Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan
untuk penanganannya pun tinggi.1,2
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Unit Luka Bakar Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2012-2013, penyebab paling banyak
yang mendasari terjadinya luka bakar pada dewasa adalah luka bakar karena api
(53,1%). Kemudian disusul oleh terkena siraman air panas (19,1%), sengatan
listrik (14%), kontak dengan benda panas (5%) dan karena terkena zat kimia
(3%). Pada anak-anak, penyebab utama terjadinya luka bakar adalah karena
siraman air panas (52%), diikuti dengan karena api (26%), kontak dengan benda
panas (15%), sengatan listrik (6%) dan zat kimia (1%).3
Luka bakar berat adalah luka yang komplek. Sejumlah fungsi organ tubuh
mungkin ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang , saraf, dan
pembuluh darah. Sistem pernafasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya
penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai
kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit
normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan
penampilan fisik. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan
oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan
emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan/berlangsung
untuk jangka waktu yang lama. 1,4
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan
efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan
derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung
pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan

1
kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
prognosis. 1,5
Penanganan luka bakar dilakukan secara komplek. Penilaian primary
survey penting terutama pada luka bakar. Pemberian resusitasi cairan sesuai
kebutuhan pasien berdasarkan luas dan dalamnya luka bakar bertujuan untuk
mengatasi kekurangan cairan dan elektrolit serta mencegah terjadinya syok
hipovolemik. Pemberian obat-obatan berupa analgetik, antibiotik dan perawatan
luka yang baik.6 Pada luka bakar derajat III biasanya membutuhkan tindakan
bedah berupa eskarotomi, pada luka bakar yang melingkar pada tubuh atau
ekstremitas. Fisioterapi pasca luka bakar bertujuan mencegah kekakuan pada
sendi.7

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. MJS
No. RM : 023813
Tanggal Lahir : 21 Juli 2017
Umur : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Melayu
Agama : Islam
Alamat : Ds. Suko Awin Jaya, RT 15, Muaro Jambi
Tanggal Masuk RS : 24 Agustus 2018
Tanggal Pemeriksaan : 24 Agustus 2018
Tanggal Pulang : 28 Agustus 2018

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Luka bakar tersiram air panas
2.2.2 Keluhan Tambahan
Luka terasa nyeri, tampak memerah, terdapat gelembung berisi air, sebagian
kulit mengelupas
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Royal Prima Jambi rujukan dari Klinik PT. BBB
Sawit dengan keluhan luka bakar sejak 5 jam yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Pasien tersiram air panas yang baru mendidih. Saat itu pasien menjangkau
gelas yang berisi air panas di atas meja saat ibunya ingin membuatkannya teh.
Sesaat setelah kejadian ibunya segera melepaskan pakaian anaknya. Terdapat luka
bakar pada sebahagian dada, perut, punggung tangan kiri, paha kiri, dan punggung
kaki kanan. Luka terasa nyeri dan terdapat gelembung berisi air. Pada dada, perut
dan punggung kaki kanan, tampak kulit yang sudah mengelupas dengan
permukaan berwarna kemerahan.

3
Sebelum di bawa ke RS luka sudah dibersihkan dan diberi salap
bioplasenton di klinik PT. Pasien hanya mau minum dan belum mau makan
karena kesakitan. Mual, muntah, demam dan sesak nafas tidak ada.

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Alergi tidak ada
Riwayat imunisasi dasar lengkap.

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah atau sedang mengalami hal yang
sama seperti pasien.

2.3 Vital Sign


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tekanan Darah : -
Nadi : 150 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 0C

2.4 Data Antropometri


Berat badan : 8 kg
Tinggi badan : 69 cm

2.5 Status Gizi


Z-Score : +2- -2 SD
Kesimpulan : Normal

2.6 Pemeriksaan Fisik


a. Kulit
Warna : sawo matang

4
Turgor : kembali cepat
Sianosis : tidak dijumpai
Ikterus : tidak dijumpai
Pucat : tidak dijumpai

b. Kepala
Bentuk : normocephali.
Rambut : hitam, sukar dicabut, distribusi merata.
Wajah : simetris
Mata : mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), refleks cahaya (/), pupil bulat isokor 3 mm/3
mm.
Telinga : serumen (-/-), normotia.
Hidung : sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-), mukosa dan konka
hiperemis (-/-),

c. Mulut
Bibir : bibir kering (-), mukosa bibir lembab (-), sianosis (-)
Lidah : Beslag (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Gigi : tidak ada kelaian

d. Leher
Trakhea : terletak ditengah
KGB : pembesaran KGB (-)
Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar.
Kelenjar limfe : tidak teraba membesar.

e. Thoraks
Inspeksi
Statis : simetris, bentuk normochest.

