Anda di halaman 1dari 90

Strategi Pengelolaan

Risiko

By : Netti Tinaprilla

Departemen Agribisnis
FEM - IPB
Strategi pengelolaan risiko

yaitu siasat untuk melindungi aset dan


kemampuan perusahaan dalam
memberikan hasil dengan mengurangi
ancaman kerugian akibat dari peristiwa
yang tidak dapat dikendalikan
Petani memiliki banyak pilihan dalam
mengelola risiko usaha :

1.diversifikasi usaha (enterprise diversification)


2.integrasi vertikal (vertical integration)
3.kontrak produksi (production contract)
4.kontrak pemasaran (marketing contract)
5.perlindungan nilai (hedging)
6.asuransi (insurance)

Risiko produksi dan risiko harga beserta sikap petani


terhadap risiko memiliki pengaruh yang kuat
terhadap pilihan strategi pengelolaan risiko.
1. Diversification
• Diversification is a frequently used risk management
strategy that involves participating in more than one
activity.

• Motivasi untuk diversifikasi didasarkan pada ide


bahwa hasil dari bermacam-macam usaha tidak
meningkat atau turun pada satu saat (bersamaan),
sehingga apabila satu usaha memiliki hasil yang
rendah maka usaha-usaha yang lain mungkin akan
memiliki hasil yang lebih tinggi.
Bentuk diversifikasi :
a. usaha beberapa jenis tanaman
b. usaha tanaman dan ternak
c. usaha tanaman dan ikan
d. usaha ternak dan ikan
Lokasi usaha :
a. pada satu hamparan lahan
b. pada bidang lahan yang terpencar
Bedakan
• Pola tanam
• Diversifikasi
• Rotasi tanaman
• Tumpang sari
• Tumpang gilir
• Integrasi (horisontal, vertikal) : dengan
ternak ? Ikan?
Pola tanam IP300 (lahan 1 ha)
ha

1 ha
Padi Persi Padi jagung Persi
apan apan
laha laha 1 tahun
n n

1sep 1jan 15jan 15mei 15agt 1sep


Diversifikasi (lahan 1 ha dibagi menjadi @0.25 ha)
ha

1 ha
Padi kede Padi kede Padi kede
lai lai lai
k.Ijo K.tn k.Ijo k.tnh k.Ijo k.tnh 1 tahun
h

1sep 1jan 1mei 1sep


Rotasi tanaman (lahan 1 ha)
ha

1 ha
Padi kede k.ijo Padi K,tn k.,ijo
lai h
k,.ijo k.tnh k.tnh kede kede Padi 1 tahun
lai lai

1sep 1jan 1mei 1sep


ha
Tumpang sari (lahan 1 ha)

1agt
1 ha singkong
Kac.ijo Kac ijo Kac..ijo

1sep 1jan 1mei 1sep


ha
Tumpang gilir (lahan 1 ha)

1agt
1 ha singkong
Kac.ijo kedelai Kac.tnh

1sep 1jan 1mei 1sep


• Kelebihan dari diversifikasi :
a. mengurangi risiko
b. efektifitas tenaga kerja
c. efektifitas peralatan
d. efisiensi biaya

• Keterbatasan dari diversifikasi :


a. membutuhkan perlengkapan dan input khusus
b. membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas
c. teknologi menjadi lebih rumit
Hasil penelitian Farianti (2008) :
risiko produksi portofolio, yaitu risiko yang dihadapi
rumah tangga petani sayuran di Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung dengan
melakukan diversifikasi usahatani kentang dan
kubis, lebih rendah dibandingkan dengan risiko
produksi tunggal yaitu risiko produksi kentang atau
risiko produksi kubis.

Schoney, Taylor and Hayward :


- menguji usahatani campuran pada petani-petani di
Saskatchewan
 pengurangan risiko diperoleh melalui
diversifikasi dua atau tiga komoditi.
2. Vertical (backward-forward) and
horizontal Integration
• Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam
payung koordinasi vertikal.

Vertical coordination includes all of the ways that


output from one stage of production and
distribution is transferred to another stage.

- Sebuah perusahaan melakukan integrasi


vertikal apabila memiliki kontrol kepemilikan suatu
komoditi pada dua atau lebih tingkat kegiatan.
• Contoh :
1. Usaha ternak sapi dari ukuran kecil –sedang-besar
2. Usaha pendederan ikan patin dari pemijahan –
pembenihan – pendederan

Integrasi vertikal juga dapat mengubah bentuk produk yang


diusahakan.
• Contoh :
1. Usahatani jagung (untuk pakan) – usaha ternak
2. Usaha pembesaran ikan konsumsi – rumah makan
Integrasi vertikal pada kegiatan pemasaran.
-Contoh :
Usahatani kentang – menyortir – mengumpulkan –
mengemas kentang untuk dijual eceran

Integrasi vertikal pada aspek fungsi kerjasama.


