AKUT
(ISPA)
Disusun Oleh :
Anita Indahniati
160210004
2018
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan dari
semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan seksama.
Makalah mengenai “INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)” ini disusun dengan
sistematis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Komunitas, Program Studi Ilmu
Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten.
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi
maupun teknis penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan
pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaanya. Semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat untuk rekan-rekan yang membaca terkait penyakit ISPA.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................. 5
2.6 Tanda dan Gejala Klinis dari Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (
ISPA ) ...........................................................................................................................12
PENUTUP .......................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi
menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi
saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis,
tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada
bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran
napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan
infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak
terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya
yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.
1
hilangnya hari kerja ataupun hari sekolah, bahkan berakibat kematian
(khususnya pneumonia).
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ?
2. Bagaimana Epidemiologi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) ?
3. Bagaimana patofisiologis dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) ?
4. Apa saja klasifikasi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) ?
5. Bagaimana etiologi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) ?
6. Apa saja tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ?
7. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) ?
8. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ?
9. Apa saja pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ?
10. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ?
3
6. Mengetahui tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
7. Mengetahui cara mendiagnosis penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA)
8. Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)
9. Mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
10. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003). Jadi disimpulkan
bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap
bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang
berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
ISPA adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun riketsia.
Bakteri-bakteri yang paling sering terlibat adalah Streptococcus grup A,
Pneumococcus-pneumococcus, H.influenza yang terutama dijumpai pada anak-anak
kecil. Virus influensa merupakan penyebab tersering dari penyakit saluran pernafasan
pada anak-anak dan dewasa. Pada usia lima tahun atau lebih, 90 % anak-anak telah
mengalami infeksi oleh virus influensa. Pada bayi dan anak-anak virus tersebut
bertanggungjawab atas terjadinya penyakit (Nelson, 1995).
5
ISPA merupakan penyakit yang penting untuk diketahui oleh ibu-ibu, karena
merupakan penyakit yang tingkat kejadiannya sangat tinggi. Menurut survei kesehatan
rumah tangga Indonesia pada tahun 1992 dan tahun 1995, persentase kematian bayi
akibat ISPA masing-masing adalah 36,4% dan 29,5% Angka kematian bayi akibat
ISPA adalah 3 per 100 balita (Anonim, 1995).
Ada banyak salah informasi berkenaan dengan infeksi saluran pernafasan akut
sehingga menimbulkan beberapa masalah penting, pertama sebagian besar ISPA tidak
diperhatikan, akibatnya penderita mendapatkan pengobatan yang tidak diperlukan dan
dengan antibiotik menambah biaya pengobatan, kedua sering terlupakan bahwa
faringitis, tonsilitis akut adalah infeksi saluran pernafasan akut paling penting dan
harus diobati dengan antibiotik yang memadai, dan yang ketiga dokter sering tidak
memperhatikan kenyataan bahwa tidak mungkin membedakan secara meyakinkan
antara ISPA karena virus atau karena bakteri atas dasar klinis saja. Untuk
membedakan kedua penyebab tersebut diperlukan uji diagnostik sederhana seperti
biakan tenggorok. Uji diagnostik diperlukan untuk menanggulangi suatu bakteri yang
secara keliru dinyatakan sebagai penyebab infeksi (Shulman dkk, 1994).
6
diberikan sebelum penyakit berkembang lebih lanjut. Disamping itu perlu antibiotika
yang sesuai dengan penyakit (Cherniack, 1998).
Antibiotika merupakan obat anti infeksi yang secara drastis telah menurunkan
morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit infeksi, sehingga penggunaannya
meningkat tajam. Hasil survei menunjukkan bahwa kira-kira 30% dari seluruh
penderita yang dirawat di rumah sakit memperoleh satu atau lebih terapi antibiotik,
dan berbagai penyakit infeksi yang fatal telah berhasil diobati. Sejalan dengan itu
antibiotika menjadi obat yang paling sering disalahgunakan, sehingga akan
meningkatkan resiko efek samping obat, resistensi dan biaya (Sastramihardja S dan
Herry S, 1997).
7
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan
yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya
infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat
infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri- bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas
seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan
batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor
seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa
dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980). Virus yang menyerang saluran
nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat
menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell,
1980).
8
jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas
berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan
IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat
berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat
tahap, yaitu:
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
9
4. Stridor
5. Wheezing
6. Demam / dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke
dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
2) Pneumonia Sedang
1. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan
sesak.
2. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C dan bila
bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
3. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,nafsu makan
menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
10
2.5 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu
penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan
aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak.
Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga
banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari
bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon,
Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan
(Depkes RI, 2002).
11
dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana
pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.
2.6 Tanda dan Gejala Klinis dari Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema
mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur
fungsi siliare (Muttaqin, 2008). Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain
demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah),
photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas),
dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia
(kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat
pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003).
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada
waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau
lebih. Cara menghitung pernafasan ialah
12
dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk
menghitung dapat digunakan arloji.
13
2.7 Pencegahan Penyakit ISPA
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada
anak antara lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai
penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau
orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
5. Ventilasi rumah cukup
6. Membiasakan memakai masker saat berkendara agar terhindar dari polusi
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap
bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang
berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
Tahap prepatogenesis, Tahap inkubasi, Tahap dini penyakit, Tahap lanjut penyakit,
dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis,
menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.
15
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI adalah ISPA ringan, ISPA sedang, dan
ISPA berat. Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing,
malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia
(takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea
(kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang
oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan
dan mengakibatkan kematian.
16
antihistamin (chlorpheniramin), golongan obat steroid (dexamthasone,
prednisone).
Selain itu terapi non farmakologik yang dapat dilakukan seorang ibu untuk
mengatasi anaknya yang menderita ISPA antara lain mengatasi panas (demam)
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, mengatasi batuk dengan
obat batuk yang aman, pemberian makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian
ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan, pemberian minuman dengan
pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada
anak antara lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh
terhadap penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah
memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota
keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
5. Ventilasi rumah cukup
6. Membiasakan memakai masker saat berkendara agar terhindar dari polusi
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para
pembaca dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang
terpercaya dan dapat di pertanggungjawabkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009. Drug
Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists Association
Comparison
Bertram G.Katzung. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik. 12th ed. Jakarta: EGC Gunawan,
Gan Sulistia. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen. Jakarta: Farmakologi dan
Terapeutik
Tatro, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparison
18