Anda di halaman 1dari 39

BAB I

KONSEP MEDIS

I. Konsep Keperawatan Keluarga

A. Defenisi keluarga

1. Duvall dan Logan ( 1986 ) : Keluarga adalah sekumpulan orang

dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota

keluarga.

2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) : Keluarga adalah dua atau lebih individu

yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,

perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang

lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) : Keluarga merupakan unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang

yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

4. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan

darah, perkawinan atau adopsi

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah

mereka tetap memperhatikan satu sama lain

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik

d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
B. Struktur Keluarga

1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

ayah

2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ibu

3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah ibu

4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami

5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

C. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara

anggota keluarga
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing

3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

D. CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA

1. Suami sebagai pengambil keputusan

2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

3. Berbentuk monogram

4. Bertanggung jawab

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
5. Pengambil keputusan

6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

7. Ikatan kekeluargaan sangat erat

8. Mempunyai semangat gotong-royong

E. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga

1. Tradisional :

a. The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup

bersama dalam satu rumah

c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak

sudah memisahkan diri

d. The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena


mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita

e. The extended family (keluarga luas/besar)

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam

satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua

(kakak-nenek), keponakan, dll)

f. The single-parent family (keluarga duda/janda)

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan

anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian

dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)

g. Commuter family

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu

kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja

diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir

pekan (week-end)

h. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang

tinggal bersama dalam satu rumah

i. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan

yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)

j. Blended family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah

kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya

k. The single adult living alone / single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau


ditinggal mati

2. Non-tradisional :

a. The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak

dari hubungan tanpa nikah

b. The stepparent family

Keluarga dengan orangtua tiri

c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak

dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan

e. Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)

f. Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan

karena beberapa alasan tertentu

g. Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga

bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang

lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan

anaknya

h. Group network family


Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup

berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang

rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab

membesarkan anaknya

i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali

keluarga yang aslinya

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
j. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan

keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental

k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai

perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam

kehidupannya.

F. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh

harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peranan ayah : Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai


kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya

2. Peranan ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari

peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
3. Peranan anak : Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan

spiritual.

G. Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis :

a. Meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis :

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat


perkembangan anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi :

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
5. Fungsi pendidikan :

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

H. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya

secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang

sama:

1. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan

perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :

a. Membina hubungan intim yang memuaskan

b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial


c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi

kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30

bulan :

a. Persiapan menjadi orang tua

b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan sexual dan kegiatan keluarga

c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir

saat anak berusia 5 tahun :

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman

b. Membantu anak untuk bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi

d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di

luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang

paling repot)

f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan

berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai

jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :


a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya

berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak

meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih

besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,

mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya

b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.

Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga

6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap

ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak

yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman pasangan


c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :

a. Mempertahankan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
c. Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal

damapi keduanya meninggal :

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik dan pendapatan

c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

I. PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit

atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui

perawatan sebagai saran/penyalur.

1. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan:


a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga

yang menyangkut kehidupan masyarakat

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya

c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan

akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan

dalam memelihara kesehatan para anggotanya

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

berbagai upaya kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

a. Tujuan umum :

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan

keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan

keluarganya

b. Tujuan khusus :

1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga

2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi

masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga

3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para


anggotanya

4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam

mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya

5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan

mutu hidupnya

3. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,

keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para

anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981) :

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

keluarga

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,

dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau

usaianya yang terlalu muda

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan

dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

4. Peran Perawat Keluarga :

a. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga

agar :

1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga

secara mandiri
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

b. Koordinator

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan

untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin

ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,

klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam

memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat

mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang

diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan

langsung kepada anggota keluarga yang sakit

d. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home

visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi

atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga

e. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi

masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada

perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan

baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya

f. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan

rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai

tahap kesehatan keluarga yang optimal


g. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk

meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan

peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus

mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana

sehat, dll)

h. Penemu kasus Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini,

sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah

i. Modifikasi lingkungan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan,

baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat

tercipta lingkungan yang sehat.

5. Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :

a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan

kesehatan

b. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat

sebagai tujuan utama

c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam

mencapai peningkatan kesehatan keluarga

d. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,

perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya

e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif

dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan

rehabilitatif

f. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga


memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk

kepentingan kesehatan keluarga

g. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga

secara keseluruhan

h. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan

keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan

masalah dengan menggunakan proses keperawatan

i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan

keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan


kesehatan dasar/perawatan di rumah

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
II. Hipertensi
A. Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Menurut WHO (1978)
batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg
dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas
normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi umum yang
akan mengikuti kebanyakan orang yang hidup sampai usia tua. Tekanan
darah adalah kekuatan darah menekan dinding arteri.
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu
keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
B. Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-
rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.
Tabel 1.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistolik Tekanan darah


darah (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal >120 Dan < 80 <
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi tahap I 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi tahap II > 160 Atau > 100

C. Etiologi
1. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia
hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan
insiden penyakit arteri dan kematian premature.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang
lebih tinggi daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden
pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun,
insiden pada wanita lebih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya
pada yang berkulit putih.
4. Pola Hidup
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola
hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah,
tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh
stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih
tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok
dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit
arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan
dengan hipertensi.
Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
1. Hipertensi primer/essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui,
biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebabn hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres
psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui
secara pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap
perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas
vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah
jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis
hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor
genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk
memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial
berkembang dari hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi
hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama,
hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi,
dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien
umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian
menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun
dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.

E. Manifestasi Klinik
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan
dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut :
1. Sakit kepala.
2. Kelelahan.
3. Mual.
4. Muntah.
5. Sesak nafas.
6. Gelisah.
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara
lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada
selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta
kelumpuhan.
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ
sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. gejala-gejala seperti
sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi essensial. Pada survey hipertensi di Indonesia tercatat
gejala-gejala sebagai berikut : pusing, mudah marah, telinga berdengung,
mimisan (jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah :
Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagal jantung, Gangguan fungsi
ginjal, Gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma.
Sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti
gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan
pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan.
beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat.
seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok,
dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diwaspadai. pembatasan
asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena
terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Gejala yang timbul akibat menderita darah tinggi tidak sama pada
setiap orang. Hal ini disebabkan karna tekanan darah seseorang bisa saja
tinggi disatu saat karna faktor emosi dan hal ini sering dikait-kaitkan
bahwa orang yang sering marah karna menderita darah tinggi.
Gejala yang umum dikeluhkan oleh penderita tekanan darah tinggi
adalah :
1. Sakit kepala.
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
3. Perasaan berputar dan serasa ingin jatuh.
4. Berdebar dan detak jantung terasa cepat.
5. Telinga berdenging

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
F. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya
penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan
dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi
semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar
10-20 tahun. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi
yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:
Tabel 1.2. Komplikasi Hipertensi
Sistem organ Komplikasi Komplikasi Hipertensi
Jantung Gagal jantung kongestif
Angina pectoris
Infark miokard
Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif
Ginjal Gagal ginjal kronis
Mata Retinopati hipertensif
Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan
retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain
kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang
disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli
dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA).

G. Penatalaksaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu
berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan
darah adalah <130/80 mmHg.
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
3. Menghambat laju penyakit ginjal.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan
farmakologis seperti penjelasan dibawah ini.
1. Terapi Non Farmakologis
a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh
terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat
badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
b. Meningkatkan aktifitas fisik.
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45
menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari
hipertensi.
c. Mengurangi asupan natrium.
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian
obat anti hipertensi oleh dokter.
d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara
konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan
risiko hipertensi.
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan
oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau
aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau
calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker
(ARB).

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama :
Usia/ tgl lahir :
Jenis kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Suku/bangsa :
Status Pernikahan :
Diagnostik medik :
Tgl masuk RS :
Penanggung :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup otonom
Tanda : Frekuensi jantung monoton Perubahan irama jantung
Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ,aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postulih Nadi, denyut jelas dari
karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut seperti,
denyut femoral melambat sebagai konfensasi
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, factor
stress/multiple
Tanda : Letupan suasana hati, otot muka tegang, gerakan fisik
cepat,peningkatan pola bicara, gelisa, tengisan yang

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
meledak.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini/yang lalu
e. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan
tinggi garam tinggi lemak, tinggi kolesterol, gula “yang
berwarna hitam : kandungan tinggi kalori mual dan
muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda : BB normal atau obesitas
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing
Berdenyut, sakit kepala sub obsipital
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung
Nyeri hilang timbul pada tungkai Sakit kepala oksipital
nyeri abdomen/massa
h. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja,
Takipnea, ortopnea, dispnea proksimal, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, mempunyai riwayat
merokok.
Tanda : Distres respirasi/penggunaan otot aksesoris pernafasan
Bunyi nafas tambahan siandiis
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan Hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, Aterosklerosis,
penyakit jantung, DM, Penyakit cerebrovaskuler/ginjal.
Faktor-faktor resiko Pil KB/ hormon lain, obat –obatan.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
B. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
5. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan memerlukan waktu yang
berlebihan sekunder terhadap obat-obatan antihipertensi
6. Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
C. Penyimpangan KDM