5
Dinamis : pernafasan torakal abdominal, Kusmaul (-), retraksi
suprasternal (-), retraksi intercostal (-).
Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = stem fremitus kiri.
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru.
Auskultasi : suara napas dasar vesikular (/), suara napas tambahan
rhonki (-/-) dan wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea aksilaris anterior
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICS III, linea midclavicularis sinistra.
Kiri : ICS IV, linea midclavicularis sinistra.
Kanan : ICS IV, linea parasternal dextra.
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (), bising (-).
f. Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : soepel (+), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-)
Auskultasi : peristaltik 8x/menit, kesan normal.
g. Genitalia
Tidak ditemukan kelainan
h. Anus
Anus ada, hiperemis (-)
i. Kelenjar limfe inguinal
Pembesaran KGB : tidak dijumpai
j. Ekstremitas
Superior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral hangat, CRT < 2”.
Inferior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral hangat, CRT < 2”.

6
k. Status Lokalis
Regio thorakoabdominal : 16%, hiperemis, bula yang sudah pecah
Regio dorsum manus sin : 0,5 %, hiperemis, bula (+)
Regio femur sinistra ant : 2 %, hiperemis, bula (+)
Regio dorsum pedis dex : 0,5 %, hiperemis, bula yang sudah pecah
Total persen luka bakar = 19% (Rule of nine)

Gambar klinis pasien

7
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.7.1 Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
24-08-2018 Nilai Normal
Laboratorium
Darah Rutin
Hb 11,2 12 - 18 gr/dl
Ht 37,7 37 - 52 %
Leukosit 30,7 4.000 - 10.000/mm3
Eritrosit 5,12 4,5 - 6,2x106/mm3
Trombosit 502.000 150.000 - 450.000/mm3
Hitung Jenis
Granulosit 63,2 % 37 - 75 %
Limfosit 28,7 % 20 - 40 %
Monosit 8,1 % 2 - 10 %
Diabetes
Glukosa Darah
81 mg/dL ≤ 200 mg/dL
Sewaktu
Urinalisa (Urine Lengkap)
Makroskopis
Warna Kuning muda
Kejernihan Jernih
Kimia
Blood Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif <=1 mg/dl
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Nitrite Negatif Negatif
pH 8,0 4,5 – 8,0
Bj 1,010 1,003 – 1,035

8
Leucocyte Negatif Negatif
Ascrobid Acid Negatif 150.000 - 450.000/mm3
Mikroskopis (sedimen)
Leucocyte 0-5
Eritrosit 1-3
Epitel Squamus 2-4
Crystal Negatif Negatif
Cylinder Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif

2.8 Diagnosa Banding


- Luka bakar grade II A, luas 19 %
- Luka bakar grade II B, luas 19 %

2.9 Diagnosa Kerja


Luka bakar grade II A, luas 19 %

2.10 Terapi
a. Farmakologis
- Cairan infus Ringer Laktat (RL) 300cc untuk 8 jam pertama 15 tpm makro,
dilanjutkan 300 cc untuk 16 jam berikutnya 8 tpm makro
- Inj. Ceftriaxone 250 mg/ 12 jam, IV (skin test)
- Inj. Paracetamol 8 cc/ 8 jam, IV
- Proris suppost 125 mg (K/P)
- Mebo salep, oles tipis dan tutup kassa steril + Nacl 0,9% kompres luka

b. Non-farmakologis
- Observasi tanda-tanda hipovolemik
- Observasi intake – output cairan (urine output di tampung/ 24 jam)
- Diet makan lunak

