, yang menyandi domain DNA-binding protein. Berdasarkan mutasi

pada domain ini, sekitar 30% termasuk dalam 6 residu “hotspot” (residu R175, G245,

R248, R249, R273, dan R282) dan sering hampir pada seluruh jenis kanker.9

Keberadaannya residu hotspot ini dapat dijelaskan dengan kerentanan kodon tertentu

terhadap induksi karsinogen perubahan dan dengan seleksi positif dari mutasi yang

membuat sel berusaha untuk bertahan hidup.


Mutasi pada gen TP53 dapat menyebabkan mutan p53 mampu secara aktif

mempromosikan perkembangan tumor dengan beberapa cara. Pada situasi heterozigot,

dimana wildtype (WT) dan alel mutan ada, mutan p53 dapat melawan fungsi tumor

suppressor p53 WT hingga terjadi dominant negatif.9 Penonaktivan WT p53 oleh p53

mutan dalam mekanisme DN bermula dari keadaan transkripsional aktivitas WT p53

bergantung pada formasi tetramer, yang fungsi pengikatan DNA-nya diganggu oleh

mutan p53. Namun, keadaan heterozigot seperti itu sering bersifat sementara, karena

mutasi TP53 sering terjadi diikuti oleh hilangnya heterozigositas (LOH) selama

perkembangan kanker. LOH adalah sering terlihat pada tumor suppressors, di mana

pada lokus tertentu heterozigot untuk alel mutan dan alel WT akan dihapus atau

dimutasi. LOH dari lengan pendek kromosom 17 pada gen TP53, mengakibatkan

sebuah kekuatan selektif yang mendorong inaktivasi Alel WT yang tersisa, sehingga

menunjukkan bahwa aktivitas DN mutan p53 tidak cukup untuk menonaktifkan p53 WT

sepenuhnya.10

Selanjutnya, banyak bukti yang mendukung konsep bahwa mutan p53 isoform

dapat mengerahkan aktivitas onkogenik tambahan, yaitu dengan mekanisme gain-of-

function (GOF).10 Istilah ini mengacu pada akuisisi dari properti onkogenik oleh protein

mutan, dibandingkan dengan hanya inaktivasi protein. Kedua efek mekanisme DN dan

GOF mungkin memainkan peran penting dalam pemilihan mutasi missense positif di

TP53 selama tumorigenesis.11

Inaktivasi jalur p53 oleh mutasi gen TP53 merupakan jalur kunci genetik nomor

dua pada kanker colorectal. Pada sebagian besar tumor, kedua alel TP53 tidak aktif,

biasanya dengan kombinasi mutasi missense yang menonaktifkan aktivitas transkripsi

pada gen p53 dan delesi kromosom a 17p yang menghilangkan alel TP53 kedua. 11 Gen
P53 wild-type memediasi penghentian siklus sel dan checkpoint kematian sel, yang

dapat diaktifkan oleh berbagai stress selluler. 12


Tidak aktifnya TP53 sering bertepatan

dengan transisi adenoma yang besar menjadi karsinoma invasif. Pada sebagian besar

kanker kolorektal terjadi kegagalan perbaikan gen , TP53 tetap sebagai wild-type,

meskipun pada keadaan ini aktivitas jalur p53 mungkin dilemahkan oleh mutasi pada

gen BAX sebagai induktor apoptosis.11,12

Gambar 2. Jalur Genes dan Growth Factor yang mendorong progres penyakit kanker kolorektal 6

Simpulan

P53 merupakan protein yang dikodekan oleh gen TP53. Gen P53 merupakan yang

paling sering mengalami mutasi pada penyakit kanker, seperti pada adenokarsinoma

kolorektal. Secara normal protein p53 berfungsi untuk mengatur siklus sel, yaitu pada

proses apoptosis, penghentian pembelahan sel. Gen p53 menerima respon terhadap

stress seluller, yang dibagi menjadi low stress dan high stress. Kerusakan pada aktivitas

gen p53 dapat mengarahkan ke suatu kondisi malignancy. Gen TP53 sering ditemukan

mengalami mutasi missense. Mutan p53 mampu mempromosikan tumor, melawan


fungsi tumor suppressor, dan memiliki mekanisme gain-of-function (GOF). Inaktivasi

TP53 dikaitkan dengan perubahan sel adenoma menjadi karsinoma invasif pada

adenokarsinoma kolorektal.

Daftar Pustaka

1. Global cancer facts & figures 3rd ed. American cancer society. 2015 [cited 2

October 2019]. Available from:

http://www.cancer.org/acs/groups/content/@research/documents/document/

acspc-044738.pdf.

2. GLOBOCAN. Estimated cancer incidence, mortality and prevalence worldwide

in 2016. International agency for research on cancer WHO. Globocan 2016

[cited 1 October 2019]. Available from : http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_she.

3. Manuaba T. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010. Jakarta : CV

Sagung Seto, 2010. 221-46.

4. Fingerote, Robert J. Colon Cancer [internet]. Emedicine health 2017 [cited 1

October 2019]. Available from :

http://www.emedicinehealth.com/colon_cancer/article_em.htm.

5. Suzuki K, Matsubara H. Review Article : Recent advances in p53 research and

cancer treatment. Journal of Biomedicine and Biotechnology. 2013; (3): 1-7.

6. Markowitz S, Bertagnolli M. Molecular basic of colorectal cancer. The New

England Journal of Medicine. 2013; 361: 2449-60.

7. Olivier M, Hollstein M, Hainut P. Tp53 mutation in human cancer : origin,

consequences, and clinical use. Cold Spring Harbour Perspectives in Biology.

2011; (4): 1-14.


8. Rivlin N, Brosh R, Oren M, Rotter V. Mutation in p53 tumor suppressor gene:

important milestones at the various step of tumorigenesis. Departement of

Molecular Cell Biology. 2012; (4): 466-74.

9. Berg M, Danielsn S, Ahliquist T, et al. DNA Sequence profils of the colorectal

cancer critical gene set KRAS-BRAF-PIK3CA-PTEN-TP53 related to age at

disease onset. Plos One. 2013; (5): 1-7.

10. Munro AJ, Lain S, Lane DP. P53 abnormalities and outcomes in colorectal

cancer: a systematic review. British Journal of Cancer. 2011; 92(3): 434-44.

11. Smith G, Carey FA, Beattie J, Wilkie MJ, et al. Mutattions in APC, K-ras, and

p53 alternative genetic pathways to colorectal cancer. 2012; (99): 9433–8.

12. Hussain SP, Amstad P, Raja K, et al. Increased p53 mutation load in

noncancerous colon tissue from ulserative. Cold Spring Harbour Perspectives in

Biology. 2013; (4): 3333-7.

Anda mungkin juga menyukai