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
D. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Penurunan curah jantung 1. Cardiac Pump effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
berhubungan dengan gangguan 2. Circulation Status 2. Catat adanya disritmia jantung
irama jantung, stroke volume, 3. Vital Sign Status 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
pre load dan afterload, 4. Tissue perfusion: perifer cardiac putput
kontraktilitas jantung. Setelah dilakukan asuhan 4. Monitor status pernafasan yang
selama………penurunan kardiak output menandakan gagal jantung
DO/DS: klien teratasi dengan kriteria hasil: 5. Monitor balance cairan
- Aritmia, takikardia, 1. Tanda Vital dalam rentang normal 6. Monitor respon pasien terhadap efek
bradikardia (Tekanan darah, Nadi, respirasi) pengobatan antiaritmia
- Palpitasi, oedem 2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada 7. Atur periode latihan dan istirahat untuk
- Kelelahan kelelahan menghindari kelelahan
- Peningkatan/penurunan JVP 3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak 8. Monitor toleransi aktivitas pasien
- Distensi vena jugularis ada asites 9. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
- Kulit dingin dan lembab 4. Tidak ada penurunan kesadaran tekipneu dan ortopneu
- Penurunan denyut nadi 5. AGD dalam batas normal 10. Anjurkan untuk menurunkan stress
perifer 6. Tidak ada distensi vena leher 11. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Oliguria, kaplari refill lambat 7. Warna kulit normal 12. Monitor VS saat pasien berbaring,

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
- Nafas pendek/ sesak nafas duduk, atau berdiri
- Perubahan warna kulit 13. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
- Batuk, bunyi jantung S3/S4 bandingkan
- Kecemasan 14. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
15. Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
16. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
17. Monitor pola pernapasan abnormal
18. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
19. Monitor sianosis perifer
20. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
21. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
22. Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
23. Sediakan informasi untuk mengurangi

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
stress
24. Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator
untuk mempertahankan kontraktilitas
jantung
25. Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
26. Minimalkan stress lingkungan
2 Intoleransi aktivitas 1. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien
Berhubungan dengan : 2. Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
- Tirah Baring atau 3. Konservasi eneergi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
imobilisasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelelahan
- Kelemahan menyeluruh selama …. Pasien bertoleransi terhadap 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang
- Ketidakseimbangan antara aktivitas dengan Kriteria Hasil : adekuat
suplei oksigen dengan 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan
kebutuhan tanpa disertai peningkatan tekanan fisik dan emosi secara berlebihan
- Gaya hidup yang darah, nadi dan RR 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap
dipertahankan. 2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
DS: (ADLs) secara mandiri nafas, diaporesis, pucat, perubahan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
- Melaporkan secara verbal 3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat hemodinamik)
adanya kelelahan atau 6. Monitor pola tidur dan lamanya
kelemahan. tidur/istirahat pasien
- Adanya dyspneu atau 7. Kolaborasikan dengan Tenaga
ketidaknyamanan saat Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
beraktivitas. progran terapi yang tepat.
DO : 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi
- Respon abnormal dari aktivitas yang mampu dilakukan
tekanan darah atau nadi 9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
terhadap aktifitas yang sesuai dengan kemampuan fisik,
- Perubahan ECG : aritmia, psikologi dan sosial
iskemia 10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
3 Nyeri akut berhubungan 1. Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan: 2. pain control, komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri (biologi, kimia, 3. comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
fisik, psikologis), kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan faktor presipitasi
jaringan selama …. pasien tidak mengalami nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
DS: dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
DO: penyebab nyeri, mampu menggunakan dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri tehnik nonfarmakologi untuk 4. Kontrol lingkungan yang dapat

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
- Tingkah laku berhati-hati mengurangi nyeri, mencari bantuan) mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur (mata sayu, 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan kebisingan
tampak capek, sulit atau dengan menggunakan manajemen nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
gerakan kacau, menyeringai) 3. Mampu mengenali nyeri (skala, 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Terfokus pada diri sendiri intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) menentukan intervensi
- Fokus menyempit 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
(penurunan persepsi waktu, berkurang napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
kerusakan proses berpikir, 5. Tanda vital dalam rentang normal hangat/ dingin
penurunan interaksi dengan 6. Tidak mengalami gangguan tidur 8. Berikan analgetik untuk mengurangi
orang dan lingkungan) nyeri: ……...
- Tingkah laku distraksi, 9. Tingkatkan istirahat
contoh : jalan-jalan, 10. Berikan klien posisi yang nyaman
menemui orang lain dan/atau 11. Berikan informasi tentang nyeri seperti
aktivitas, aktivitas berulang- penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
ulang) berkurang dan antisipasi
- Tingkah laku ekspresif ketidaknyamanan dari prosedur
(contoh : gelisah, merintih, 12. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
menangis, waspada, iritabel, pemberian analgesik pertama kali
nafas panjang/berkeluh

