Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Sekelompok orang berkemah dalam sebuah acara di puncak musim panas. Mereka
menetap di sebuah trailer sewaan di lapangan terbuka yang berdekatan dengan pekemah lainnya.
Terdapat Generator portabel sewaan yang memberi tenaga AC. Awalnya generator disediakan
dalam jarak yang cukup jauh dari trailer, namun pada dini hari generator dipindahkan langsung
di samping trailer. Keesokan paginya, semua di dalamnya ditemukan tewas. Gas CO hasil
pembakaran dari mesin generator masuk ke dalam trailer melalui jendela kecil yang terletak di
samping generator dan tidak tertutup rapat. Hasil dari pemeriksaan tercatat bahwa laporan
otopsi menunjukkan konsentrasi COHB postmortem setinggi 68%., yang merupakan tingkat
karbon monoksida 100% mematikan. Kenaikkan konsentrasi CO mencapai 300 ppm pada saat
alarm detector CO pada trailer berbunyi bahkan jauh diatasnya setelah itu. Para korban tidak
bisa mendengar alarm detector dari adanya CO akibat suara generator yang cukup keras.
Sehingga para korban teracuni gas CO dari generator.

Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang
dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang berbahan dasar karbon
seperti kayu, batu bara, bahan bakar minyak dan zat-zat organik lainnya. Setiap korban kebakaran
api harus dicurigai adanya intoksikasi gas CO. Sekitar 50% kematian akibat luka bakar
berhubungan dengan trauma inhalasi dan hipoksia dini menjadi penyebab kematian lebih dari 50%
kasus trauma inhalasi. Intoksikasi gas CO merupakan akibat yang serius dari kasus inhalasi asap
dan diperkirakan lebih dari 80% penyebab kefatalan yang disebabkan oleh trauma inhalasi (Kao
dan Kristine, 2004).
Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas transportasi oksigen
dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di tingkat seluler. Karbonmonoksida
mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh, organ yang paling terganggu adalah yang
mengkonsumsi oksigen dalam jumlah besar, seperti otak dan jantung.(Margaret, 2003)

Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh gangguan
transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang menyebabkan anemia
relatif karena CO mengikat hemoglobn 230-270 kali lebih kuat daripada oksigen. Kadar HbCO
16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis. CO yang terikat hemoglobin menyebabkan
ketersediaan oksigen untuk jaringan menurun.CO mengikat myoglobin jantung lebih kuat daripada
mengikat hemoglobin yang menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang menyebabkan
hipoksia jaringan.Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCO yang menyebabkan
kegagalanrespirasi di tingkat seluler.( Thorn, dkk, 1999)

Louise W Kao, Kristine A Nanagas.2004. Carbon Monoxide Poisoning. Emerg

MedClin N Arn22.

Eugene N.Bruce, Margaret C- A. 2003. Multicompanement model of

cartoxyhemoglobin and carboxymyoglobin responses to inhalation of carbon

monoxide. J Appl Physiol

Stephen R Thom, Donald Fisher, Y Anne Xu, Sarah Garner, and Harry

Lschiropoulos. 1999. Role of nitric oxide-derived oxidants in vascular injury from

carbon monoxide in the rat. Am J of Physiol..

Anda mungkin juga menyukai