-Contoh :
Petani-petani jeruk di California membentuk suatu
organisasi yang memasarkan buah jeruk segar dan jus
jeruk
3. Production Contracts
• Production contracts typically give the contractor (the
buyer of the commodity) considerable control over
the production process (Perry, 1997).

• Kontrak produksi biasanya menetapkan dengan rinci


pasokan input produksi oleh kontraktor (pembeli),
kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akan
diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan
kepada petani.
• Contoh :
- umumnya pengusaha ayam pedaging
memiliki kontrol atas usaha produksi
anak ayam, seperti halnya input- input
produksi tertentu dan pelaksanaan
manajemen produksi.

• Contractor (pembeli) memiliki kontrol atas :


- proses produksi
- input produksi tertentu
- pelaksanaan manajemen khusus
- Contractee (peternak) :
- menerima fee sebagai kompensasi
melakukan proses produksi

- Perusahaan Besar umumnya menggunakan


kontrak produksi dengan peternak untuk
menjamin batas waktu dan kualitas
komoditi, dan untuk mengontrol cara-cara
proses produksi.
Ada dua tipe dasar kontrak produksi :
1. Kontrak manajemen produksi (production
management contract)
2. Kontrak penyediaan sumberdaya (resource
providing contract)
Ad 1. Kontrak manajemen produksi (tanpa
penyediaan sbdy) :
- umumnya digunakan untuk pengolahan sayuran (sweet
corn, green peas)
- pembeli mengontrol keputusan yang akan dibuat
petani, meliputi jadual penanaman dan varietas benih.
Pembeli meningkatkan kemungkinan penerimaan
komoditi yang sesuai dengan karakteristik tertentu yang
diharapkan.
- petani menanam sesuai kesepakatan demi memperoleh
jaminan pasar dan jaminan harga (yg sesuai dengan
kualitas)
- Sebagian risiko harga ditanggung oleh petani
(mengacu pada pertimbangan kualitas atau tergantung
grade)
- Petani menanggung risiko produksi

• Ad 2. Kontrak penyediaan sumberdaya :


– Digunakan ketika input-input dan manajemen khusus
diperlukan untuk menjamin sifat-sifat produk akhir
– Umumnya terdapat pada industri ayam pedaging
– Produsen (peternak) ayam pedaging menyediakan
lahan, fasilitas produksi, perlengkapan, tenaga kerja,
dan biaya produksi (persiapan, pemeliharaan dan
pemupukan)
– Pembeli (perusahaan besar) menyediakan anak ayam,
pakan, pelayanan kesehatan, manajemen dan
transportasi.
Pada kontrak dalam industri ayam pedaging :
pembayaran didasarkan pada efisiensi keragaan
peternak dibandingkan terhadap seluruh peternak dalam
kelompoknya (“round”) yang meliputi dua komponen,
yaitu :
1. Pembayaran pokok (base payment)
yaitu sejumlah tertentu per pon berat bersih ayam
yang dihasilkan
2. Pembayaran insentif (incentive payment)
yang tergantung pada efisiensi peternak dalam
konversi pakan, tingkat mortalitas ayam, dan
berat ayam dibandingkan dengan seluruh peternak
dalam kelompoknya.
 biaya-biaya tersebut diperhitungkan yang akan
menentukan “settlement cost” peternak.

Apabila “settlement cost” untuk seluruh produksi


sekelompok peternak pada suatu periode tertentu lebih
besar daripada biaya individual si peternak A, maka
peternak tersebut akan mendapat insentif.
Sebaliknya penalti dikenakan apabila “settlement cost” si
peternak A lebih besar daripada seluruh peternak dalam
kelompoknya.
Ex utk peternak yg KONTRAK BERKELOMPOK :
Pak Amin : ayamnya dibeli per ekor = 1.4 kg x Rp 22.000 = Rp
30800/kg. Penghematan rata-rata kelompok = Rp 1000/kg
penghematan Pak Amin = Rp 1500/kg maka Pak Amin
mendapat insentif
Knoeber dan Thurman ( diacu dalam Harwood et al 1999)
studi tentang industri ayam pedaging yang menguji
pengalihan risiko pada tipe “relatif-performance contract”
(“contract with round”) dibandingkan dengan “contract
without round” dan “independent grower”.
Didefinisikan :
- pembayaran pada kasus kontrak tanpa kelompok
sebagai sejumlah pembayaran tertentu ditambah suatu
jumlah yang merupakan keragaan konversi pakan yang
bervariasi dari suatu standar yang tidak berubah
sepanjang waktu.

