Jendral Sudirman merupakan sosok pahlawan nasional. Beliau lahir pada tanggal 24
Januari pada tahun 1916 di kota Purbalingga, tepatnya di Dukuh Rembang. Beliau lahir
dari sosok ayah yang bernama Karsid Kartowirodji, danseorang ibu yang bernama Siyem.
Ayah dari Sudirman ini merupakan seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor,
Banyumas, dan ibunya merupakan keturunan Wedana Rembang. Jendral Sudirman
dirawat oleh Raden Tjokrosoenarjo dan istrinya yang bernama Toeridowati.
Pada tanggal 29 Januari 1950 pukul 18.30 Soedirman wafat di Magelang; kabar duka
ini dilaporkan dalam sebuah siaran khusus di RRI. Setelah berita kematiannya disiarkan,
rumah keluarga Soedirman dipadati oleh para pelayat, termasuk semua anggota Brigade
ke-9 yang bertugas di lingkungan tersebut. Keesokan harinya, jenazah Soedirman dibawa ke
Yogyakarta, diiringi oleh konvoi pemakaman yang dipimpin oleh empat tank dan delapan
puluh kendaraan bermotor, dan ribuan warga yang berdiri di sisi jalan. Konvoi tersebut
diselenggarakan oleh anggota Brigade ke-9.
Pada pada sore harinya jenazah Soedirman disemayamkan di Masjid Gedhe Kauman,
yang dihadiri oleh sejumlah elit militer dan politik Indonesia maupun asing, termasuk
Perdana Menteri Abdul Halim, Menteri Pertahanan Hamengkubuwono IX, Menteri
Kesehatan Johannes Leimena, Menteri Keadilan Abdoel Gaffar Pringgodigdo, Menteri
Informasi Arnold Mononutu, Kepala Staff TNI AU Soerjadi Soerjadarma, Kolonel Paku
Alam VIII, dan Soeharto. Upacara ini ditutup dengan prosesi hormat 24 senjata. Jenazah
Soedirman kemudian dibawa ke Taman Makam Pahlawan Semaki dengan berjalan
kaki, sementara kerumunan pelayat sepanjang 2 kilometer (1.2 mil) mengiringi di belakang.
Ia dikebumikan di sebelah Oerip setelah prosesi hormat senjata. Istrinya menuangkan
tanah pertama ke makamnya, lalu diikuti oleh para menteri. Pemerintah pusat
memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung di seluruh
negeri, dan Soedirman dipromosikan menjadi jenderal penuh. Djenderal Major Tahi Bonar
Simatupang terpilih sebagai pemimpin angkatan perang yang baru. Memoar Soedirman
diterbitkan pada tahun itu, dan rangkaian pidato-pidatonya juga diterbitkan pada tahun 1970.
Soedirman wafat pada 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun, kurang lebih satu bulan
setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Pada 10 Desember 1964, Soedirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
melalui Keputusan Presiden No. 314 Tahun 1964. Oerip juga dinyatakan sebagai
Pahlawan Nasional oleh keputusan yang sama. Soedirman dipromosikan menjadi
Jenderal Besar pada tahun 1997. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas)
Sudirman dikenal oleh orang-orang disekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada
prinsip dan keyakinan, dan dia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan
bangsa di bandingkan kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Jendral
Sudirman dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan pada tahun 1997, ia
mendapatkan gelar sebagai Jenderal besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang
hanya dimiliki oleh beberapa Jenderal Republik Indonesia sampai sekarang.P