ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 22 Juni 2018 pukul 09.30 WIB di Poli
Umum Puskesmas Leksono 2
Keluhan utama : Nyeri perut
Lokasi : Ulu hati
Onset & kronologis : ± 2 hari sebelum datang ke Puskesmas, pasien
mengeluh nyeri perut bagian ulu hati. Nyeri dirasakan perih. Selain itu
pasien juga merasa Mual (+), Muntah sebanyak 7 kali berisi makanan yang
dimakan. Pasien masih bias kentut, BAK dan BAB tidak ada
keluhan..Pasien juga merasa badan nya panas sudah 2 hari, Panas tinggi,
menggigil (-), pasien belum minum obat apapun. Keluhan dirasakan
hingga pasien tidak dapat bersekolah dan semakin hari semakin memberat.
Kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke Puskesmas.
Kualitas : Sesak membuat pasien tidak dapat beraktivitas.
Kuantitas : Nyeri dirasakan terus menerus sepanjang hari.
Faktor memperberat : tidak ada
Faktor memperingan : Istirahat dan posisi membungkuk
Gejala Penyerta : Demam (+), Mual (+), Muntah (+), nyeri kepala, perut
membesar (-), kuning(-), BAK (+) tidak ada keluhan, tidak nyeri, warna
kuning jernih. BAB (+) lancar tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit maag (-)
- Riwayat sakit kuning (-)
- Riwayat sering jajan sembarangn (+)
- Riwayat meminum alkohol disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat sakit kuning dalam keluarga disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien merupakan seorang belajar kelas VIII SMP. Biaya pengobatan
menggunakan BPJS.
Kesan : sosial ekonomi cukup.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 22 Juni 2018
Keadaan umum : Tampak nyeri sedang VAS : 5
Kesadaran : Compos mentis GCS E4M6V5=15
Tanda vital :
TD : 100/80 mmHg
N : 90 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/menit, kussmaul (-)
t : 38°C (axiller)
Kepala : Turgor dahi cukup, allopesia (-)
Kulit : Turgor kulit cukup, tidak pucat
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), edema palpebra (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Telinga : Discharge (-/-)
Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir pucat (-), bibir sianosis (-), pursed lip breathing (-)
Leher : Trakea di tengah, pembesaran nnll coli (-)
Thorax
Cor
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi suprasternal (-), retrak
si intercostal (-), retraksi epigastric (-), ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI linea axilaris anterior sinistra, kuat
angkat (-), thrill (-), sternal lift (-)
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas kiri : SIC VI linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, bising sistolik (-)
Pulmo depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus dextra = sinistra
stem fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler +/+, ST -/- di kedua lapang paru
SIC V ke bawah :SD vesikuler pada kedua lapang paru, ST -
/- kedua lapang paru.
Pulmo Belakang
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus dextra = sinistra
stem fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : SD vesikuler +/+, ST -/- di kedua lapang paru
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area traube
timpani, nyeri ketok costovertebra angle (-)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tak teraba , nyeri tekan (+) epigastrium
Psoas sign (-), Obturator sign (-), Rovsing sign (-), Reborn tenderness (-)
DIAGNOSIS
Abdominal pain dd/ Gastritis
Appendisitis
Hepatitis
GEA
Perencanaan dan Untuk pasien yang dicurigai Apendisitis :
Pemilihan Intervensi
Puasakan
Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk
mengurangi gejala
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan
menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia reproduksi.
Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang
membutuhkan Laparotomy
B. Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai
sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen
dan suspekApendisitis akut. Laparoscopickemungkinan sangat berguna
untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah.
Membedakan penyakit akut ginekologi dari Apendisitis akut sangat
mudah dengan menggunakan laparoskop.
Pelaksanaan Pasien di terapi menggunakan obat-obatan yang tersedia di Puskesmas
yaitu:
- Ranitidin 150 mg 2x1 sebelum makan
- Hyoscine-N-butylbromide 2x1
- Domperidone 3 x 1 cth
- Paracetamol 3x1
Edukasi yang diberikan, antara lain:
- Menjelaskan tentang penyakit yang diderita oleh pasien.
Monitoring dan Pada tanggal 5 Juli 2018 pasien datang ke Puskesmas untuk kontrol luka
Evaluasi
operasi. ±2 hari setelah memeriksakan diri ke Puskesmas, pasien meraskan
nyeri perut yang sangat hebat kemudian oleh keluarga di bawa ke IGD
RSUD Setjonegoro, dikatakan pasien mengalami usus buntu dan akan
dilakukan tindakan operasi.
S : Kontrol luka post operasi APP. Pasien operasi APP tanggal 26 Juni
2018.
O : Luka kering, jahitan (+), pus (-), darah (-), rembes (-), nyeri luka
operasi (+)
A : Post op APP
P : Lanjutkan terapi dari RS
23 Juli 2018
S : Nyeri luka operasi. Nanah (-), Nyeri kepala (+) cekot-cekot, Mual (+),
Muntah (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan, Demam (+) semlenget
O : abdomen supel, BU (+) Normal, Nyeri tekan (-). Luka operasi kering,
pus (-), darah (-).
A : Observasi abdominal pain dd/ Gastritis
P : Paracetamol 3x500 mg
Ranitidin 2x150 mg
Vitamin B6 3x1
Pada 16 Agustus 2018 pasien kembali datang ke Puskesmas dan
mengatakan telah menjalani operasi yang kedua karena adanya
perlengketan usus.
S : Kontrol luka post operasi perlengketan usus. Operasi tanggal 6 Agustus
2018. ±2 hari sebelum masuk Rumah sakit, pasien mengalami nyeri perut
yang sangat hebat, kemudian dibawa ke IGD RSUD Setjonegoro dan
dikatakan terjadi perlengketan usus sehigga akan dilakukan tindakan
operasi kembali
O : status lokalis : luka jahitan baik, kering, pus (-), darah (-), rembes (-)
A : Post op Adhesi
P : Rawat luka
Lanjutkan terapi dari RS
Evaluasi
Pada tanggal 22 Juni 2018, pemeriksa mendiagnosis gastritis dikarenakan
dari hasil anamnesis terdapat nyeri ulu hati yang lebih dominan. Pada APP
fase awal, nyeri yang dirasakan adaah nyeri ulu hati yang kemudian akan
menjadi nyeri pada abdomen kanan bawah (Migratory pain), hal ini masih
dapat menjadi differential diagnosis ketika terdapat pasien dengan nyeri
ulu hati. Namun tanda demam dapat mengarah ke salah satu gejala APP.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya tanda khas APP
yaitu Rovsing sign, Obturator sign, Psoas sign dan reborn tenderness.
Selain itu pemeriksa tidak dapat menghitung skor Alvarado dikarenakan
tidak dapat melakukan pemeriksaan laboratorium.