Ex utk peternak KONTRAK TDK BERKELOMPOK :


Pak Iman : ayamnya dibeli per ekor = 1.4 kg x Rp 22.000 = Rp
30800/kg. Penghematan Pak Iman = Rp 1500/kg maka Pak
Iman mendapat insentif tetapi berbeda dg yg berkelompok
(bisa juga tidak)
- pada kasus peternak bebas diasumsikan bahwa
peternak membeli input dan menjual ayamnya pada
harga pasar dan tidak memiliki kontrak dengan seorang
“integrator”
Ex utk peternak TDK KONTRAK (BEBAS MANDIRI) :
Pak Aman : ayamnya dibeli per ekor = 1.4 kg x Rp 20.000 = Rp
28000/kg. (harga pasar dan tidak ada insentif)
Kesimpulan :
- 89 persen peternak pada kasus kontrak dengan kelompok
menghasilkan penurunan risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan kontrak tanpa kelompok.
- Kontrak dengan dan tanpa kelompok mengurangi risiko
masing-masing sebesar 97 dan 94 persen dibandingkan
dengan peternak bebas.
Rhodes and Grimes :
Alasan utama petani melakukan kontrak produksi yaitu
kombinasi dari risiko pasar yang lebih rendah
dan fluktuasi pendapatan yang kecil

Perry :
Petani memperoleh manfaat dan bimbingan
teknis, keahlian manajerial, dan mendapat
akses kemajuan teknologi (stok DOC yang berkualitas
tinggi) yang tidak mungkin diperoleh tanpa melakukan
kontrak produksi.
Kritikan terhadap kontrak produksi :

Hamilton; Charlier; Harris :


- membatasi kapasitas kewirausahaan petani

Jenner :
- petani berada dalam suatu sistem yang kurang
menguntungkan, yang mana pengusaha tidak
memiliki insentif untuk menjaga keakuratan pembiayaan
dan alokasi input diantara petani, dan standar mutlak
mungkin lebih adil dan transparan.
4. Marketing Contract

Kontrak pemasaran adalah perjanjian baik secara


tertulis maupun lisan antara pedagang dan produsen
tentang penetapan harga dan penjualan untuk suatu
komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap
dipasarkan (Perry, 1997).

Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik


petani, termasuk keputusan manajemen (seperti
menentukan varietas benih, penggunaan input dan
kapan waktunya).
Beberapa jenis kontrak pemasaran :

(1) Flat (fixed) price contract :


suatu perjanjian di muka yang menetapkan
harga tertentu di awal yang harus dibayar oleh
pembeli kepada penjual.
Ex : petani mangga dg tengkulak, tengkulak
membeli bulan Januari untuk panen bulan April.
April diduga harga Rp 4000/kg. Tengkulak
menetapkan Rp 3000kg (per Januari). Jika
ternyata April Rp 2500, tengkulak rugi.
(2) Basis contract :
Suatu perjanjian di muka yang menghendaki
agar harga ditetapkan dengan menerapkan
suatu perbedaan tertentu (the basis) pada
harga mendatang yang diamati pada waktu
mendatang, sebagaimana dipilih oleh salah satu
pihak yang melakukan perjanjian.
Harga ditentukan berbeda Rp 1000/kg dengan
harga bulan April (Jika terjadi April= 4000, maka
petani menerima harga 3000, jika harga april
3000, petani menerima harga 2000, jika april
harganya 6000, maka petani menerima harga
5000.
(3) Deferred price contract :
(a) perjanjian di muka yang mana harga
ditentukan kemudian.
Perjanjian Bulan Januari, transaksi kesepakatan
untuk panen April, harga ditentukan nanti (April),
namun petani masih harus merawat dan
memelihara buah mangga tsb smp april.
(b) suatu perjanjian di muka yang
mentransfer kepemilikan sebelum harga
ditentukan.
Perjanjian Januari untuk panen April. Harga
ditentukan April, namun petani sejak Januari
melepas kepemilikan shg perawatan tg jawab
tengkulak.
(4) Minimum price contract :
Suatu perjanjian untuk melindungi petani
terhadap penurunan harga di bawah batas
minimum sampai batas waktu perjanjian.
Harga ditentukan April. Saat ini Januari
harganya 4000, februari 3000, maret 2000.
maka untuk mencegah harga turun terus
(sampai 1000), harga ditentukan tidak boleh
kurang dari 2000. jika harga april 1000, petani
masih aman dengan 2000.
(5) Hedge-to-arrive (HTA) contract :
Persetujuan antara seorang petani dan
pembeli yang menghendaki agar petani
mengirimkan dan pembeli membayar untuk
suatu komoditi pada masa yang akan datang
pada harga mendatang ditambah sejumlah
tertentu yang ditentukan pada saat
pengiriman.
Kesepakatan Januari, namun harga ditentukan
April sesuai dengan harga pasar + 20%,
shg walaupun harga jatuh, petani masih
mendapat kenaikan harga 20%
Tabel 6. Perbandingan Karakter Kontrak Pemasaran dan Kontrak Produksi