2.11 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

9
2.12 Follow Up Harian
Tabel 2. Follow up harian di ruang Aster 101
Tanggal/Hari
Catatan Instruksi
Rawatan
25/08/2018 S/ nyeri pada luka bakar (+), luka Th/
H1 masih basah, makan/minum (+) - IVFD RL 6 tpm makro
- Inj. Ceftriaxone 400 mg/ 12
BB: 8 kg O/ TD: -
TB: 69 cm HR: 102 x/I, kuat angkat jam IV (skin test)
RR: 24 x/i
- Paracetamol infuse 8 cc/ 6
T : 36,7 °C
jam IV
PF/
Kepala: Normocephali, karakteristik
- Proris suppost 125 mg
rambut baik, (K/P)
Mata : Konj anemis (-/-), - Diet : makan lunak
sklera ikterik (-/-), pupil bulat - Balance cairan : +472 cc
isokor, ϕ3mm/3mm, (input=output) 1.354 cc = 882 cc
RCL (+/+), RCTL (+/+),
edema palpebra (-/-) - Urine output/24 jam=650 cc
Telinga : Normotia, serumen (-)

Hidung : Sekret (-), NCH (-) P/


- Anjurkan pasien banyak
Mulut : Mukosa bibir kering (-),
Sianosis (-), minum, ASI lanjutkan
faring hiperemis (-),
T1/T1, beslaq (-) - GV luka per 2 hari

Leher : pembesaran KGB (-)

Toraks :
I : simetris, retraksi (-)
P : SF kanan = SF Kiri
P : Sonor (+/+)
A: Ves (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)

Jantung : BJ I >BJ II, reguler,


bising(-)

Abdomen :
I : simetris, distensi (-)
P : soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri
tekan (-), turgor baik
P : timpani, undulasi (-),tidak teraba
shifting dullness (-)
A : peristaltik (+) normal

10
Extremitas :
Superior : ikterik (-/-), edema (-/-),
CRT >2’
Inferior : ikterik (-/-), edema (-/-)
Akral hangat. CRT >2’

Status Lokalis:
- Thorakoabdominal : 16%, hiperemis,
luka masih basah
- Dorsum manus sin : 0,5 %, hiperemis,
bula (+)
-Femur sin ant: 2 %, hiperemis, bula (+)
-Dorsum pedis dex : 0,5 %, hiperemis,
luka masih basah

Ass/ Luka bakar grade II A, luas 19 %

26/08/2018 S/ nyeri pada luka (+), luka masih Th/


H2 basah, makan/minum (+) - IVFD RL 6 tpm makro
- Inj. Ceftriaxone 400 mg/ 12
BB: 8 kg O/ TD: -
TB: 69 cm HR: 100x/I, kuat angkat jam IV
RR: 24 x/i
- Paracetamol infuse 8 cc/ 6
T : 36,8 °C
jam IV
PF/
- Proris suppost 125 mg,
Kepala: Normocephali, karakteristik
rambut baik berikan sebelum GV luka
Mata : Konj.anemis (-/-), - Diet : makan lunak
sklera ikterik (-/-), pupil bulat - Balance cairan : +664 cc
isokor,ϕ3mm/3mm, (input=output) 1.296 cc = 632 cc
RCL (+/+), RCTL (+/+)
- Urine output/24 jam=400 cc
Telinga : Normotia, serumen (-)

Hidung : Sekret (-), NCH (-)

Mulut : Mukosa bibir kering (-), P/


Sianosis (-), - GV luka, kompres NaCl
faring hiperemis (-),
0,9% + Gentamisin.
T1/T1, beslaq (-)
Selanjutnya oleskan MEBO
Leher : pembesaran KGB (-)
pada luka dan tutup kassa
Toraks : steril
I : simetris, retraksi (-)
P : SF kanan = SF Kiri

11
P : Sonor (+/+)
A: Ves (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)

Jantung : BJ I >BJ II, reguler,


bising(-)

Abdomen :
I : simetris, distensi (-)
P : soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri
tekan (-), turgor baik
P : timpani, undulasi (-),tidak teraba
shifting dullness (-)
A : peristaltik (+) normal

Extremitas :
Superior : ikterik (-/-), edema (-/-),
Akral hangat CRT >2’
Inferior : ikterik (-/-), edema (-/-)
Akral hangat. CRT >2’

Status Lokalis:
- Thorakoabdominal : 16%, hiperemis,
luka masih basah
- Dorsum manus sin : 0,5 %, hiperemis,
bula (+)
-Femur sin ant: 2 %, hiperemis, bula (+)
-Dorsum pedis dex : 0,5 %, hiperemis,
luka masih basah

