Sarana dan prasarana untuk menunjang Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi sarana yang memiliki fungsi:
a. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Keterangan Izin Tempat Usaha/HO (Hunder Ordonantie) harus dimiliki terlebih dahulu, kemudian diperoleh SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), setelah itu dapat memperoleh NPWP. b. Persyaratan fisik : bangunan (termasuk IMB dan status tanah), etalase, dan furniture, alat meracik dan buku-buku standar. Secara teknis, langit-langit, lantai, ventilasi serta sanitasi harus memenuhi persyaratan higienis dan penerangan yang cukup. Bangunan setidaknya terdiri dari : 1) Ruang tunggu, 2) Ruang peracikan, 3) Gudang, dan 4) Tempat pencucian. c. Perbekalan farmasi berupa : 1) Obat, 2) Bahan obat, 3) Obat asli Indonesia, 4) Alat kesehatan, dan 5) Kosmetika. d. Perlengkapan meliputi : 1) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan. 2) Alat perlengkapan dan penyimpanan perbekalan kesehatan 3) Wadah pengemas dan pembungkus 4) Alat administrasi 5) Buku-buku standar yang diwajibkan e. Setiap Apotek harus memasang papan nama pada bagian muka apotek yang memuat : 1) Nama Apotek 2) Nama APA (Apoteker Pengelola Apotek) 3) Nomor SIA (Surat Izin Apotek) 4) Alamat dan Nomor Apotek f. Perbekalan apotek, meliputi : obat, bahan obat, kosmetika dan alat kesehatan. Obat sekurang-kurangnya terdiri dari obat generik atau sesuai dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk rumah sakit tipe C. g. Kelengkapan bangunan dan fisik apotek. Adminsitrasi apotek meliputi : 1. Blangko Pesanan Obat 2. Blanko Kartu Stok 3. Blanko copy resep 4. Blanko faktur dan balngko nota penjualan 5. Buku pembelian dan penerimaan obat 6. Buku penjualan obat 7. Buku keuangan 8. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika 9. Blanko pemesanan obat narkotik & psikotropika 10. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 11. Pengendalian Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurangkurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan. 12. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. EVALUASI MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN Evaluasi mutu di Apotek Gunawan khususnya dilakukan terhadap: A. Mutu Manajerial 1. Metode Evaluasi a) Audit Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan Pelayanan Kefarmasian secara sistematis. Audit dilakukan oleh Apoteker di Apotek Gunwan berdasarkan hasil monitoring terhadap proses dan hasil pengelolaan, seperti : Contoh: Melakukan stock opname minimal 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan untuk menghitung dan menyesuaikan jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai lainnya yang tersedia di Apotek. Standar Prosedur Operasional (SPO) dibuat sebagai pedoman setiap pelayanan di Apotek. Akan dilakukan perubahan SPO jika dianggap sudah tidak memenuhi standar pelayanan kefarmasian yang baik. Audit keuangan dengan membuat laporan/neraca rugi laba akhir tahun. b) Review Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar.Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi dan seluruh sumber daya yang digunakan. Contoh: Mengubah desian lay out Apotek atau memindahkan susunan obat jika terjadi perubahan pola konsumsi pasien terkait penetuan penyusunan obat terhadap Obat fast/slow moving. Melakukan analisis perbandingan harga obat dengan Apotek lain agar tidak terjadi monopoli dan tidak mengganggu harga obat dipasaran. c) Observasi Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap seluruh proses pengelolaan Sediaan Farmasi, seperti :: Melakukan Observasi terhadap penyimpanan Obat Mengecek proses transaksi dengan distributor (Surat Pesanan, Faktur Pesanan , Faktur barang masuk dan Faktur Pembelian) Mengevaluasi ketertiban dokumentasi/pencatatan obat. 2. Indikator Evaluasi Mutu Mutu pelayanan Apotek Gunawan akan dinyatakan baik jika minimal mencapai target indicator evalusi, yaitu : a. Kesesuaian proses terhadap Standar Prosedur Operasional (SOP) yang tealh ditentukan b. Perencanaan, Pembelian dan pengadaan obat sesuai dengan prinsip efektif dan efisien. B. Mutu Pelayanan Farmasi Klinik 1. Metode Evaluasi Mutu a) Audit Audit dilakukan oleh Apoteker Apotek Gunawan berdasarkan hasil monitoring terhadap proses dan hasil pelayanan farmasi klinik, Contoh : Catatan penyerahan Obat kepada pasien oleh Apoteker Hasil waktu pelayanan b) Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap pelayanan farmasi klinik dan seluruh sumber daya yang digunakan seperti review terhadap kejadian medication error c) Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Survei dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap mutu pelayanan dengan menggunakan angket/kuesioner atau wawancara langsung, seperti melakukan evaluasi tingkat kepuasan pasien d) Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan menggunakan cek list atau perekaman. Observasi dilakukan oleh berdasarkan hasil monitoring terhadap seluruh proses pelayanan farmasi klinik. Contoh kegiatan yaitu observasi pelaksanaan SPO pelayanan 2. Indikator Evaluasi Mutu Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan di Apotek Gunawan yaitu: a. Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari medication error b. Standar Prosedur Operasional (SPO) mampu menjamin mutu pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan c. Lama waktu pelayanan Resep antara 15-30 menit d. Keluaran Pelayanan Kefarmasian secara klinik berupa kesembuhan penyakit pasien, pengurangan atau hilangnya gejala penyakit, pencegahan terhadap penyakit atau gejala, memperlambat perkembangan penyakit.