Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

KEBUTUHAN SPIRITUAL

Dwi Okky Fitriarko


20110660013

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2014
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Penting bagi perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatan


spiritual. Spiritualitas merupakan suatu konsep yang unik pada masing-masing
individu. Manusia adalah mahluk yang mempunyai aspek spiritual yang akhir-akhir
ini banyak perhatian dari masyarakat yang di sebut kecerdasan spiritual yang sangat
menentukan kehagiaan hidup seseorang. Perawat atau ners memahami bahwa
aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang komprehensif. Karena respon spiritual
kemungkian akan muncul pada pasien.
Sebuah isu yang sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitan
dalam membedakan antara spiritual dengan aspek-aspek yang lain dalam diri
manusia, khususnya membedakan spiritual dari religi. Selain itu perawat juga perlu
memahami perbedaan dimensi spiritual dengan dimensi psikologi, dan
memperkirakan bagaimana kebudayaan dengan spiritual saling berhubungan.

2. TUJUAN
Tujuan umum:
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar kebutuhan spiritual
Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kebutuhan spiritual
2. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara spiritual sehat – sakit
3. Mahasiswa dapat menjelaskan peran perawat dalam memenuhi kebutuhan
spiritual
4. Mahasiswa dapat menjelasskan asuhan keperawatan kebutuhan spiritual
5. Sebagai tugas perbaikan nilai mata kuliah KDM
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kebutuhan spiritual


Kebutuhan adalah suatu yang berguna & diperlukan sekali untuk
menjaga
homeostatis dalam hidup dan menjadi dorongan, tingkah laku dan sikap. Pada
dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang sama tapi ada kalanya satu
kebutuhan lebih penting bagi sseseorang dari pada kebutuhan lainnya.
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan
ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry,
2009)
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah
sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian
hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium)
sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002).
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini
termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan
harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri,
dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan
hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu
kesusahan (Hawari, 2002).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan
mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta
kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004).
Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell dalam
Hawari, 2002), yaitu :
a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-
menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah
ibadah.
b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna
hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal)
dan sesama manusia (horisontat) serta alam sekitaraya
c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari.
d. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan
hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.
e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa
ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa
seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal
adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan.
Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain
f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self
esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
g. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa
depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup
di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya
sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat
nanti.
h. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai
pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia
didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar
derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan
meningkatkan keimanannya.
i. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesame manusia.
Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan
dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu
manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam ini.
j. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilainilai
religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan sering
berkumpul dengan orang yang beriman akan mampu meningkatkan iman orang
tersebut.

B. Factor- factor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual :


a. Perkembangan
Usia perkembangan dapat menetukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual,
karena setiap tahap perkembangan memiliki cara mmeakini kepercayan terhadap
tuhan.
b. Keluarga
Seluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memnuhi kebutuhan
spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional dan selalu berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ras/Suku
Memiliki keyakinan atau kepercayaan yang berbeda, sehingga proses kebutuhan
spiritual berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki
d. Agama yang dianut
Keyakinan pada agama tertentu yang dimilki oleh seseorang dapat menetukan arti
pentingnya kebutuhan spiritual
e. Kegiatan Keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya
dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.
C. Perkembangan Spiritual

Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua


kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara
dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan
makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien untuk
mengekspresikan agama dan keyakinannya. Pemenuhan aspek spiritual pada
klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi manusia yang harus
dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi fisik,
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling
berinterksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada suatu
dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya (Carson, 2002) Perawat harus
mengetahui tahap perkembangan spiritual dari manusia, sehingga perawat
dapat memberikan asuhan keperawatan dengan tepat dalam rangka memenuhi
kebutuhan spiritual klien. Tahap perkembangan klien dimulai dari lahir sampai
klien meninggal dunia.
Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan
mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa muda,
dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa
memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan aspek
spiritual dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan,
internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi. Namun,
berikut akan dibahas pula perkembangan aspek
spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia (Carson, 2002)
Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk diperhatikan.
Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang berusia
antara 0-18 bulan, yang sedang dalam proses
tumbuh kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak
adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan,
artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Larson, 2009).
Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s dibagi dalam 4
tingkatan berdasarkan kategori umur :
a. Usia anak-anak
Tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku
yang didapat antara lain : adanya pengalaman dari interaksi dengan orang
lain, belum mempunyai pemahaman salah atau benar kepercayaan ata
keyakinan mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain.
b. Usia remaja akhir
Merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya
patisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pada perkembangan ini sudah
mulai pada keinginan untuk pencapaian kebutuhan spiritual seperti mulai
meminta atau berdoa kepada penciptanya.
c. Usia awal dewasa
Merupakan masa pencarian kepercayaan dini diawali dengan proses
pertanyaan akan keyakinan. Pada masa ini pemikiran sudah bersifat rasional
dan keyakinan sudah dikaitkan dengan hal yang rasional.
d. Usia pertengahan dewasa
Pada masa ini kepercayaan dari diri sendiri diawali dengan semakin kuat
percyaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan
keyakinan.

D. Aspek- aspek spiritual


Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai
berikut:
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan
b.Menemukan arti dan tujuan hidup
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha
Tinggi.

E. Hubungan antara Spiritual dengan sehat- sakit


Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami:
a. menuntun kebiasaan sehari-hari
praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai
contoh: ada agama yang menetapkan diet makanan yang boleh dan tidak
boleh dimakan.
b. sumber dukungan
pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima
keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan
waktu penyembuhan yang lama.
c. sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah
cobaan dari Tuhan
Kepercayaan agama tentang kesehatan
Agama/ Kepercayaan Respon Penerapan pada
Budaya terhadap terhadap kesehatan dan
pelayanan penyakit perawatan
kesehatan
Hindu Menerima ilmu Dosa masa Waktu untuk doa,
medis terkini lalu jimat, ritual, simbol
menyebabkan
penyakit
Shikhism Menerima ilmu Wanita Waktu untuk doa,
medis terkini diperiksa jimat, ritual, simbol
wanita
Melepaskan
pakaian dalam
merupakan
tekanan
Buddha Menerima ilmu Menolak
medis terkini pengobatan
pada hari suci
Roh non
manusia yang
menyerang
manusia
menyebabkan
penyakit

Islam Harus dapat Menggunakan Kesehatan dan


mempraktikkan kepercayaan spiritual saling
5 hukum islam penyembuhan berhubungan
Terkadang Tidak Tidak
memiliki melakukan mempertimbangkan
pandangan eutanasia transplantasi organ
kesehatan yang
salah
Yahudi Mempercayai Eutanasiaa Percaya penting
kesucian hidup dilarang hidup sehat
Ibadah hari
sabath, menolak
pengobatan hari
sabath
Kristiani Menerima ilmu Menggunakan Mendukung donor
medis terkini doa, kuas organ
penyembuhan

F. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual


Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan
fungsi pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan,
pengelolaan institusi keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan
masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan (Gaffar, 1999).
Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan
menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh utama
tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak menerima
atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan sampai muncul klien
tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya tanggung jawab
seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu klien dalam
menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan tanpa bantuan.
Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan klien, diantaranya : Menciptakan rasa
kekeluargaan dengan klien, berusaha mengerti maksud klien, berusaha untuk
selalu peka terhadap ekspresi non verbal, berusaha mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya, berusaha mengenal dan menghargai klien.
Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24
jam sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia sangat berperan dalam
membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Menurut Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual
memerlukan hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-
satunya petugas kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam
maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual
pasien. Kebutuhan spiritual klien sering ditemui oleh perawat dalam
menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn keperawatan.
Hal ini perawat menjadi contoh peran spiritual bagi klienya. Perawat harus
mempunyai pegangan tentang keyakianan spiritual yang memenuhi
kebutuhanya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai, dan
berhubungan serta pengampunan (Hamid, 2000).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri
dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik,
koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan
sebagai berikut (Hidayat, 2008):
a) Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang sesuai
dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.
b) Peran Sebagai Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas
peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
c) Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan.
d) Peran Koordinator
Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
e) Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk pelayanan
selanjutnya.
f) Peran Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
g) Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
G. Asuhan kebutuhan dasar Spiritual
A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif.


Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk
individu yang berbeda pula (Mcsherry dan ross, 2002)
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah;
1) Alifiasi nilai
a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif
atau tidak
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2) Keyakinan agama dan spiritual
a. Praktik kesehatan: diet, mencari dan menerima ritual atau upacara
agama
b. Strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
a. Tujuan dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan arti pemeliharaan
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress spiritual
2. Koping inefektif
3. Ansietas
C. PERENCANAAN

1. Distress spiritual b.d anxietas


Definisi: gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek
dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC:
a. Menunjukkan harapan
b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual:
a) Berarti adlam hidup
b) Pandangan tentang spiritual
c) Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
d) Berdoa atau beribadah
e) Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
f) Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan
kenyataan
c. Klien tenang
NIC :
1. Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
2. Tentukan konsep ketuhanan klien
3. Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
4. Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan
5. Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik
keagamaan
6. Kolaborasi dengan pastoral

2. Koping inefektif b.d krisis situasi


Definisi: ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor,
pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau
ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia
NOC:
1. Koping efektif
2. Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
3. Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku
kompulsif
4. Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan
menggunakan informasi
NIC:
1) Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya
2) Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
3) Peningkatan koping:
a. nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
b. nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
c. evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
d. Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
e. Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
4) Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung pemberian
pelayanan kesehatan

D. INTERVENSI
Intervensi Dalam Kesehatan Spiritual:
Tehnik dalam kesehatan spiritual adalah dengan tehnik meditasi
Tehnik Meditasi:
Tujuan: klien dapat mengungkapkan perasaan relaksasi dan trandensi diri
setelah meditasi
Strategi pengajaran:
1. Berikan informasi singkat mengenai pengajaran / cara meditasi
2. Bantu klien mengidentifikasi ruangan dalam rumah yang tenang dan
mempunyai gangguan minimal
3. Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat
mengganggu meditasi
4. Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang nyaman
dengan punggung lurus; bernafas perlahan; dan fokus pada suara, doa atau
gambar
5. Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit dua kali
sehari
6. Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan

E. PELAKSANAAN

Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan

F. EVALUASI

Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan secaara umum tujuan
tercapai apabila klien ( Achir Yani, 1999):
1. Mampu beristirahat dengan tenang
2. Menyatakan penerimaan keputusan moral
3. Mengekspresikan rasa damai
4. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
6. Menunjukkan prilaku lebih positif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah
konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan
aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki
dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan
mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.
Gabungan antara meditasi dengan diet terapi maka efek pada penyakit itu
sendiri akan lebih cepat sembuh dan hati pun menjadi lebih tenang.

2. Saran
Kebutuhan spiritual sangatlah penting untuk dipelajari sekaligus di aplikasikan
pada masyarakat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga
penyusunan makalah berikutnya lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions Clasification (NIC),


Mosby: St. Louis, Missouri
Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC:
Jakarta
Hamid, A, Y., 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya medika:
Jakarta
Nurjanah, I, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia:
Yogyakarta
Nurjanah, I, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia: Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification 2007-2008,
Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2010, EGC:
Jakarta
Potter, P. A., Perry, A. G., 1999, Fundamental Keperawatan, Salemba medika: Jakarta
Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes Clasification (NOC),
Mosby: St. Louis, Missouri
Taylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011, Fundamental of Nursing The art and Sience of Nursing
Care, lippincott

Anda mungkin juga menyukai