Ass/ Luka bakar grade II A, luas 19 %

27/08/2018 S/ nyeri pada luka berkurang, luka Th/


H3 masih basah, makan/minum (+) - IVFD RL 6 tpm makro
- Inj. Ceftriaxone 400 mg/ 12
BB: 8 kg O/ TD: -
TB: 69 cm HR: 101 x/I, kuat angkat jam IV
RR: 23/i
- Paracetamol infuse 8 cc/ 6
T : 37 °C
jam IV
PF/
Kepala: Normocephali, karakteristik
- Proris suppost 125 mg
rambut baik (K/P)
Mata : Konj.anemis (-/-), - Diet : makan lunak
sklera ikterik (-/-), pupil bulat - Balance cairan : +374 cc
isokor,ϕ3mm/3mm, (input=output) 1506 cc = 1132 cc
RCL (+/+), RCTL (+/+),
edema palpebra (-/-)

12
- Urine output/24 jam=900 cc
Telinga : Normotia, serumen (-)

Hidung : Sekret (-), NCH (-)

Mulut : Mukosa bibir kering (+),


Sianosis (-),
faring hiperemis (-),
T1/T1, beslaq (-) P/
Rencana pulang besok
Leher : pembesaran KGB (-)

Toraks :
I : simetris, retraksi (-)
P : SF kanan = SF Kiri
P : Sonor (+/+)
A: Ves (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)

Jantung : BJ I >BJ II, reguler,


bising(-)

Abdomen :
I : simetris, distensi (-)
P : soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri
tekan (-), turgor baik
P : timpani, undulasi (-),tidak teraba
shifting dullness (-)
A : peristaltik (+) normal

Extremitas :
Superior : ikterik (-/-), edema (-/-),
CRT <2’
Inferior : ikterik (-/-), edema (-/-)
Akral hangat. CRT <2’

Status Lokalis:
- Thorakoabdominal : 16%, hiperemis,
luka masih basah
- Dorsum manus sin : 0,5 %, hiperemis,
bula (+)
-Femur sin ant: 2 %, hiperemis, bula (+)
-Dorsum pedis dex : 0,5 %, hiperemis,
luka masih basah

Ass/ Luka bakar grade II A, luas 19 %

28/08/2018 S/ nyeri pada luka berkurang, luka Th/


H4 mulai mengering, makan/minum (+) - IVFD RL 6 tpm makro

13
- Inj. Ceftriaxone 400 mg/ 12
BB: 8 kg O/ TD: -
jam IV
TB: 69 cm HR: 102 x/I, kuat angkat
RR: 23 x/i - Paracetamol infuse 8 cc/ 6
T : 36,7 °C
jam IV
PF/ - Proris suppost 125 mg
Kepala: Normocephali, karakteristik
rambut baik, (K/P)
- Diet : makan lunak
Mata : Konj.palp.inf .pucat (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor,ϕ3mm/3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
P/ BLPL
Telinga : Normotia, serumen (-)
Obat pulang
Hidung : Sekret (-), NCH (-)
- Cefixime syrup 3xCth 1
Mulut : Mukosa bibir kering (+),
Sianosis (-), - Parasetamol syrup 3xCth 1
faring hiperemis (-), - MEBO dioleskan pada luka
T1/T1, beslaq (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Toraks :
I : simetris, retraksi (-)
P : SF kanan = SF Kiri
P : Sonor (+/+)
A: Ves (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)

Jantung : BJ I >BJ II, reguler,


bising(-)

Abdomen :
I : simetris, distensi (-)
P : soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri
tekan (-), turgor baik
P : timpani, undulasi (-),tidak teraba
shifting dullness (-)
A : peristaltik (+) normal

Extremitas :
Superior : ikterik (-/-), edema (-/-),
CRT<2’
Inferior : ikterik (-/-), edema (-/-)
Akral hangat. CRT<2’

Status Lokalis:
- Thorakoabdominal : 16%, hiperemis,

14
tepi luka mulai mengering
- Dorsum manus sin : 0,5 %, hiperemis,
bula (+)
-Femur sin ant: 2 %, hiperemis, bula (+)
-Dorsum pedis dex : 0,5 %, hiperemis,
luka mulai mengering

Ass/ Luka bakar grade II A, luas 19 %

15
BAB III
ANALISA KASUS

Telah dilakukan pemeriksaan pada anak laki-laki berusia 1 tahun di RS


Royal Prima pada tanggal 24 Agustus 2018 dengan keluhan luka bakar tersiram
air panas pada dada, perut, dan ekstremitas sejak 5 jam yang lalu sebelum masuk
RS. Luka terasa nyeri, tampak memerah, terdapat gelembung berisi air dan
sebagian kulit mengelupas. Pasien didiagnosa dengan luka bakar grade 2A,
dengan luas 19%. Diagnosa ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

Dari hasil anamnesis didapatkan anak laki-laki berusia 1 tahun datang ke


IGD RS Royal Prima rujukan dari Klinik PT. BBB Sawit dengan keluhan luka
bakar sejak 5 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien tersiram air panas
yang baru mendidih. Ketika itu pasien naik ke kursi dan menjangkau gelas yang
berisi air panas di atas meja saat ibunya ingin membuatkannya teh.

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas (termal) seperti api dan air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Setiap tahun, lebih dari 2.500 anak meninggal karena
cedera termal dan hampir 10.000 anak-anak menderita cacat permanen yang parah
akibat cedera termal. Luka bakar termal paling umum terjadi pada anak-anak di
bawah usia tiga tahun, sementara luka bakar api lebih sering terjadi pada anak
yang lebih tua. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas
yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar
superficial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (deajat tiga).1,3,4

Berdasarkan penyebabnya luka bakar dibagi 4 jenis yaitu:1,4,8


1. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Pada kasus pasien ini
mengalami luka bakar termal akibat air panas.

16
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya
jaringan yang terpapar menentukan luasnya luka karena zat kimia ini. Luka
bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat – zat pembersih
yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat
kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari
25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi.

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1)
rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat
ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka
bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka
bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan
pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar. 1,4,5
1. Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai
suatu alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran /
luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam
bagian-bagian anatomi, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah
genitalia 1 % (lihat gambar 1).

17
Gambar 1. Luas luka bakar berdasarkan “Rule of nine”

2. Pada metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi


bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan
yang lebih akurat tentang luas luka bakar (lihat gambar 2).
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh
di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas

18
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan
disesuaikan dengan usia:
- Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.
Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
- Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap
tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai
nilai dewasa.

Gambar 2. Luas Luka Bakar berdasarkan “Lund and Browder”

3. Metode hand palm, metode ini adalah cara menentukan luas atau
persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan pasien. Satu
telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka
bakar.
Pada kasus ini terdapat luka bakar pada sebahagian dada, perut, punggung
tangan kiri, paha kiri, dan punggung kaki kanan, dengan total luas luka bakar 19%
dihitung menggunakan metode rule of nine. Jika dihitung berdasarkan metode
Lund and Browder di dapatkan 16,5%.

19
Region Rule of nine Lund and Browder

Thorakoabdominal 16 % 12 %

Dorsum manus Sinistra 0,5 % 1%

Femur sinistra anterior 2% 2,5 %

Dorsum pedis dextra 0,5% 1%

Pasien mengeluhkan luka terasa nyeri dan terdapat gelembung berisi air
(bula). Pada dada, perut dan punggung kaki kanan, tampak kulit yang sudah
mengelupas dengan permukaan berwarna kemerahan. Ini termasuk tanda luka
bakar derajat 2a.
Derajat luka bakar dilihat dari dalamnya luka. Kedalaman luka bakar
ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Pembagian
derajat luka bakar yaitu:1,8
1. Luka bakar derajat 1. Hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak eritema
dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.
2. Luka bakar derajat 2. Kerusakan mencapai kedalaman dermis, tetapi
masih ada elemen epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut,
misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringan dan
pangkal rambut. Dibagi 2 jenis yaitu:
a. Superficial partial thickness:
Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis (papilar
dermis). Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat
daripada luka bakar grade 1. Ditandai dengan bula yang muncul
beberapa jam setelah terkena luka. Bila bula disingkirkan akan terlihat
luka bewarna merah muda yang basah. Luka sangat sensitive dan akan
menjadi lebih pucat bila terkena tekanan. Akan sembuh dengan
sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi), tapi warna
kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
b. Deep partial thickness

20
Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
(reticular dermis). Terdapat bula, permukaan luka berbecak merah
muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi pembuluh darah
(bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang
merah muda mempunyai beberapa aliran darah. Luka akan sembuh
dalam 3-9 minggu.
3. Luka bakar derajat 3 meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin
subkutis atau organ yang lebih dalam lagi. Tidak ada lagi elemen epitel
hidup tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka;
biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar yang merupakan jaringan
nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu untuk
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting. Kulit tampak
pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari
jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak nyeri.

Gambar 3. Derajat luka bakar berdasarkan kedalaman luka. Grade 1, grade 2 dan
grade 3 (dari kiri ke kanan)

21
Kriteria rujukan menurut American Burn Association yaitu:4
1. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh (LPT).
2. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, kaki,
tangan, genital atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama.
3. Luka bakar derajat III berapapun usia dan luas luka bakarnya.
4. Luka bakar listrik termasuk tersambar petir.
5. Luka bakar kimia.
6. Trauma inhalasi.
7. Adanya penyakit lain yang dapat mempersulit penanganan, memperpanjang
pemulihan atau dapat mengakibatkan kematian.
8. Adanya cedera yang menyertainya harus ditangani dulu, jika kondisi stabil
baru dirujuk
Pada pasien ini memenuhi kriteria yang pertama, kedua, dan ketiga.
Sehingga mengindikasikan untuk dilakukan perawatan lebih lanjut di RS.
Pemeriksaan laboratorium pasien didapatkan hemoglobin 11,2 gr/dl,
leukosit 30,7 /mm3 dan trombosit 502.000/uL. Peningkatan leukosit dan
peningkatan trombosit menandakan adanya infeksi atau inflamasi. Permukaan
luka bakar meningkatkan agregasi trombosit dan aktivasi faktor XII, yang
menimbulkan pembentukan bekuan intravascular lokal. Sebagai respon terhadap
kerusakan jaringan, trombosit yang teraktivasi akan membentuk sumbatan
trombosit dan mengeluarkan berbagai faktor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan
tersebut berperan penting pada fase penyembuhan luka (fase inflamasi hingga fase
remodelling).
Pada tatalaksana medikamentosa yang diberikan pada pasien ini berupa
Cairan infus Ringer Laktat (RL) 300cc untuk 8 jam pertama 15 tpm makro,
dilanjutkan 300 cc untuk 16 jam berikutnya 8 tpm makro, Inj. Ceftriaxone 250
mg/ 12 jam, IV (skin test), Inj. Paracetamol 8 cc/ 8 jam, IV (K/P), Proris suppost
berikan bila nyeri hebat, dan Mebo salep, oles tipis dan tutup kassa steril + NaCl
0,9% kompres luka. Dilakukan observasi tanda-tanda hipovolemik, observasi
intake – output cairan (urine output di tampung/ 24 jam) serta diet makan lunak.
Cairan Ringer Laktat merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat
diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. Digunakan sebagai

22
replacement therapy antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka
bakar.9,10 Pada kasus ini pasien dengan luka bakar sehingga terapi cairan pada
kasus ini adalah Ringer Laktat.
Formula Baxter1,4,5
1. Hari pertama
- Dewasa : Ringer Laktat
(4 cc X Berat badan kg X % luas luka bakar per 24 jam)
- Anak : Ringer Laktat : Dextran = 17:3
(2 cc X Berat badan kg X % luas luka + cairan maintenance per 24 jam)
Cairan maintenance:
10 kg pertama : berat badan X 100 cc per 24 jam
10 kg kedua : berat badan X 50 cc per 24 jam
BB selanjutnya di atas 20 kg : berat badan X 20 cc per 24 jam
Setengah jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama, setengahnya lagi
diberikan 16 jam berikutnya.
2. Hari kedua
- Dewasa : ½ kebutuhan hari pertama
- Anak : diberi sesuai kebutuhan faal

Jika berat badan anak 8 kg, dengan luas luka bakar 19%.
Rumus baxter = (2 cc X Berat badan X % luas luka bakar) + maintenance
= (2 X 8 X 19) + (8 x 100)
= 304 + 800 = 1104 cc/24 jam
552 cc diberikan dalam 8 jam pertama 22 tpm makro, dan sisanya 552 cc
diberikan pada 16 jam berikutnya 11 tpm makro . Untuk hari ke dua hingga
selanjutnya di berikan cairan maintenance yaitu 800 cc/24 jam 11 tpm makro.
Pada kasus ini diberikan Cairan infus Ringer Laktat (RL) 300 cc untuk 8
jam pertama 15 tpm makro, dilanjutkan 300 cc untuk 16 jam berikutnya 8 tpm
makro. Pemberian cairan kemungkinan menggunakan rumus baxter dengan (4 X
berat badan kg X persen luka bakar) didapatkan hasil 608 cc tanpa menambah
kebutuhan faalnya. Untuk hari selanjutnya diberikan 500 cc/24 jam 6 tpm makro
Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita
dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat

23
sangat penting, karena fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada
fase awal luka bakar. Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus
dipantau teru-menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis
normal sekurang-kurangnya 1000-1500 mL/24 jam atau 0,5 mL/kgBB/jam pada
dewasa dan 1 mL/kgBB/jam pada anak BB < 30 kg. Yang penting juga adalah
pemantauan apakah sirkulasi normal atau tidak. Pada anak dengan BB 8 kg
jumlah urine output/24 jam minimal 192 cc/24 jam (1x8x24). Pada kasus ini urine
melebihi batas minimal, sehingga disimpulkan kebutuhan cairan terpenuhi.
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Pada
kasus diberikan ceftriaxone 250 mg/ 12 jam, IV (skin test). Ceftriaxone adalah
generasi ketiga sefalosporin yang mempunyai aktivitas spektrum yang luas
terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif. Dosis 50-75 mg/kgBB/hari.11
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam
dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun
tampa disertai hipotensi. Pada kasus diberikan analgesic non opiat paracetamol
yang bersifat aman bagi anak. Diberikan 8 cc/ 8 jam, IV. Proris suppost
(ibuprofen 125 mg) berikan bila nyeri hebat. Dosis paracetamol 10-15 mg/kgBB
tiap pemberian. 11
Penanganan local pada luka bakar dengan pemberian golongan silver
sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment) dengan cara
mengoleskannya pada luka. MEBO termasuk broad spectrum ointment. Preparat
herbal, menggunakan zat alami tanpa kimiawi. Toxisitas dan efek samping belum
pernah ditemukan. Terdiri dari 2 komponen yaitu komponen pengobatan (beta
sitosterol, bacailin, berberine) mempunyai efek analgesik, anti-inflamasi, anti-
infeksi pada luka bakar dan mampu mengurangi pembentukan jaringan parut serta
komponen nutrisi (amino acid, fatty acid dan amylase) yang memberikan nutrisi
untuk regenerasi dan perbaikan kulit yg terbakar. Makin cepat diberi MEBO,
hasilnya lebih baik ( dalam 4-12 jam setelah kejadian).12

24
BAB IV
KESIMPULAN

Pada kasus pasien menderita luka bakar termal grade 2A, luas luka bakar
19% yang disebabkan air panas. Luka bakar akibat air panas merupakan kasus
terbanyak yang dialami pada anak-anak. Pasien mengalami luka pada sebagian
dada, perut, tangan dan tungkai. Dengan perhitungan luas luka bakar 19%
berdasarkan rule of nine. Pasien merasakan sangat nyeri, tampak kulit yang sudah
mengelupas dengan permukaan kemerahan, serta terdapat bula. Berdasarkan klinis
pasien termasuk luka derajat IIA.

Pengobatan terhadap kasus luka bakar tetap perhatikan primary survey.


Resusitasi cairan penting untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik akibat
permebilitas yang meningkat. Formula Baxter merupakan salah satu formula yang
sederhana dalam menentukan kebutuhan cairan pada anak dengan rumus 2cc x kg
BB x persen luka bakar di tambah cairan maintenance. Keberhasilan resusitasi
cairan dilihat dari diuresis yaitu 1 mL/kgBB/jam pada anak BB < 30 kg.
Terpenting juga adalah pemantauan apakah sirkulasi normal atau tidak.

Pemberian antibiotic sistemik berguna untuk mencegah terjadinya infeksi


akibat luka yang terbuka dan mudah terpapar dengan kuman. Obat analgesia
penting untuk mengatatasi nyeri yang menjadi keluhan pasien. Pemberian MEBO
sebagai terapi topical luka bakar terbuat dari bahan alami membantu memulihan
luka bakar dan menghilangkan nyeri serta memberikan nutrisi untuk regenerasi
dan perbaikan kulit yang terbakar.

25

Anda mungkin juga menyukai