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
4 Kecemasan berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
dengan - Koping kecemasan)
Faktor keturunan, Krisis Setelah dilakukan asuhan selama ….. 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
situasional, Stress, perubahan kecemasan klien dapat teratasi dengan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
status kesehatan, ancaman kriteria hasil: pelaku pasien
kematian, perubahan konsep 1. Klien mampu mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
diri, kurang pengetahuan dan mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama prosedur
hospitalisasi 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan 4. Temani pasien untuk memberikan
menunjukkan tehnik untuk mengontol keamanan dan mengurangi takut
DO/DS: cemas 5. Berikan informasi faktual mengenai
- Insomnia 3. Vital sign dalam batas normal diagnosis, tindakan prognosis
- Kontak mata kurang 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi
- Kurang istirahat tubuh dan tingkat aktivitas klien
- Berfokus pada diri sendiri menunjukkan berkurangnya kecemasan 7. Instruksikan pada pasien untuk
- Iritabilitas menggunakan tehnik relaksasi
- Takut 8. Dengarkan dengan penuh perhatian

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
- Nyeri perut 9. Identifikasi tingkat kecemasan
- Penurunan TD dan denyut 10. Bantu pasien mengenal situasi yang
nadi menimbulkan kecemasan
- Diare, mual, kelelahan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Gangguan tidur perasaan, ketakutan, persepsi
- Gemetar 12. Kelola pemberian obat anti cemas:........
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
5 Gangguan pola tidur 1. Anxiety Control Sleep Enhancement
berhubungan dengan: 2. Comfort Level 1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap
- Psikologis : usia tua, 3. Pain Level pola tidur
kecemasan, agen biokimia, 4. Rest : Extent and Pattern 2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
suhu tubuh, pola aktivitas, 5. Sleep : Extent ang Pattern 3. Fasilitasi untuk mempertahankan
depresi, kelelahan, takut, Setelah dilakukan tindakan keperawatan aktivitas sebelum tidur (membaca)
kesendirian. selama …. gangguan pola tidur pasien 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Lingkungan : kelembaban, teratasi dengan kriteria hasil: 5. Kolaborasi pemberian obat tidur
kurangnya privacy/kontrol 1. Jumlah jam tidur dalam batas normal
tidur, pencahayaan, medikasi 2. Pola tidur,kualitas dalam batas normal
(depresan, 3. Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat
stimulan),kebisingan. 4. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang
Fisiologis : Demam, mual, meningkatkan tidur
posisi, urgensi urin.
DS:
- Bangun lebih awal/lebih
lambat
- Secara verbal menyatakan
tidak fresh sesudah tidur

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
DO :
- Penurunan kemempuan
fungsi
- Penurunan proporsi tidur
REM
- Penurunan proporsi pada
tahap 3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi pada
tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai usia

6 Kurang Pengetahuan 1. Kowlwdge : disease process 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
Berhubungan dengan : 2. Kowledge : health Behavior keluarga
keterbatasan kognitif, Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
interpretasi terhadap informasi selama …. pasien menunjukkan bagaimana hal ini berhubungan dengan
yang salah, kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
keinginan untuk mencari kriteria hasil: tepat.
informasi, tidak mengetahui 1. Pasien dan keluarga menyatakan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
sumber-sumber informasi. pemahaman tentang penyakit, kondisi, muncul pada penyakit, dengan cara yang
DS: Menyatakan secara verbal prognosis dan program pengobatan tepat
adanya masalah 2. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
DO: ketidakakuratan mengikuti melaksanakan prosedur yang dijelaskan yang tepat
instruksi, perilaku tidak secara benar 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
sesuai 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kesehatan lainnya kondisi, dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX


Vakdesyiah Djuma, S.Kep (70900115052)
Departemen Keperawatan Gerontik

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta


Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Ganiswarna, Sulistia G., dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi Ed. 4. Jakarta:
Bagian Farmakologi FKUI.
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi IV,
Volume I. EGC :Jakarta
Ismudiati, Lili, dkk. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta. Penerbit FK-UI

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX 39


Valdesyiah Djuma S.Kep (70900115052)

Anda mungkin juga menyukai