Kontrak Pemasaran Kontrak Produksi


Contractor : Contractor :
-Hanya membeli komoditas dgn kualitas dan -Mengatur untuk mendapatkan kualitas dan
kuantitas tertentu dgn harga negosiasi kuantitas tertentu dari komoditas yang akan
-Tidak menjadi pemilik komoditas sampai diproduksi
komoditas tsb dikirim -Umumnya jadi pemilik komoditas sejak
-Hanya memiliki sedikit pengaruh dalam komoditas diproduksi
keputusan produksi -Memiliki sebagian besar keputusan produksi

Contractee (Operator) : -Contractee (Operator) :


-Ada pembeli dan harga (kesepakatan aturan -Menyediakan jasa dan input tetap (lahan,
harga sebelum panen) bangunan, dsb)
-Menyediakan sendiri input dan biaya -Menyediakan sebagian kecil input produksi
produksi -Umumnya bukan pemilik komoditas
-memiliki komoditas saat produksi masih -Hanya sedikit memiliki keputusan produksi
berjalan -Tidak terlalu terkait risiko harga dan pasar,
-Memiliki semua atau sebagian besar terbatas dalam risiko produksi
keputusan produksi -Hanya menerima fee atas jasa proses
-Menanggung semua risiko produksi, tapi produksi,
dapat mengurangi risiko perubahan harga tidak mencerminkan nilai pasar komoditas yang
-Menerima bagian terbesar dari nilai produksi diproduks
total
5. Hedging
Future market :
- suatu sistem pasar yang menyediakan fasilitas untuk
menanggapi perdagangan secara cepat dalam unit produk
terstandarisasi dalam mutu dan jumlah yang akan dikirim
pada masa yang akan datang.

- Tidak terkait dengan komoditas secara fisik karena yang


diperdagangkan hanya janji-janji berupa kontrak
pengiriman komoditas pada tanggal tertentu pada masa
yang akan datang.

- Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan para


pedagang dapat dianggap sebagai keputusan dan
tindakan spekulasi yang menawarkan peluang keuntungan
dan kerugian atas keputusan yang diambil atau tindakan
yang dilakukan.
Contoh :

• Bulan Maret 2010 Rahmat menjual kontrak kedelai bulan Agustus


2010 sebanyak 1.500 kg dengan harga kontrak Rp 15.000,00/kg
kepada Arif.
• Awal bulan Juni 2010, berdasarkan hasil pengamatannya, Rahmat
membeli kembali kontrak yang telah dijualnya dengan harga kontrak
Rp 16.000,00/kg.
• Beberapa hari kemudian, Rahmat melihat gejala yang sangat mungkin
menurunnya harga kedelai pada bulan Agustus 2010, sehingga ia
segera menjual kembali kontrak kedelai bulan Agustus 2010 tersebut
dengan harga Rp 15.500,00/kg kepada Kurnia.
• Kurnia menahan sementara untuk tidak menawarkan kontrak tersebut
kepada pihak lain sampai ada penawaran harga yang baik. Menjelang
akhir bulan Juli 2010 harga penawaran mencapai Rp 17.500,00/kg,
maka Kurnia segera menjual kembali kontrak tersebut.
Dalam periode bulan Maret s/d Agustus 2010, Rahmat, Arif
dan Kurnia menerima kenyataan yang berbeda dari keputusan
dan tindakan spekulasinya. Ada yang untung dan ada yang
rugi.

Pedagang yang lihai melihat peluang dan tepat


memperkirakan kemungkinan perubahan harga akan dapat
memperoleh keberuntungan.

Future market bukan hanya sekedar spekulasi atau mengadu


untung, tetapi besar manfaatnya jika digabungkan dengan
pasar tunai (cash market) yang mana secara fisik komoditas
yang diperdagangkan benar-benar ada di tangan.

Penggabungan future market dan cash market ada yang


dikenal dengan usaha perlindungan (hedging).
Hedging :
- mengambil posisi di suatu pasar berjangka
untuk mengurangi risiko kehilangan finansial
dari perubahan harga.
- melibatkan pengalihan risiko dari suatu usaha
yang menginginkan pengurangan risiko (the
hedger) kepada pihak yang mau menerima
risiko dalam pertukaran profit yang diharapkan
(the speculator).
• Ada dua tipe hedging, yaitu :

1. The Selling Hedge :


- suatu tipe hedge yang digunakan oleh orang atau lembaga
yang memiliki atau menyimpan sejumlah komoditas untuk
mengalihkan risiko kemungkinan turunnya harga dengan
menjual future contract (FC) melalui future market.
- dilakukan oleh petani, pedagang perantara, dan industri
pengolahan

2. The Buying Hedge :


- suatu tipe hedge yang digunakan oleh orang atau lembaga
yang ingin membeli komoditas tertentu untuk penggunaan
pada masa yang akan datang dengan cara membeli future
contract melalui future market untuk memproteksi posisinya
dalam cash market dalam menghadapi kemungkinan
meningkatnya harga komoditas tersebut.
- dilakukan oleh pedagang perantara dan industri
pengolahan.
• Hedge dapat digunakan sebagai the storage hedge dan
the preharvest hedge.
• The storage hedge :
- Tujuannya : untuk melindungi perusahaan menghadapi
pergerakan cash price yang merugikan dan
membantu perusahaan dalam menutupi carrying
charges, seperti biaya penyimpanan, beban bunga,
dan premi asuransi, yang timbul akibat penanganan
dan penyimpanan persediaan dalam waktu yang
relatif lama.
- Didasarkan pada harapan bahwa basis komoditas yang
disimpan akan mengecil sejalan dengan semakin
dekatnya kontrak jatuh tempo.
Contoh :
Perusahaan Dagang (PD) Jaya Makmur, suatu usaha
perdagangan komoditas pertanian, ingin membeli sejumlah
kopi pada bulan November 2009 dengan harga tunai Rp
14.000,00/kg untuk disimpan kemudian dipasarkan pada
saat harga tunai menguntungkan. Pemilik PD Jaya Makmur
memperkirakan harga tunai pada bulan Juni 2010 Rp
15.000,00/kg dan biaya penyimpanan selama periode Nov
2009 – Juni 2010 sebesar Rp 1.200,00/kg.
Keuntungan dari pasar tunai diperkirakan Rp 1.000,00/kg
(15000-14000)
PD Jaya Makmur memperkirakan akan rugi sebesar Rp
200,00/kg. (14000+1200)-15000
Untuk menghindari kerugian tersebut, maka disusun tabel
Hedge, dengan harga-harga sesuai dengan perkiraannya
(Tabel 1).
Tabel 1. Ilustrasi Bagaimana Hedge Digunakan dalam Perlindungan Penyimpanan

Tanggal Cash Market Future Market Basis


1 November 2009 Membeli kopi Menjual Juli-Future Contract Rp 1.500,00
Rp 14.000,00/kg Kopi @ Rp 15.500,00
1 Juni 2010 Menjual kopi Membeli Juli-Future Contract -Rp 200,00
@ Rp 15.000,00 Kopi @ Rp 15.200,00
Gain/loss Rp 1.000,00 Rp 300,00 Rp 1.300,00

Harga jual tunai 1 Juni 2010 = Rp 15.000,00


+Gain dari FC = Rp 300,00
Total penerimaan = Rp 15.300,00
-Harga beli tunai 1 November 2009 = Rp 14.000,00
Return to storage = Rp 1.300,00
Storage cost = Rp 1.200.00
Keberadaan future market membantu PD Jaya
Makmur dalam menutupi biaya penyimpanan
yang harus dikeluarkan selama periode
penyimpanan tersebut dan masih tetap memperoleh
keuntungan.
- The Preharvest Hedge :
- memerlukan pengetahuan dan pengalaman bagi
petani mengenai kecenderungan local harvest basis,
yaitu perbedaan antara harga tunai lokal dan harga
kemudian (future price).
- untuk menstabilkan pendapatan petani akibat
perkiraan jatuhnya harga tunai komoditas pada saat
panen nanti di bawah harga tunai yang diestimasi,
maka petani menyusun the preharvest hedge (Tabel
2).
• 1 Maret 2009 menanam cabai keriting
• estimasi harga tunai bulan November 2009 sebesar Rp
20.000,00/kg.
• Namun perkiraan tersebut tidak selalu pasti, bahkan dapat
jauh lebih rendah. Petani dapat menggunakan hedge
dengan mengambil posisi menjual Desember-FC cabai
keriting seharga Rp 22.000,00/kg dan membeli kembali
seharga Rp 21.000,00/kg pada tanggal 1 November 2009,
sebelum masa kontraknya habis.
• Dengan demikian petani memperoleh future gain sebesar
Rp 1.000,00/kg.
• Walaupun harga tunai yang diterima petani pada tanggal 1
November 2009 sebesar Rp 19.000,00/kg, dengan selisih
Rp 1.000,00/kg dibawah perkiraan semula, tetapi dengan
keputusan yang tepat oleh petani untuk menggunakan
hedge, maka selisih harga tersebut tetap akan diterima oleh
petani sehingga sesuai dengan total penerimaan yang telah
diestimasi sebelumnya.
 Kelihaian petani untuk menggunakan hedge pada saat
yang tepat memungkinkan untuk mentransfer risiko dan
memupuk keuntungan.
Tabel 2. Ilustrasi Bagaimana Hedge Digunakan dalam Perlindungan Preharvest

Tanggal Cash Market Future Market Basis


1 Maret 2009 Menanam cabai keriting dan Menjual Des-FC Rp 2.000,00
Estimasi harga tunai Cabai keriting
November 2009 Rp20.000,00/kg Rp 22.000,00/kg
1 November 2009 Panen cabai keriting dan Membeli Nov-FC (Rp 2.000,00)
menjualnya dengan harga tunai Cabai keriting
Rp19.000,00/kg Rp 21.000,00
Gain/loss (Rp 1.000,00) Rp 1.000,00

Harga jual tunai 1 November 2009 = Rp 19.000,00


+Gain dari FC = Rp 1.000,00
Total penerimaan = Rp 20.000,00
- Estimasi harga tunai 1 Maret 2009 = Rp 20.000,00  impas
Penerimaan bersih petani pada situasi penjualan saat
panen :

Ru = [(F2 + B2) * Y2] – C


Ru = [21000 + (-2000) * Y2] -C

Dimana :
F2 = harvest futures price
B2 = harvest basis
Y2 = actual production
C = production costs
• Penerimaan bersih yang diharapkan pada saat panen :

Rh = [(F2 + B2) * Y2] + [(F1 – F2) * (h * Y1)] – C


Dimana :
(F1 – F2) = profit or loss associated with the farmer’s
future market position
h * Y1 = quantity hedged
h = hedge ratio
Y1 = expected production
Asumsi : output diketahui dengan pasti dan produksi aktual
sama dengan quantity hedge (Y2 = h * Y1)
Maka :
Rh = [(F2 + B2) * Y2] + [(F1 – F2) * Y2] – C
Atau :
Rh = [Y2 * (F1 + B2)] - C
SISTEM RESI GUDANG
(Warehouse Receipt System)

1. Definisi
Sistem Resi Gudang adalah Kegiatan yang berkaitan
dengan Penerbitan, Pengalihan, Penjaminan dan
Penyelesaian Transaksi Resi Gudang.

Resi Gudang adalah Dokumen Bukti Kepemilikan atas


barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh
pengelola gudang (dimiliki debitur dan dpt
dijual/digadaikan ke kreditur sbg jaminan)

Barang adalah Setiap benda bergerak yang dapat


disimpan dalam jangka waktu tertentu dan
diperdagangkan secara umum.
Pemegang Resi Gudang adalah Pemilik
barang atau pihak yang menerima
pengalihan dari pemilik barang atau pihak
lain yang menerima pengalihan lebih lanjut.

Pengelola Gudang adalah Pihak yang


melakukan usaha pergudangan, baik
gudang milik sendiri maupun milik orang
lain, yang melakukan penyimpanan,
pemeliharaan dan pengawasan barang yang
disimpan oleh pemilik barang serta berhak
menerbitkan Resi Gudang.
Resi Gudang adalah (BAPPEBTI 2005)
- surat berharga berupa dokumen sebagai bukti
kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang
yang diterbitkan oleh pengelola gudang.
- salah satu instrumen penting, efektif dan negotiable
(dapat diperdagangkan) serta swapped (dipertukarkan)
dalam sistem pembiayaan perdagangan suatu negara
- sebagai jaminan (collateral) atau sebagai bukti
penyerahan barang dalam rangka pemenuhan kontrak
derivatif yang jatuh tempo.
Sistem Resi Gudang (SRG) adalah
kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan,
penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang.
SRG diatur dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 2006
tentang Resi Gudang

Tujuan diberlakukannya Undang-Undang Resi Gudang


adalah :
- memberikan dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap kepastian hukum
- melindungi masyarakat
- memperluas akses masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas pembiayaan
Manfaat Resi Gudang :
- Keterkendalian dan kestabilan harga komoditi.
- Keterjaminan modal produksi.
- Keleluasaan penyaluran kredit bagi perbankan.
- Keterkendalian sediaan (stok) nasional.
- Keterpantauan lalu lintas produk/komoditi.
- Keterjaminan bahan baku industri.
- Efisiensi logistik dan distribusi.
- Kontribusi fiskal.
2. Pengertian Hak Jaminan Atas Resi Gudang
Hak Jaminan atas Resi Gudang adalah Hak
Jaminan yang dibebankan pada Resi
Gudang untuk pelunasan utang yang
memberikan kedudukan untuk diutamakan
bagi penerima hak jaminan terhadap kreditur
yang lain (Pasal 1 angka (9) UU SRG).
Hak Jaminan dalam undang-undang ini
meliputi klaim asuransi dalam hal barang
sebagaimana tersebut dalam Resi Gudang
diasuransikan
(Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU SRG)
3. Para Pihak Dalam Jaminan Resi Gudang

1. Kreditur yang menerima jaminan dan


akan menyimpan Resi Gudang sebagai
jaminan dari Debitur
2. Debitur yang menyerahkan Resi Gudang
sebagai dokumen bukti kepemilikan atas
barang yang disimpan di dalam gudang.
3. Pengelola Gudang yang mengelola
barang-barang debitur yang ditaruh di
dalam gudang.
4. Asas-Asas Hak Jaminan atas Resi Gudang
1). Asas-asas Hak Kebendaan
a. Asas Absolut
b. Asas Droit de Suite
c. Asas Droit de Preference
Pasal 12 ayat (2) UU SRG :
“Setiap Resi Gudang yang diterbitkan hanya dapat
dibebani satu jaminan utang”.
Pasal 16 ayat (2) PP. 36 Tahun 2007
Tentang Pelaksana UU No.9 Tahun 2006
Tentang Sistem Resi Gudang:
“Hak Jaminan atas Resi Gudang memberikan
kedudukan untuk diutamakan bagi kreditur Penerima
Hak Jaminan terhadap kreditur lain.
2). Bersifat Accesoir
Perjanjian Hak Jaminan merupakan perjanjian
ikutan dari suatu perjanjian utang piutang yang
menjadi perjanjian pokok.
(Pasal 12 (1) UU SRG).
3). Asas Publiciteit
Penerima Hak Jaminan harus memberitahukan
perjanjian pengikatan Resi Gudang sebagai Hak
Jaminan kepada Pusat Registrasi dan Pengelola
Gudang
(Pasal 13 UUSRG)
4). Asas Specialiteit
Akta perjanjian Hak Jaminan harus memuat
a. Identitas pihak pemberi dan penerima Hak
Jaminan
b. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan Hak
Jaminan
c. Spesifikasi Resi Gudang yang diagunkan
d. Nilai Jaminan Utang; dan
e. Nilai barang berdasarkan harga pasar saat
barang di masukkan ke dalam gudang.
5). Obyek Jaminan dalam Hak Jaminan atas Resi
Gudang
Barang bergerak yang disimpan dalam jangka
waktu tertentu dan diperdagangkan secara umum
(Pasal 1 angka (5) UU SRG).

Peraturan Menteri Perdagangan RI No.26/M-


DAG/Per/6/2007.
Pasal 3 : ‘Barang’ dalam sistem Resi Gudang
memiliki daya simpan paling sedikit 3 (tiga)
bulan, memiliki standar mutu tertentu,
jumlah minimum barang disimpan.
Pasal 4 (1) :
Gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada,
karet, rumput laut, dengan catatan bahwa
penetapan tentang Barang ini dapat
berkembang dengan rekomendasi
Pemerintah Daerah, instansi terkait, asosiasi
komoditas, dengan tetap memperhatikan
persyaratan pada Pasal 3
(vide Pasal 4 ayat (2), Permendag No.26/M-
DAG/Per/6/2007.
6. Tahapan Terjadinya Hak Jaminan atas Resi
Gudang
Akta Perjanjian Hak Jaminan
(Pasal 14 ayat 1 dan 2 UU SRG)

Kreditur memberitahukan perjanjian pengikatan


Resi Gudang Sebagai Hak Jaminan Kepada
Pusat Registrasi dan Pengelola Gudang
(Pasal 13 UU SRG)
Pemberitahuan disampaikan secara tertulis dengan Formulir
dari Badan Pengawas dan
dilengkapi dengan foto copy Perjanjian
Hak Jaminan dan foto copy Resi Gudang
(Pasal 17 (3) UU SRG)

Dicatat dalam buku Daftar Pembebanan


Hak Jaminan oleh Pusat Registrasi

Penerbitan konfirmasi pemberitahuan pembebanan


Hak Jaminan secara tertulis atau elektronik kepada penerima
hak jaminan, Pemberi Hak Jaminan dan Pengelola Gudang
(Pasal 18 (1) dan (2) PP No.36/2007)
7). Hapusnya Hak Jaminan atas Resi Gudang
a. Hapusnya utang pokok yang dijamin dengan
hak jaminan dan;
b. Pelepasan Hak Jaminan oleh Penerima Hak
Jaminan
(Pasal 15 UU SRG)

8). Eksekusi dalam Hak Jaminan atas Resi Gudang


Pasal 16 UU SRG
(1) Apabila pemberi hak jaminan cidera janji,
penerima hak jaminan mempunyai hak
untuk menjual obyek jaminan atas
kekuasaan sendiri melalui lelang umum
atau penjualan langsun
(2). Penerima hak jaminan memiliki
Resi Gudang: Pembiayaan & Perlindungan Harga
Percontohan: Lampung (lada, kopi); Jawa Barat (gabah); Jawa Tengah (gabah dan jagung);
Jawa timur (gabah); dan Sulawesi Selatan (gabah, kakao, jagung), dan lain-lain

PENILAIAN
DOKUMEN RG
KUALITAS

ORIENTASI
EKSPOR

TANAM SAMPAI KOMODITAS PENGERINGAN - KOMODITAS PENGELOLA


PANEN MENTAH/ASALAN SORTASI- SIAP SIMPAN GUDANG

PRA-PANEN MASA-PANEN PASCA-PANEN KONSUMSI


DLM NEGERI /
KETAHANAN
PANGAN

DEP. PERTANIAN; BPPT,


DEPDAG
KEM. KOPERASI PEMDA,
– BAPPEBTI, BI
& UKM SWASTA

Pengurangan ketergantungan Alat panen, pengering, sortasi


petani/UKM kepada tengkulak • Mutu lebih baik; SKEMA
(melalui skema pendanaan), SISTEM RESI
• Masa simpan lebih panjang;
penyediaan sarana dan faktor GUDANG
• Harga terjamin/terlindung
produksi: pupuk, pestisida, dsb
Contoh Dokumen Resi Gudang
6. Asuransi
UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung
jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
• Asuransi sering digunakan oleh petani untuk tujuan
menanggulangi risiko atas hasil (juga penerimaan)
pertanian, dan sudah sangat banyak digunakan di
luar pertanian seperti properti, kesehatan dan
kendaraan.

• Bagi kepentingan individu asuransi bagai pertukaran


sesuatu yang pasti dari sedikit uang premi untuk
sebuah perlindungan dari yang tidak pasti namun
berpotensi besar dapat menimbulkan kerugian (loss).

• Pembayaran ganti rugi diberikan dengan besaran


sesuai pilihan petani atas jaminan asuransi yang diset
oleh perusahaan asuransi.
• Seseorang harus memperhitungkan berapa besar
pertanggungan asuransi dapat mengganti
kehilangan/kerugian yang terjadi.

• Satu kunci karakter pasar asuransi adalah konsep risk


pooling yaitu gabungan peluang risiko yang terjadi
pada banyak orang yang berkontribusi melalui
pembayaran premi sebagai dana bersama, yang mana
dana tersebut digunakan untuk membayar kerugian setiap
orang yang berada pada pool (kumpulan orang) tersebut
(Ray).

• Dalam hal market failure pemerintahlah yang melakukan


program multi-peril crop insurance (MPCI = asuransi
tanaman multi-ancaman bencana).
• Idenya adalah karena produksi tanaman memiliki multi-
ancaman bencana alam, seperti kekeringan, banjir,
penyakit dan sebagainya pada cakupan wilayah yang
sangat luas.

• Hal ini sangat sulit bagi perusahaan swasta, karena


banyaknya ancaman kegagalan (Miranda and Glauber;
Ray).

• Alasan lain MPCI oleh swasta gagal karena petani


telah merespon sendiri risiko dengan cara
diversifikasi produksi dan meredam konsumsi
melalui tabungan dan pinjaman yang mengurangi
efek asuransi dan mengakibatkan asuransi tidak
menarik bagi petani.
• Faktor lain yang juga merupakan masalah yang
signifikan dalam MPCI adalah moral hazartd (buruk
moral) dan adverse selection (pilihan merugikan).

• Moral hazard misalnya upaya secara sengaja petani


membiarkan dan mempercepat tanaman kena bencana
setelah mereka membeli polis asuransi.

• Adverse selection dilakukan petani yang sengaja


membeli polis asuransi karena sudah mengetahui
informasi bencana yang akan melanda daerahnya.
• Kompensasi yang diterima oleh produsen (petani)
akibat kerusakan yang dialami usahanya :

Indemnity = Max [(Guaranteed Yield – Actual


Yield),0] * Price Guarantee

Perusahaan asuransi menentukan harga pada


produknya untuk menutup biaya overhead, biaya
produksi, dan pendapatan yang diinginkan.
Besar premi yang ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut :

Premium = (Actuarially Fair Premium +


Administrative Cost) > Expected Indemnity
• Contoh :
Diasumsikan seorang petani kedelai memiliki suatu APH
(Actual Production History) 12 ton per ha dan memilih
hasil produksi yang dicover asuransi adalah 75 persen.
Jadi hasil produksi yang dijamin asuransi adalah 8 ton
per ha (75% x 12 ton). Jika produksi aktual adalah 5 ton
per ha, maka indemnity akan dibayarkan untuk produksi
3 ton (8 – 5 ton). Jika petani memilih harga kedelai Rp
5.000,00/kg, maka indemnity yang diterima petani
adalah sebesar Rp 15.000.000,00 ( 3 ton x Rp
5.000,00/kg).
• Federasi MPCI menyediakan empat jenis subsidi, yaitu :
(1) Premium subsidy
(2) Delivery expense reimbursement
(3) Reinsurance
(4) Excess losses

Premi yang dibebankan kepada petani dengan adanya


subsidi adalah :

Premium = (Actuarially Fair Premium – Premium


Subsidy) < Expected Indemnity
Perusahaan yang telah melaksanakan program
asuransi di Indonesia, antara lain :
(1) Koperasi Persusuan Bandung Selatan (KPBS)
a. Santunan kematian ternak
b. Santunan kematian anggota atau suami atau
istri anggota
c. Santunan asuransi untuk karyawan dan
pengurus
(2) PT Asuransi Jasa Indonesia (PT Jasindo)
a. Subsistem pengadaan sarana produksi :
pabrik pupuk, alat-alat pertanian
b. Subsistem pengolahan :
pabrik gula, pabrik tekstil
c. Subsistem budidaya pertanian :
perkebunan besar pada komoditi tertentu
seperti teh, kopi, karet, kelapa sawit
Asuransi Pertanian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai