TINJAUAN PUSTAKA
Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja kader dalam
melaksanakan program CMHN di Desa Siaga Sehat Jiwa. Penilaian kader meliputi penilaian
selama pelatihan di kelas (pre dan post test) serta penilaian penampilan di lapangan.
c. Target :
Anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok
umur yaitu : anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
d. Aktivitas :
1) Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program
sosialisasi, manejemen stres, persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang
dilakukan :
a) Pendidikan kesehatan orang tua
b) Pendidikan menjadi orang tua
c) Perkembangan anak sesuai dengan usia
d) Membantu dan menstimulasiperkembangan
e) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
2) Program dukungan sosial pada anak yatim piatu, kehilangan pasangan, kehilangan
pekerjaan, kehilangan rumah atau tempat tinggal. Kegiatan yang dilakukan :
a) Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan
b) Menggerakan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi anak
yatim
c) Melatih ketrampilan sesuai keahlian masing-masing untuk mendapatkan
pekerjaan.
d) Program penccegahan penyalahgunaan obat
e) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress
f) Latihan asertif yaitu mengungkapkan perasaan tanpamenyakiti orang lain
g) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri
sendiri.
3) Program pencegahan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan :
a) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tanda-tanda bunuh diri
b) Melatih ketrampilan koping yang adaptif.
4) Cara mengatasi stress:
a) stress pekerjaan,
b) stress pasca bencana,
c) stress pendidikan,
d) stress perkawinan.
2. Pencegahan Sekunder
a. Fokus :
Deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera.
b. Tujuan :
Menurunkan kejadian gangguan jiwa.
c. Target :
Anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah
psikososial dan gangguan jiwa.
d. Aktivitas :
1) Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lainnya, penemuan langsung.
2) Melakukan penjaringan kasus dengan pengkajian.
3) Memberikan pengobatan yang cepat terhadap kasus yang baru ditemukan.
4) Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan klien ditempat yang aman
melakukan terapi modalitas.
3. Pencegahan tersier
a. Fokus :
Peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa.
b. Tujuan :
Mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.
c. Target :
Anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
d. Aktivitas :
1) Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat
seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga, teman dekat, tokoh
masyarakat), pelayananan terdekat yang terjangkau masyarakat.
2) Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri.
Fokus pada kekuatan dan kemampuan klien dan keluarga dengan cara :
a) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.
b) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat.
c) Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan oleh
klien, keluarga dan masyarakat.
3) Program sosialisasi. Kegiatan :
a) Membuat tempat pertemuan sosialisasi
b) Mengembangkan ketrampilan hidup: ADL, mengembangkan hobi dan
mengelola rumah tangga.
c) Program rekreasi seperti jalan sehat bersama, nonton TV Bersama, berlibur.
d) Kegiatan sosial dan keagamaan, contoh arisan, pengajian, kerja bakti.
4) Program mencegah stigma.
Stigma adalah anggapan yang keliru dari masyarakat tentang klien gangguan jiwa,
sehingga perlu tindakan untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap klien
gangguan jiwa, Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:
a) Melakukan pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa,
sikap dan perilaku menghargai klien gangguan jiwa.
b) Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam
rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa.